Shela cukup kaget mendengar kabar jika rumah tangga sahabat lamanya mengalami masalah. Padahal yang ia tahu pasangan itu merupakan pasangan yang romantis dimasa mudanya. Sampai-sampai ia merasa iri dengan mereka.
“Mudahan apapun masalahnya semoga cepat selesai,” batin Shela.
Shela hanya bisa mendoakan sahabatnya itu. Ia tidak ingin bertanya atau ikut campur menurutnya itu privasi mereka apapun itu semoga ada jalan yang terbaik. Itulah harapan Shela saat mendengar kabar itu.
“Sudah yuk sarapan,” ajak Shela yang melihat Daffin sudah selesai melakukan olahraganya.
“Ayo,” sahut Daffin.
Keduanya pun meninggalkan ruangan fitness itu, menuju rumah utama.
“Aku mandi dulu mi,” ucap Daffin.
Yang langsung masuk dalam lift. Saat pintu lift itu terbuka sang papi berada di depan menunggu pintu besi itu terbuka.
“Pi,” sapanya.
“Di tunggu mami sarapan tuh, aku mau mandi d
Daffin sedang berada di kamarnya, setelah melakukan perbincangan dengan sang papi di ruang kerja. Saat ini Daffin menatap MacBooknya untuk melihat email yang masuk, duduk di atas sofa mengamati setiap tulisan yang berada di layar pipih itu.Cukup lama Daffin berkutik dengan pekerjaan, hingga jam makan siang tiba. Sudah dua kali assisten rumah tangga memanggil dirinya untuk segera turun makan siang karena ditunggu oleh mami dan papinya.Padahal kerjaannya belum selesai. Dengan sangat terpaksa ia pun menutup MacBooknya dan bergabung dengan mereka.Setelah makan siang, Daffin pamit ingin kembali ke apartemen.***Alvira yang sudah menyelesaikan tugasnya kini duduk termenung sendiri.”Bagaimana bisa aku menjalani kehidupan rumah tangga bersama orang yang sama sekali tidak aku cintai. Sehari bersamanya saja bisa membuat aku tekanan, bagaimana jika aku satu atap dengannya?”Alvira terus membatin. Sepertinya ia menyesali keputusannya yan
Alvira duduk berhadapan dengan Daffin menunggu seseorang yang dikatakan oleh Daffin. Tidak ada percakapan yang terjadi diantara mereka.“Iya hallo,” ucap Daffin saat menjawab telepon yang masuk.Alvira menatapnya, “ sepertinya orang yang sejak tadi ditunggu,” batin Alvira.Dan betul saja tidak lama datang dua orang wanita menghampiri meja mereka. Saat mereka datang pelayan restoran juga datang dengan membawakan pesanan Daffin.“Ayo duduk, kita sambil makan,” ajak Daffin.“Terima kasih pak,” sahutnya.Mereka pun makan sambil berdiskusi tentang konsep yang akan digunakan. Alvira memilih diam saja mendengar pembicaraan mereka.“Oh ya, ini calon istri saya,” ucap Daffin mengenalkan.“Alvira,” ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk berjabat.“Desy, ini assisten saya Mia,” jawabnya mengenalkan diri.Disela-sela makan mereka, Daffin meng
Seketika Kevin menoleh ke arah Daffin dan juga Alvira. Niat untuk memperkenalkan diri malah ia kaget milihat mantan pacarnya bersama teman lamanya.Iya, yang nymaperin Clara adalah Kevin. Mantan pacar Alvira.“Alvira!” Seru Kevin.Alvira yang disebut namanya hanya tersenyum tipis. Daffin tidak melepaskan tangannya dari pinggul Alvira. Seakan memberitahu jika Alvira sudah jadi miliknya.“ Hey, apa kabar?” tanya Kevin yang dibuat sesantai mungkin. Kevin mengulurkan tangannya untuk berjabat.Uluran tangan itu diterima oleh Alvira.“Baik,” jawab Alvira.“Elo apa kabar?”Kini tangan Kevin berahli kepada Daffin.“Seperti yang lo lihat,” balas Daffin sambil menyambut uluran tangan Kevin.“Boleh gabung?” tanya Kevin lagi.Alvira mengangguk.“Silahkan!” ucap Daffin.Clara bingung melihat ketiga orang yang berada di depa
Selesai mandi Alvira merebahkan tubuhnya di atas kasur yang tidak begitu besar tapi cukup menampung dua orang. Tubuhnya begitu lelah setelah melakukan aktivitas seharian.Alvira membuka ponselnya mengusir rasa bosannya. Alvira mulai memainkan jarinya di atas ponselnya. Melihat laman sosial media miliknya. Lama ia tidak melihat beranda sosial medianya itu. Alvira menscroll ke bawah demi melihat postingan teman-teman dunia mayanya.Ia pun terhenti saat ia melihat postingan dari Kevin. Kevin memposting fotonya yang sedang bersandar di mobil sportnya menatap lurus ke depan dengan caption “Gua akan berjuang mendapatkannya”.Alvira yang membacanya langsung menegakkan tubuhnya, ia pun berpikir apa maksud dari caption tersebut?Tidak ingin besar kepala tapi captionnya seperti mengarah kepadanya.”Gua mikir apaan sih?” gumam ya sambil memukul pelan kepalanya.“Gua udah memutuskan, lagian bukan gua yang salah lebih dulu. Kalau bu
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh kedua keluarga besar itu. Hari bersejarah bagi putra-putri mereka. Sebuah ballroom hotel yang sudah disulap menjadi taman bunga mawar putih dan beberapa lampu kristal yang bergantung. Dekorasi bernuansa putih itu tampak sederhana sesuai request yang punya hajat.Di dalam kamar Alvira tampak tengang, ini hal nekat yang pertama kali ia lakukan. Seperti pada pengantin semestinya, Alvira begitu terlihat sangat cantik dengan menggunakan gaun hasil rancangan Miss Salsa. Sedikit polesan makeup di wajahnya dan rambut yang digulung sedikit berantakan dengan sisi kanan-kirinya di biarkan menjuntai sedikit, di sisipkan bunga melati untuk mempermanis tampilan rambutnya. Semua itu adalah hasil mahakarya Miss Salsa pria dengan postur tubuh sedikit gempal tapi gerakannya sangat gemulai.“Sayang, kamu cantik sekali!” seru Alea saat masuk ke dalam kamar rias Alvira.Alvira yang disanjung seperti itu tampak merona. Ia pun
Mata itu menatap mereka dengan memancarkan aura permusuhan, tak ada yang sadari jika pemilik mata itu tersebut menghunus tajam pada pasangan yang berada tidak jauh dari tempatnya.“Silahkan diminum pak,” ucap seseorang yang ditugaskan untuk melayani para tamu undangan. Kevin mengambil gelas berkaki kecil yang sudah diisi air berwarna merah itu, lalu meneguknya dengan cepat.Hatinya masih terbakar cemburu melihat sang mantan bersanding dengan teman lamanya.Iya, yang sedang menatap mereka adalah Kevin, entah dari mana Kevin bisa masuk soalnya acara yang Daffin buat cukup ketat, tidak ada yang boleh masuk tanpa ada kode barcode dari mereka.Tapi nyatanya Kevin lolos dan bisa masuk dalam ruangan itu. Tapi tidak ada yang menyadari kehadirannya di tengah-tengsh mereka.Dirasa ia tidak bisa berbuat apa-apa, dan apabila ia semakin lama di ruangan itu yang ada Kevin akan terus melihat kemesraan yang ditampilkan oleh pasangan pengantin baru itu.
Saat asyik memandangi wajah damai Alvira saat tidur, ada rasa yang tidak biasa ia rasakan. Rasa yang dulu pernah ada kini terasa kembali. Sekian lama Daffin sudah tidak pernah merasakan debaran di dadanya. Debaran yang tak bisa untuk dijelaskan.Daffin sudah merasakan kalau dirinya merasakan hal aneh jika bersama Alvira, sejak pertemuannya di rumah sakit. Tapi, semua itu diacuhkannya. Ia belum begitu percaya jika debaran itu adalah tanda di mana sudah ada tumbuh cinta di hatinya.Namun, malam ini. Malam di mana pertama kalinya ia berada dalam satu kamar setelah ucapan saklar itu dilontarkan, Daffin merasa sulit untuk mengatur ritme jantungnya.Kegugupannya berusaha ia tutupi dengan sikap dinginnya kepada Alvira.Perlahan ia bangkit dari sofa lalu melangkah mendekati Alvira, meja yang berada di depan sofa keduanya ia singkirkan perlahan. Duduk bersim
Sarapan pun telah selesai, semuanya kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap kembali ke rumah. Mereka pun telah janjian untuk berada di loby hotel sekitar jam sebelas.Daffin dan Alvira juga kembali ke kamar mereka. Di dalam kamar tidak ada yang terjadi, hanya saling diam dan sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.Alvira sedang bertukar pesan pada Vita, menanyakan kenapa dirinya tidak hadir?Vita meminta maaf lewat pesan itu, karena ia tiba-tiba di minta untuk berkerja lembur sebab ada salah satu rekannya tidak dapat hadir. Dan terpaksa Vita mengantikannya.Karena keasyikan sampai-sampai Alvira tidak menyadarinya kalau Daffin sedang memperhatikan dirinya.Daffin memperhatikan sikap Alvira yang tiba-tiba kesal, tiba-tiba tertawa. Semua itu tak luput dari pandangan Daffin yang duduk berhadapan dengan Alvira.Vita juga memberitahu kalau besok dirinya masih dapat jatah libur, karena sebelum hari pernikahan nya Alvira beberapa kali kerja d
Belum sempat Daffin menjawab panggilan teleponnya suara Alvira dari dalam kamarnya menghentikan pergerakkan tangannya. Kini kakinya melangkah dengan cepat menuju kamar mereka.“Ada apa?” tanya Daffin begitu pintu kayu berwarna putih itu berhasil di bukanya.Terlihat Alvira sedang berdiri di atas ranjang sambil kedua tangannya menahan batrobe matanya mengintari lantai.Daffin jalan mendekat,” Kenapa?” tanyanya lagi.“I-itu ada kecoa besar,” lirih Alvira, membuat Daffin langsung melebarkan senyumnya.“Sama kecoa aja takut. Di mana?” tanya Daffin, dengan posisi yang menunduk mencari keberadaan kecoa yang dibilang oleh wanita tercintanya.“Ada di situ tadi, coba cari di sana,” balas Alvira menunjukkan letak di mana ia bertemu dengan kecoa itu.Alvira menunjuk lantai bawah dekat kamar mandi mereka. Daffin masih berusaha mencarinya.“Apa bibi nggak membersihkan ini apartemen? Kenapa ada kecoa masuk,” gumam Daffin, tanpa mengalihkan perhatiannya dari lantai.“Nah itu dia!”seru Daffin begitu
Panggilan video call masuk di ponsel Daffin. Nama sang mami tercinta tertera di layar pipih itu.“Mami,” ujar Daffin kepada Alvira.“Ya, udah angkat.”Dengan santainya Alvira menyuruh Daffin menjawab panggilan tersebut. Tanpa sadar jika mereka saat ini hanya menggunakan batrobe saja.“Panggilan video call,” ujar Daffin lagi.Seketika Alvira menepuk keningnya mendengar ucapan dari Daffin. Matanya langsung tertuju pada tubuhnya yang hanya berbalut batrobe saja.“Kamu aja yang jawab, bilang aja habis mandi,” usul Alvira.Akhirnya Daffin menggeser icon hijaunya, setelah panggilan itu tidak mau berhenti.“Iya mi,” sapa Daffin begitu terlihat jelas wajah Shela dilayar pipih itu.“Hey, Alvira mana? Mami kangen nih sama dia,” sahut Shela.“Lagi di kamar mandi mi.”“Bagaimana pengobatannya mi?” tanya Daffin lagi.“Lancar Fin, kamu katanya sama Alvira mau ke sini?” terdengar suara sang papi yang berada di sebelah sang istri tercinta.“Maaf mi, Pi, sepertinya kami nggak bisa ke sana soalnya Alvi
Daffin mengerjapkan matanya saat cahaya matahari dari bilik tirai itu mengganggu tidur nyenyaknya. Perlahan ia membuka matanya. Saat mata itu berhasil dibuka, pertama kali yang ia lihat adalah wajah sang istri yang kini tengah berada di dadanya.Kedua sudut bibirnya langsung mengembangkan senyuman yang begitu lebar. Setelah pertempuran semalam yang di lakukan hingga beronde-ronde. Membuat Alvira susah sekali membuka matanya. Hingga saat ini dirinya masih tertidur begitu nyenyaknya di dada Daffin berselimutkan kain tebal yang menutup kedua tubuh mereka yang tidak menggunakan apapun.Daffin bergerak secara pelan, bibirnya kini menyentuh kening Alvira.“Terima kasih atas semua yang kamu berikan saat ini, aku merasa ini adalah hal yang begitu sangat bahagia buatku,” ungkap Daffin pelan sambil memandangi wajah Alvira yang tampak begitu cantik dan natural.Terlihat Alvira mulai bergerak pelan. Namun, ternyata matanya masih tertutup rapat, dan ia hanya berpindah posisi tidur saja yang semak
“Kalau mau bicara soal kerjaan besok saja gua lagi sibuk,” ungkap Daffin lagi dan langsung mematikan sambungan teleponnya. Kemudian ia mematikan ponselnya agar tidak ada lagi yang mengganggu kegiatan malamnya ini.Di seberang sana Reiki yang tadi menelepon bosnya itu sekedar ingin memberitahukan jika mereka besok akan ada pertemuan penting dengan salah satu klien dari luar negeri. Namun, belum sempat Reiki memberitahu sambungan telepon itu sudah diputus Daffin.“Huuft.”Hembusan nafas Reiki terdengar begitu berat. Susah menghadapi sang bos yang moodnya berubah-rubah dan ia sampai saat ini tidak mengetahui sela-nya.Reiki yang masih bingung dengan pertemuan besok apakah akan berlangsung apa tidak. Berbeda dengan Daffin yang kini telah kembali melakukan aktivitas panasnya.Alvira yang tadi duduk di atas meja mini bar telah ia turunkan dan digedongnya diletakkan di sofa living room. Sofa yang mempunyai ukuran hanya
Alvira sudah menyelesaikan mandinya, selama setengah jam ia berada di dalam kamar mandi berendam. Dengan senyum yang lebar ia keluar dan menuju lemari pakaian yang di maksud oleh Daffin tadi.Tubuhnya saat ini terasa sangat begitu segar. Alvira juga sudah memantapkan hatinya jika ia akan menyerahkan semuanya malam ini untuk suaminya tercinta. Makanya ia merendam tubuhnya selain menghilangkan pegal, ia juga ingin agar tubuhnya wangi saat bersama Daffin. Langkahnya ia urungkan menuju lemari, kini Alvira malah duduk di meja rias, ia ingin sedikit mengaplikasikan make up naturalnya dan memberikan semprotan parfum di daerah-daerah tertentu. Tidak lupa ia mengeringkan rambutnya juga.Sudah siap, Alvira ingin mengambil piyama yang katanya Daffin berada di dalam lemari. Namun, saat Alvira buka pintu lemari itu matanya membulat sempurna melihat baju-baju yang bergantung di sana sungguh ia tidak berpikir sampai ke arah sana.“Astaga ini semua?” gumamnya pelan.
Saat ini Alvira tengah bersiap untuk pulang karena jam dinasnya telah usai. Sambil merapikan peralatan dan meja kerjanya matanya melirik ponsel yang berada di atas meja. Takut suaminya menghubungi dirinya.“Sudah mau pulang?” tanya Vita yang tiba-tiba muncul di balik pintu.“Iya, emangnya kenapa?” tanya Alvira.“Enggak paa sih, gua mau ajak keliling bentar. Bisa nggak?”“Em?”Alvira menyahut sambil memicingkan manik matanya merasa aneh dengan permintaan sahabatnya itu.“Biasa aja kali lihatnya nggak usah gitu amat kenapa? Salah gua mau ajak hangout bentar?” celetuk Vita lagi dengan mengibaskan satu tangannya di depan Alvira.“Enggak apa sih, heran aja!” sahut Alvira.“Sudah yuk, keluar,” ajak Alvira lagi sambil meneteskan tasnya keluar ruangan.“Beneran nih nggak bisa?” tanya Vita lagi ingin memastikan.Alvira lan
Kehidupan suami-istri itu terlihat begitu harmonis dan sangat bahagia. Semakin hari Daffin menunjukkan sikap baik, ia selalu memperlakukan Alvira dengan begitu lembut. Alvira menikmati setiap perlakukan Daffin terhadapnya. Namun, tanpa mereka sadari ada seseorang yang terganggu dengan keromantisan keduanya. Ia pun berjanji akan membuat keduanya pecah.Diam-diam Kevin sering mengikuti keduanya melihat Alvira begitu sangat bahagia membuat Kevin murka. Kevin merencanakan sesuatu untuk Alvira. Dengan senyum liciknya ia kembali menjalankan mobilnya saat Alvira sudah lagi tak terlihat oleh pandangannya.Alvira dan Daffin kini sedang berada di rumah sakit, mereka ingin konsultasi ke spesialis kandungan. Padahal Alvira tadinya tidak ingin pergi, karena ia yakin jika mereka akan segera memiliki anak, tanpa melakukan program. Karena keduanya tidak ada masalah.“Ayo masuk,” ajak Daffin saat sudah berada di depan ruang poli kandungan.“Silahka
Daffin tidak mengalihkan pandangannya dari Alvira, “ kamu cantik sekali malam ini?”puji Daffin. “Memangnya kemarin-kemarin aku nggak cantik apa?” protes Alvira. Daffin merapatkan tubuhnya ke tubuh Alvira. “Cantik, tapi saat ini terlihat lebih cantik lagi,” ujar Daffin memuji. “Mau pergi sekarang atau kita diam di kamar seperti ini,” ucap Alvira. Daffin langsung memasang tangannya agar Alvira gandeng. Keduanya keluar dari unit apartemnet dengan tangan Alvira melingkar di lengan Daffin. Daffin membuka pintu mobilnya sportnya dan membawa Alvira melaju membelah jalan raya. Ia akan mengajak Alvira ke sebuah restoran. Restoran yang sudah di bookingnya melalui Reiki sang assisten. Perjalanan mereka akhirnya sampai di restoran. Keduanya jalan bersamaan menuju lokasi yang sudah dipilih Daffin. Saat pintu ruang vvip itu terbuka, Alvira langsung mematung di depan pintu melihat suasana di dalam sana. Pencahayaan yang remang membu
Alvira diam sejenak mendengar pertanyaan dari Daffin. Ia bingung harus menjawab apa. Keraguannya itu terlihat jelas di mata indahnya.“Kamu kenapa? Katakan saja, jika kamu memang memilih dia, aku akan mundur dan memutuskan semuanya dengan baik-baik tapi jika kamu memilih pernikahan ini, aku akan menemani kamu untuk berbicara pada Kevin,” ungkap Daffin pelan, tangannya sudah menggenggam tangan Alvira yang berada di pahanya.Dengan keberanian yang sedikit, akhirnya Alvira menceritakan apa yang sebenarnya ia rasakan saat ini.“Sebenarnya aku juga memiliki perasaan yang sama seperti kamu, hanya saja aku tidak berani untuk mengungkapkannya mengingat surat perjanjian itu. Akhirnya aku memilih menerima tawaran Kevin dan ibunya dan mencoba melawan perasaan yang sebenarnya,” ungkap Alvira.Tanpa berbicara Daffin langsung maju dan memeluk tubuh Alvira,” terima kasih,” ucapnya.Alvira yang mendapatkan serangan tiba-tiba dar