Chapter: BAGIAN 12 MISTERI DI BALIK KERETA KUDADesa Gayam tenggelam dalam keheningan, hanya ditemani suara jangkrik yang bersahutan dan gemericik air sungai kecil yang mengalir di tepi desa. Di bawah langit malam yang berkilauan, bintang gemintang bertaburan bagai permata yang ditaburkan di atas kain beludru hitam. Di dalam rumah bambu yang hangat, Sari, Vanua, dan Mudra masih duduk bersila, dikelilingi cahaya temaram lampu minyak kelapa.Tiba-tiba, suara gemuruh memecah kesunyian malam. Sari terlonjak, jantungnya berdebar kencang. Ia bangkit dari duduknya, melangkah cepat menuju jendela. Matanya membelalak saat melihat bayangan besar mendekat dari kejauhan."Apa itu?" tanyanya dengan suara tercekat, rasa takut menjalari tubuhnya.Mudra, yang sedari tadi merenung, ikut berdiri. Ia mengerutkan kening, mencoba mengidentifikasi suara yang semakin mendekat. "Itu terdengar seperti kereta kuda," katanya dengan nada penuh waspada.Vanua, yang duduk di samping Mudra, ikut merasakan ketegangan. Ia menatap Mudra dengan tatapan cemas. "Tapi s
Terakhir Diperbarui: 2024-06-22
Chapter: BAGIAN 11 THE LOVERSSuasana di Desa Gayam semakin dingin. Langit meredup. Hewan hitam berukuran lima milimeter terbang dengan kecepatan cahaya lampu senter. Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga kamboja, menambah kesan magis malam itu. Di tengah desa, berdiri sebuah rumah bambu yang sederhana namun kokoh. Bagian dari rumah bertembok baja. Di dalamnya, Sari merenung di depan jendela, memandang bintang-bintang yang mulai bermunculan. Pikirannya bercabang, terjebak antara cinta yang dalam dan keputusan sulit yang harus diambil.Sejak kemunculan Mudra, hidup Sari berubah drastis. Mudra bukan hanya pemimpin BUM Desa yang baru, tapi juga sosok yang berhasil menyalakan kembali api semangat di dalam dirinya. Di sisi lain, Vanua, sahabat setianya yang berasal dari Kampung Tujuh, juga menyimpan rasa yang dalam kepada Mudra. Konflik batin ini semakin tajam saat Sari menyadari bahwa Vanua juga mencintai Mudra dengan segenap hatinya.“Bagaimana mungkin aku memilih di antara mereka?” bisik Sari pada dirinya sendiri, sa
Terakhir Diperbarui: 2024-06-22
Chapter: BAGIAN 10 PERTEMUAN KEGELAPAN DAN CAHAYA Panas. Mentari memancarkan api tanpa kobaran. Bayang-bayang ketidakpercayaan terhadap Mudra dan Vanua masih pekat di Kampung Tujuh. Surya, dengan ambisinya yang membara, berhasil menghasut beberapa warga desa. Ia menyebarkan bisik-bisik keraguan tentang kekuatan mistis yang diduga digunakan Mudra dan Vanua, menanamkan bibit-bibit perselisihan di tengah masyarakat yang mulai rapuh.Surya adalah seorang pria yang cerdas namun licik. Pemikirannya sering kali dangkal dan cepat berubah, sepanjang sebatang korek api. Meskipun aktif mengikuti pertemuan dengan Bu Ros dan penduduk lainnya, ia sering kali menggunakan informasi yang didapatnya untuk keuntungan pribadi. Ketidaktahuannya tentang praktik spiritual membuatnya mudah dipengaruhi oleh rasa takut dan ketidakpastian. Keputusan-keputusannya diwarnai oleh kecenderungan untuk mengambil jalan pintas, tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang."Mereka berdua itu penipu!" seru Surya di tengah kerumunan yang berkumpul di balai desa. "Mereka h
Terakhir Diperbarui: 2024-06-20
Chapter: BAGIAN 9 DEBAT TENTANG NERAKARitual di Kampung Tujuh telah berhasil, tetapi rasa cemas dan ketidakpastian masih menyelimuti hati penduduk desa. Suasana misterius dan melankolis memenuhi udara malam di Kampung Tujuh. Sari, Mudra, dan Vanua duduk di bawah pohon akasia besar, memandang jauh ke dalam diri mereka sendiri, mencari jawaban atas pertanyaan yang belum terjawab.Ki Rajendra, pemimpin spiritual yang bijak, tetap tinggal di desa setelah ritual. Kehadirannya membawa ketenangan, tetapi juga membuka luka-luka yang tersembunyi dalam jiwa setiap penduduk."Ki Rajendra," Sari memulai, suaranya dipenuhi keprihatinan, "meskipun ritual telah selesai, mengapa kita masih merasa terjebak dalam kecemasan dan ketidakpastian?"Ki Rajendra tersenyum lembut. "Karena, anakku, kebebasan sejati bukan hanya tentang menyatukan fisik dan spiritual. Kebebasan sejati juga tentang bagaimana kita memahami dan menerima diri kita sendiri serta orang lain."Mudra, yang biasanya tenang, tampak gelisah. "Apakah ini yang dimaksud ketika sese
Terakhir Diperbarui: 2024-06-20
Chapter: BAGIAN 8 RAJA BATUPagi itu, kabut tipis masih menyelimuti Kampung Tujuh. Vanua berdiri di depan rumah bambunya, memandangi desa yang telah menjadi rumahnya. Kampung ini penuh dengan kehidupan dan kehangatan, tetapi ancaman baru telah menimbulkan kecemasan di hati setiap penduduknya. Bencana alam yang tak terduga telah membuat tanah di sekitar desa mulai retak, dan wabah penyakit misterius mulai menyebar, mengancam kehidupan di kampung kecil itu.Vanua merasakan beban berat di pundaknya. Dia tahu bahwa penduduk desa bergantung padanya. Sarang lebah yang dia rawat dengan penuh cinta telah menjadi sumber penghidupan bagi banyak orang. Dia juga tahu bahwa sesuatu yang lebih besar dari dirinya sedang dibutuhkan.Sari dan Mudra tiba di Kampung Tujuh setelah menerima pesan dari Vanua. Mereka tahu bahwa ini bukan hanya tentang menyelamatkan desa, tetapi juga tentang menyatukan kekuatan mereka untuk menghadapi ancaman yang lebih besar.“Vanua, kita akan mengatasi ini bersama,” kata Mudra dengan tegas. “Kita tel
Terakhir Diperbarui: 2024-06-20
Chapter: BAGIAN 7 IBU BUMISetelah kepergian Mudra dan Vanua, Sari merasakan kekosongan yang mendalam. Ia kembali ke rumah bambunya, tempat yang dulu terasa hangat kini terasa dingin dan sepi. Pandemi telah merenggut banyak hal darinya: kebebasan, interaksi sosial, dan yang paling menyakitkan, ibunya.Sari teringat akan ibunya, seorang wanita tangguh yang selalu menjadi sumber kekuatannya. Ia adalah sosok Ibu Bumi yang memberikan kasih sayang, perlindungan, dan kebijaksanaan. Namun, pandemi telah merenggutnya, meninggalkan Sari sendirian menghadapi dunia yang kejam.Air mata mengalir di pipi Sari saat ia memandangi foto ibunya. "Ibu," bisiknya lirih, "aku merasa sendiri. Aku rindu pelukanmu, nasihatmu, dan senyummu yang hangat."Kesedihan Sari semakin mendalam saat ia menyadari bahwa ia tidak hanya kehilangan ibunya, tapi juga harapannya akan masa depan. Pandemi telah meluluhlantakkan mimpinya, membuatnya merasa kecil dan tak berdaya."Apa yang harus kulakukan, Ibu?" isaknya. "Aku merasa seperti terjebak dalam k
Terakhir Diperbarui: 2024-06-20