Share

Chapter 3

Author: Author newbie
last update Last Updated: 2022-04-25 17:52:00

Kastara mengernyitkan kening saat melihat baju milik Anggasta terlempar tidak beraturan di ruang tamu, ia tahu persis kalau Anggasta tipikal orang yang rapih dalam segala hal bahkan baju kotorpun ia selalu letakkan di tempatnya.

"Loh berantakan sekali apartemen kamu, Kastara." ucap Kinan, ibu Kastara.

"Ini bukan pakaian Kastara bu, kayaknya ini milik mas Anggasta deh. Bentar aku cari mas Anggasta dulu ya?"

Kastara mencari keberadaan Anggasta di setiap sudut rumah, dan kini tinggal kamarnya yang belum ia periksa. Kastara membuka pintu kamarnya, betapa terkejutnya ia saat melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Kastara melihat Anggasta dan Aruna tengah tertidur sembari berpelukan tanpa busana sehelaipun, Kastara tau persis apa yang sudah mereka lakukan.

"Mas Anggasta!" panggilnya dengan intonasi nada tinggi.

Anggasta dan Aruna terbangun bersamaan, mereka saling terkejut karena melihat Kastara yang sudah berada di dalam kamar. Anggasta kebingungan dan tidak tau menau dengan apa yang sudah terjadi padanya, ia bahkan tidak mengenal perempuan yang berada di sebelahnya. Mendengar keributan yang terjadi di kamar, Kinan dan Rajasa menyusul Kastara ke kamarnya. Rajasa dan Kinan syok melihat anak sulungnya berada satu kamar dengan seorang perempuan, rahang Rajasa mengeras dan wajahnya memerah karena emosi sudah memuncak di kepalanya.

"Ayah, Anggasta bisa jelasin semuanya. Anggasta gak kenal sama perempuan ini, dan Anggasta juga gak tau kenapa bisa sampe kejadian begini." ucap Anggasta seraya berusaha keras meyakinkan ayahnya.

"Hei kamu! tolong jelasin semuanya kenapa bisa sampai kejadian begini!" bentak Anggasta.

"Emm anu, maaf semuanya. Saya Aruna, pacar Kastara. Aduhh gimana jelasinnya ya," Aruna memalingkan wajah dan menjitak kepalanya sendiri.

"Lebih baik kamu berpakaian dulu, dan mari bicarakan masalah ini di ruang keluarga." titah Kinan.

Kastara keluar bersama kedua orang tuanya, disusul Anggasta yang mengenakan pakaian milik Kastara. Kini tinggal Aruna yang berada di dalam kamar sendirian, ia tengah merutuki kebodohannya. Bukannya berhasil menjebak Kastara, justru ia malah terjebak masalah baru yang bahkan menjatuhkan harga dirinya.

Mereka berlima kini saling terdiam di ruang keluarga, Aruna tertunduk dan tidak berani menatap seorangpun yang ada di ruangan ini.

"Aruna," panggil Rajasa, suara beratnya mengejutkan Aruna.

"I-iya pak,"

"Tolong jelaskan pada kami apa yang sebenarnya sudah terjadi, karena Anggasta pun tidak mengerti kenapa dia bisa sampai melakukan hal itu denganmu. Kamu pasti tau sesuatu kan?" tanya Rajasa.

"Sebelumnya saya mau minta maaf, saya sakit hati sama Kastara karena dia membatalkan rencana pernikahan kami secara sepihak. Saya memberikan obat perangsang di minuman Kastara yang ada di kulkas, dan berniat menjebaknya agar tetap melanjutkan rencana pernikahan kami. Tapi ternyata rencana saya melenceng, dan yang masuk ke jebakan saya adalah Anggasta." ujar Aruna.

Rajasa berganti melirik Kastara, Kastara paham maksud dari tatapan Rajasa untuknya.

"Kastara membatalkan pernikahan karena-"

"Maaf pak, maafkan kebodohan saya. Saya berjanji tidak akan mengganggu Kastara lagi, permisi."

Aruna memotong pembicaraan Kastara dan hendak kabur, ia tidak mau Kastara membocorkan tentang masalah skandalnya.

"Tunggu Aruna," panggil Rajasa.

"Duduklah dulu, apa kamu tidak merasa malu sudah berbuat salah tetapi ingin lari dari masalah?" ucap Rajasa membuat Aruna tertampar.

Rajasa merenung sesaat, ia tengah memikirkan jalan keluar atas masalah yang menimpa putra sulungnya. Kinan menatap Aruna dari kepala hingga kaki, membuat Aruna risih dan malu karena hari ini juga ia berpakaian cukup minim.

"Saya sudah putuskan, saya akan menikahkan Anggasta dan Aruna,"

Anggasta terkejut mendengar keputusan yang Rajasa pilih, ia menolak keputusan Rajasa karena Anggasta juga sudah punya pilihan lain meskipun ia belum memiliki hubungan dengan perempuan itu. Kastara tidak menerima keputusan yang Rajasa pilih, padahal ia sudah membatalkan pernikahannya dengan Aruna. Meskipun Kastara marah dan kecewa pada Aruna, tapi tidak bisa dipungkiri kalau di hatinya masih ada rasa cinta untuk Aruna.

"Maaf Anggasta, ayah juga memikirkan hal terburuknya. Kalau sampai Aruna hamil kasihan anak yang dikandungnya nanti,"

"Tapi dia gak hamil yah, dan belum tentu hamil juga karena kami baru melakukannya sekali." sahut Anggasta.

Anggasta tidak tau kalau ia sudah menanamkan benihnya begitu banyak di rahim Aruna, Aruna juga bahkan tidak kepikiran tentang hamil. Aruna jadi takut, bagaimana nanti kalau ia sampai hamil dan anaknya tidak memiliki ayah. Aruna tidak mau hamil tanpa suami, ia juga tidak mau kalau melakukan aborsi.

"Saya menerima dinikahkan dengan mas Anggasta," ucap Aruna lantang.

"Apa-apaan kamu!" bentak Anggasta.

"Maaf mas, ucapan pak Rajasa sepertinya benar. Aku gak mau kalau sampai anakku gak punya ayah, walaupun sekarang aku belum hamil tapi gak tau bulan berikutnya gimana kan?"

"Baiklah, sekarang kamu pulang dulu Aruna. Nanti kami kabari lagi bagaimana kelanjutannya,"

Aruna pamit pulang, Anggasta menatapnya penuh dendam. Aruna paham dan tidak melawan tatapan sengit Anggasta, jika ia yang berada di posisi Anggasta juga pasti akan marah dan kecewa.

"Anggasta kecewa sama ayah, padahal ayah tau kalau Anggasta cuma dijebak. Tapi ayah tega malah nikahin Anggasta sama perempuan itu," Anggasta masuk ke kamar Kastara dan meninggalkan kedua orang tuanya di ruang keluarga.

Kastara masih terdiam di balkon kamarnya, pikirannya sedang campur aduk saat ini. Kastara tidak menyangka kalau perempuan yang ia cintai, bahkan hendak ia jadikan istri justru malah akan dinikahkan dengan kakaknya sendiri.

"Maafin mas, Kastara."

"Maaf untuk apa mas? mas gak salah." jawab Kastara datar.

"Mas bakal bujuk ayah buat batalin rencananya, mas gak bakal nikain pacar adik mas sendiri."

"Gak usah dibatalin mas, ucapan ayah kayaknya ada benernya juga. Bisa aja bulan depan Aruna hamil,"

"Apa maksud kamu Kastara?" tanya Anggasta.

Kastara tidak menjawab pertanyaan Anggasta, dan malah pergi meninggalkan Anggasta dengan rasa penasaran di kepalanya. Kastara tau persis kalau hari ini adalah masa subur Aruna, biasanya Kastara menghindari hubungan intim dengan Aruna saat ini agar tidak terjadi kehamilan.

*****

Aruna menegak minuman keduanya di dalam kamar, masalah semakin banyak mendatanginya dan parahnya Aruna tidak bisa mengatasinya. Liza yang baru datang menemui Aruna langsung melempar gelas ketiga miliknya, Liza menebak kalau Aruna galau begini pasti semua rencananya gagal total. Liza jadi galau memikirkan nasib karirnya, dan sekarang malah ikut meminum minuman milik Aruna. Kini mereka mabuk bersama di kamar Aruna, tertawa menangis dan saling memaki.

"Kemana si matre? kok dia ga ada suaranya?" tanya Liza sambil cengengesan.

"Dia kabur kali gara-gara aku terancam kere dan masuk penjara," tawa Aruna.

"Kamu sih Na, bego kok dipelihara. Kambing tuh pelihara biar gemuk,"

"Iya abis gimana Liz, Mahendra itu kan tipe cowok aku banget. Kalo tau ternyata dia jahat juga aku gak mau kok jadi simpanannya," Aruna mengusap air mata yang keluar dari sudut mata indahnya.

"Iyaudah sini peluk dulu," ucap Liza seraya membentangkan kedua tangannya.

Related chapters

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 4

    Aruna membuka kedua matanya perlahan, kepalanya terasa berat karena minum semalaman bersama Liza. Hingga pagi menjelang tidak terdengar suara Ayara memanggilnya, padahal Ayara biasa membangunkannya dan selalu menyuruhnya olahraga pagi untuk menjaga berat badan. Aruna turun ke lantai bawah dan pergi ke dapur, setiap bangun tidur pagi Aruna selalu menyempatkan diri untuk minum air putih sebelum melanjutkan aktifitasnya. "Bi, mamah kemana." tanya Aruna. "Gak tau non, dari kemarin Ibu gak pulang, terakhir si bibi liat dia pergi bawa koper kecil gitu." Aruna berdecak, ia tau persis kalau Ayara kabur menghindarinya. Aruna tau kalau mamahnya itu tidak mau sedikitpun dilibatkan dalam masalahnya, padahal jika untuk urusan uang Ayaralah yang paling getol mendampinginya meskipun uang dari jalur yang tidak baik. Aruna kembali ke kamarnya, dan merebahkan diri di sebelah Liza. Pikirannya masih menerawang soal kejadian memalukan kemarin, bisa-bisanya ia kepergok orang tua Kastara dan salah targe

    Last Updated : 2022-04-25
  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 5

    Aruna memegangi perutnya yang terasa begah, belum pernah Aruna makan sebanyak ini dan kalau sampai Ayara tau ia bakal dimarahi habis-habisan. Dari sekian banyak menu yang Anggasta minta, ia hanya memakan dua jenis saja. Anggasta cukup takjub melihat selera makan Aruna yang begitu banyak, padahal ketujuh jenis makanan itu biasa dipesan untuk 3-4 anggota keluarga. "Kenyang?" tanya Anggasta. Aruna mengangguk, ia tengah memikirkan berapa banyak kalori yang masuk ke tubuhnya dan berapa lama olahraga yang harus ia lakukan. Dan yang paling memenuhi pikirannya saat ini adalah siapa yang akan membayar semua makan ini. "Ya sudah saya pamit," ucap Anggasta. "Eeee tunggu mas, ini siapa yang bayar?" tanya Aruna, "Ini semua gratis," jawabnya. "Makasih mas Anggasta," Aruna menampilkan cengirnya lebar. Anggasta melenggang pergi, tidak ada senyum sejak pertama mereka bertemu hingga kini. Selesai sudah urusan Aruna disini, saatnya ia kembali ke Yvaine untuk jadwal pemotretan dengan merek pakaian

    Last Updated : 2022-04-25
  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 6

    Anggasta membuka aplikasi peramban di ponselnya, Anggasta berniat mencari tahu tentang Aruna lewat internet padahal kalau mau ia bisa mencari tahu lewat Kastara. Banyak berita negatif tentang Aruna yang tersebar di internet, apalagi berita terbaru tentang skandalnya. Anggasta mengalihkan pencariannya ke informasi pribadi Aruna, hanya sedikit informasi tentangnya yang ditulis di internet namun Anggasta terkejut saat mengetahui kalau Aruna kuliah di kampus tempat ia mengajar. Anggasta memang baru mengajar disana, dan mungkin Aruna juga bukan mahasiswi yang ia ajar. Tapi Anggasta pernah mendengar kalau ada mahasiswi yang diberi julukan 'Dewi Aphrodite' Universitas Surya Cakra, mahasiswi itu terkenal karena kecantikannya tapi juga terkenal karena berita negatifnya. Cukup bagi Anggasta untuk mencari tahu tentang Aruna, karena Anggasta juga sebenarnya tidak terlalu mempercayai berita yang tersebar di internet. Seharusnya dua hari kedepan adalah hari pertunangan Aruna dan Anggasta, agar ti

    Last Updated : 2022-04-25
  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 7

    Anggasta mengelilingi seluruh sudut kampus untuk mencari keberadaan Alana, tapi sayangnya Alana hari ini sedang libur mengajar dan pulang ke rumah orang tuanya. Anggasta melirik arloji di tangan kirinya, lima belas menit lagi waktunya Anggasta mengajar dan ia tidak bisa meninggalkan tugasnya. Selama mengajar pikiran Anggasta sama sekali tidak fokus, banyak kesalahan yang ia perbuat bahkan sampai penyampaian materipun ia salah. "Pak, kalau memang keadaan bapak sedang tidak baik gak apa kok kalau kelasnya di undur aja." saran seorang mahasiswa. Dengan berat hati Anggasta menyudahi pelajaran hari ini, beberapa murid ada yang senang dan beberapa lagi ada yang kecewa karena mereka memang sedang mengejar materi kuliah. Anggasta segera pergi menuju ke parkiran mobil, tapi ternyata ada seseorang yang tengah menunggunya tepat di depan kap mobilnya. "Hai, kamu Anggasta kan?" sapa Liza. "Iya, ada apa ya?" "Saya Liza, kedatangan saya kesini ingin memberitahukan soal konferensi pers yang aka

    Last Updated : 2022-04-25
  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 8

    Aruna merapihkan kerah kemeja Anggasta yang terlihat sedikit berantakan, mereka harus tampil perfek di depan kamera meskipun semuanya hanya sandiwara. Aruna memakai dress selutut berwarna peach, sedangkan Anggasta memakai setelan celana bahan berwarna krem dan juga kemeja berwarna biru soft. "Lima menit lagi konferensi pers di mulai, tolong jangan buat kesalahan saat wawancara nanti." titah Theana. "Oke mi, aku dan mas Anggasta bakal keluarin statement terbaik ke media." Anggasta gugup, ia terus-menerus menarik nafas lalu membuangnya untuk menghilangkan rasa gugupnya. "Na, aku gak perlu hapalin skrip gitu buat wawancara nanti?" tanyanya. Aruna tertawa mendengar pertanyaan Anggasta, "Kita bukan mau syuting mas, buat apa pake skrip." "Jadi aku harus jawab spontan gitu?" "Iya dong lagian tenang aja mas, urusan itu biar serahin aja ke aku. Aku bakal oper jawaban ke mas yang menurut aku mudah dan bisa mas jawab," Anggasta mengangguk, dan kini waktunya konferensi pers di mulai. Kila

    Last Updated : 2022-04-25
  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 9

    Aruna kini tengah sibuk mengacak-acak isi lemarinya dan mengeluarkannya tanpa rasa bersalah, sedangkan di sudut ruangan ada Imah yang tengah melirih karena melihat pakaian-pakaian itu berserakan tidak beraturan. "Bi, aku gak punya baju!" pekik Aruna. "Itu yang non acak-acak kan baju, bukan keset atau lap dapur." ucapnya sedikit agak kesal. "Bi, ini semua tuh udah aku pakai. Malu dong kalau harus di pakai lagi," gerutunya, dan sekarang Aruna beralih ke rak sepatunya. "Tapi kan baru sekali non, apa mau pinjem daster bibi?" Aruna melotot mendengar perkataan Imah, "Bi, ih ada-ada aja! tapi boleh deh aku liat daster punya bibi yang belum di pakai ada gak?" "Eh, non bibi kan cuma bercanda." "Bi, udah nawarin loh. Mana cepet dasternya," Dengan berat hati Imah mengambil daster miliknya yang masih baru untuk diberikan kepada Aruna, daster ini memiliki belahan serut di bagian kanan dan memiliki panjang selutut. Yang paling Aruna suka adalah model dari bahunya yaitu model off shoulder, A

    Last Updated : 2022-04-25
  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 10

    "Saya gak mampir ya, sudah malam juga." ucap Anggasta tanpa turun dari mobil. "Iya mas, hati-hati ya." Anggasta melajukan mobilnya kembali, dan menghilang perlahan dari rumah Aruna. Setiap pergi bersama Anggasta, perut Aruna selalu berakhir terisi penuh dengan makanan. Aruna merasa bobotnya kini sudah bertambah, dan esok saat ia datang ke Yvaine mungkin Liza akan langsung menyeretnya ke tempat gym. "Bi," panggil Aruna. Bukan Imah yang datang melainkan Ayara, rupanya ia sudah kembali dari pelariannya. "Loh masih inget pulang ternyata," ejek Aruna. "Kamu mau menikah dan kenapa gak kasih tau mamah? lalu siapa calon kamu itu? pengusaha? konglomerat? atau pejabat?" tanyanya membuat Aruna muak. "Cuma orang biasa, kakaknya Kastara." Ayara berdecih kesal, ia nampak tidak suka dengan status lelaki yang akan menikahi Aruna. "Kenapa kamu mau sih dinikahin sama orang biasa kayak dia! percuma dong kamu punya wajah cantik kalau dapetnya yang biasa aja," ucap Ayara ketus. "Mah, berhenti at

    Last Updated : 2022-04-25
  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 11

    Aruna menatap figur dirinya di cermin, ini hari pertunangannya tapi tidak ada kebahagiaan yang terasa di hatinya. Hampa, hanya itu yang Aruna rasakan. Dulu ia pernah memimpikan hal ini saat masih menjadi kekasih Kastara, ia membayangkan betapa bahagianya saat Kastara resmi menjadi tunangannya dan kelak akan menjadi suaminya. "Aruna," panggil Anggasta. "Udah mulai acaranya?" tanya Aruna. "Sudah, beberapa wartawan juga sudah ada di aula untuk memotret kita." Anggasta sebenarnya tidak nyaman jika di pestanya kali ini harus ada wartawan, tapi Anggasta tidak bisa berbuat apa-apa karena inilah resiko menjadi pasangan dari orang yang berkecimpung di dunia entertainment. Anggasta menadahkan tangannya untuk membantu Aruna berdiri, lalu meletakkan tangan Aruna di pergelangannya. Mereka harus tampil baik dan romantis dihadapan semua orang, meskipun hati mereka saling bertolak belakang. Saat Aruna dan Anggasta keluar semua bersorak menyambut mereka berdua, begitu juga wartawan yang langsung

    Last Updated : 2022-04-25

Latest chapter

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 116 (End)

    Hingga setengah tahun pernikahan, Aruna masih belum juga menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Anggasta memang tidak pernah membahas ataupun menyinggung soal anak, tapi sejujurnya Aruna sudah ingin merasakan kembali rasanya mengandung dan menjadi calon ibu. Saat melihat tetangga yang sedang hamil ataupun memiliki bayi, rasa iri dan sedih di hati Aruna langsung muncul secara bersamaan. Aruna takut jika ia memang benar-benar tidak bisa mengandung dan memiliki anak, Aruna takut jika suatu saat Anggasta berubah pikiran dan menginginkan seorang anak darinya tapi ia tidak bisa mewujudkan yang Anggasta inginkan. "Sayang kamu kenapa?" tanya Anggasta seraya menghapus air mata Aruna."Aku cuma sedih aja, udah setengah tahun umur pernikahan kita tapi gak ada sedikitpun tanda-tanda kalau aku akan hamil.""Gak usah pikirin hal itu sayang, udah aku bilang berkali-kali kan kalau kita memang gak di takdirkan menjadi orang tua aku tetap akan mencintai dan menerima keadaan kamu." Anggasta mengelus pelan

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 115

    Satu minggu kemudian, "Saya terima nikah dan kawinnya Aruna Clarabella Gistara binti Rei Takahiro dengan mas kawin tersebut tunai," ucap Anggasta lantang di hadapan semua saksi dan tamu undangan. "Bagaimana bapak-bapak? sah?" tanya penghulu. Semua orang serempak mengucapkan kata sah, mulai detik ini Aruna resmi menjadi istrinya Anggasta. Setelah ijab qobul selesai, Anggasta membawa Aruna ke meja inti untuk bergabung bersama kedua orang tua mereka. Tidak ada pelaminan disini dan hanya menyediakan meja untuk pengantin beserta keluarga juga meja untuk para tamu undangan, Anggasta sengaja tidak membuat konsep pelaminan karena Aruna tidak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang. Raja terpaku di balik stir mobil, rasanya berat sekali untuk masuk ke dalam gedung dan melihat Aruna menjadi istri orang lain. Seharusnya ia yang menjadi suami Aruna bukan Anggasta, semua impiannya berantakan karena perjodohannya dengan Celine. Hingga detik ini Raja belum bisa menerima Celine di hatinya meski

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 114

    Pagi hari saat Aruna dan Ayara sedang sarapan, mereka di kejutkan dengan kedatangan Rajasa beserta keluarganya dengan membawa barang hantaran lamaran yang cukup banyak. Ayara memang menyuruh Anggasta menunjukkan keseriusannya pada Aruna dalam waktu dekat, tapi ia tidak menyangka jika Anggasta datang pagi ini juga untuk menunjukkan keseriusannya. "Maaf, saya tidak menyiapkan apapun untuk keluarga pak Rajasa." ucap Ayara kikuk. "Tidak apa-apa Ayara, saya tau Anggasta lupa mengabari kamu karena dia terlalu sibuk kemarin menyiapkan semua ini." sahut Rajasa. Di sebelah Ayara Aruna duduk dengan tatapan tanpa ekspresi menatap semua orang, sedangkan di hadapannya ada Anggasta yang nampak gugup setengah mati. Setelah melewati obrolan panjang lebar antar dua keluarga, kini tinggal Aruna yang menjawab permintaan Rajasa tentang lamaran Anggasta. "Bagaimana sayang? apa kamu menerima lamaran Anggasta?" tanya Ayara karena Aruna tidak kunjung membuka suara. Aruna menarik nafas panjang dan menghe

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 113

    Setelah menghabiskan waktunya seharian bersama Anggasta, kini Aruna tertidur pulas setelah menyantap pancake buatan Anggasta. Meskipun ia belum bisa menerima kehadiran Anggasta, namun kedatangan Anggasta hari ini membuatnya sedikit terhibur setelah beberapa hari ia habiskan sendirian di rumah tanpa teman mengobrol. Saat kedua mata Anggasta hendak terpejam menyusul Aruna, tiba-tiba pintu kamar Aruna di buka oleh seseorang. "Anggasta?!" "Mamah eh maksudnya tante Ayara," "Sedang apa kamu di kamar Aruna, Anggasta?" tanya Ayara berbisik, matanya melotot menatap Anggasta tidak suka. "Tante, kita ngobrol di luar aja ya? Aruna baru aja tertidur." Ayara mengangguk dan melangkah lebih dulu keluar dari kamar Aruna, di ruang tamu ia duduk bagaikan nyonya besar yang siap menginterogasi anak buahnya. Anggasta mengambil posisi duduk bersebrangan dari Ayara, ia sudah siap dengan hal apapun yang akan Ayara katakan padanya bahkan sebuah penghinaan. "Kalau kamu ada di sini, saya bisa tebak pasti k

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 112

    "Alisya," panggil Aruna untuk yang ke sekian kalinya, namun asisten rumah tangganya itu tidak kunjung datang.Aruna cukup kerepotan tanpa seorang perawat yang membantunya untuk berpindah posisi ataupun mengambil barang, apalagi Alisya tidak selalu ada di rumah entah kemana ia pergi. Semenjak Takahiro meninggal pekerja di rumah ini di kurangi hingga tersisa dua orang saja dan satu penjaga keamanan di depan, juga satu orang supir kantor yang di panggil bekerja di rumah jika Ayara sedang membutuhkan supir. "Alisya, Tuti!" panggil Aruna mulai tidak sabaran. Tenggorokan Aruna rasanya sudah kering sekali, tapi air yang tersedia di kamar sudah habis. Entah kemana perginya dua asisten rumah tangga itu, sampai Aruna memanggil dan menunggu hampir setengah jam lamanya mereka tidak kunjung datang juga. Mau tidak mau Aruna terpaksa mengambil air di dapur sendirian jika begini, Aruna menyeret tubuhnya menuju tepi kasur dan saat hendak menyentuh nakas untuk menarik kursi roda pijakan tangannya ter

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 111

    Setelah kemarin Anggasta yang datang, kini gantian Rajasa dan Kinan yang datang menemuinya. Meskipun mereka mengatakan hanya ingin menjenguk keadaannya sekaligus bersilaturahmi, tapi Aruna yakin mereka ingin mencoba meluluhkan hatinya untuk menerima Anggasta kembali dengan cara yang halus. "Gimana kabar kamu nak?" tanya Kinan. "Seperti yang ibu lihat, saya masih di kursi roda sampai sekarang." Aruna tersenyum tipis dengan nada bicara yang sedikit sarkastik. "Oh iya mamah kamu kemana Aruna?" tanya Rajasa. "Mamah masih d Taiwan pak Rajasa, rencananya baru pulang besok." sahut Aruna. "Panggil saja saya ayah seperti dulu, Aruna." "Maaf pak, tapi sekarang Aruna bukan lagi menantu pak Rajasa. Yang lebih berhak memanggil pak Rajasa ayah ya istri mas Anggasta yang selanjutnya nanti," sahut Aruna. Kinan dan Rajasa terdiam sejenak, sepertinya meluluhkan kembali hati Aruna tidak bisa tergesa-gesa tapi mereka tidak mau menyerah demi Anggasta. Untuk mengalihkan pembicaraan, Kinan mengajak

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 110

    "Nona Aruna, itu mas Anggasta kan?" tunjuk supir Ayara ke halaman rumah Takahiro yang sekarang menjadi milik Aruna. Aruna menajamkan penglihatannya di tengah gelapnya halaman rumah, ternyata itu benar-benar Anggasta dengan bola mata yang memerah seperti habis menangis juga kelopak matanya yang sembab. "Pak, tolong bantu saya turun." pinta Aruna. "Nona Aruna mau menemui mas Anggasta?" "Turunkan saja saya pak, jangan banyak tanya." sahutnya. Dari kejauhan Anggasta menatapnya sendu dan penuh kerinduan, ingin rasanya Anggasta memeluk Aruna dan menatap wajah yang selalu ia rindukan selama tiga tahun ini. Hati Anggasta yang selama ini terasa mati saat berhadapan lawan jenis, kini mulai berdesir kembali saat melihat wajah Aruna meskipun Aruna hanya menatapnya tanpa ekspresi."Mau apa mas datang kesini?" tanya Aruna setelah posisinya dekat dengan Anggasta. "Na, kamu apa kabar?" tanya Anggasta. "Aku tanya mas Anggasta mau apa datang kesini?" Anggasta menghela nafas pelan, "Na, apa bena

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 109

    Setelah mengambil keputusan secara matang, Raja dan Aruna akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan menyudahi pengobatan Aruna di Jepang. Awalnya keputusan ini di tentang oleh Ayara, tapi setelah Aruna berusaha meyakinkannya akhirnya Ayara mau mengalah dan menerima keputusan mereka. Setelah menempuh perjalanan udara hampir delapan jam, mereka akhirnya tiba di Bandara Soekarno Hatta pada pukul tiga sore. Setelah tiga tahun meninggalkan tanah kelahirannya, Aruna akhirnya kembali lagi dengan kondisi yang sama seperti saat tiga tahun yang lalu ia meninggalkan negara ini. Tidak ada yang menjemput kedatangan mereka di bandara, Ayara sedang melakukan perjalanan bisnis ke Taiwan sedangkan dari pihak keluarga Raja tidak memungkinkan untuk menjemputnya. Firman sedang sibuk-sibuknya mengurus rumah sakit keluarga Hirawan, dan Haga yang sudah menetap di Dubai sejak tiga tahun yang lalu setelah menghadiri acara pernikahan mantan kekasihnya. Raja tidak mempermasalahkan ketidakhadiran kakak-

  • 100 Hari Bersamamu   Chapter 108

    Tiga tahun kemudian,POV Anggasta"Selamat sore pak Anggasta, hati-hati di jalan pulang." sapa penjaga keamanan kampus."Iya terimakasih pak kumis," sahutku.Tiga tahun berlalu aku lewati tanpa kamu, Aruna Clarabella Gistara. Tiga tahun aku lewati rasa sakit dan sepi ini sendirian, dengan di bubuhi sedikit mimpi kalau suatu saat kamu akan kembali padaku dengan senyum cantikmu yang selalu membuatku jatuh cinta. Tiga tahun aku mencoba move on darimu, meski begitu aku tidak pernah berniat mengganti posisi kamu dengan perempuan lain di hati ini. Kamu tetaplah ratu di dalam hatiku, namamu selalu bertakhta indah di hati ini. Bagaimana kabar kamu sekarang sayang? Apa kamu bahagia hidup tanpa aku? Apa kamu sudah menemukan lelaki yang membuatmu bahagia? Aku penasaran, tapi aku juga tidak mau tau karena aku takut cemburu jika tau kamu sudah bahagia bersama lelaki lain. Pernah satu kali aku mencari tau kabarmu lewat dokter Firman, dia bilang kamu bahagia sekarang dan semakin lengket dengan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status