Novels by Isa Ann

“Ruri will come here?” Sashal sounded excited. “Yeah, she is. But I need to scold Menitto first for giving news about you to the other party.” “Come on, you know Menitto moved because of my orders. He did it because I wanted Ruri to also hear this good news on time.” Sashal pout. It melted Rohan's heart so much that he couldn't help but smile. “Alright, alright, you can have fun with your friends. But, are you sure you're okay?" “Yeah. Thanks to the herbal medicine I made, my body felt lighter after giving birth. And I recovered quite quickly." “You're still pale.” “But I'm fine, really. I know very well how unbearable the pain was after giving birth to Roschal, so I know that my current condition is the best.” Rohan frowned. "I still regret I couldn't keep you company during those hard times." “You don't have to. We just played our respective roles at that time.” Sashal kissed the back of Rohan's palm. “By the way, how long will Ruri visit?” “Ah, about that, I also want to di

The night felt agonizingly prolonged, with each passing minute stretching their apprehension. It was only when the first light of dawn graced the sky, followed by the long-awaited sound, that a sigh of relief finally escaped the lips of everyone outside the room. With the rising sun, Rohan passes through the big door with a bouquet and baby Roschal in his arms.He arranged the flowers in a large vase quite skillfully, like someone who was used to doing it. It was unimaginable coming from an Alpha. After that, he sat on a chair next to the bed."How are you feeling, my princess?" Rohan stretched out his hand to caress Sashal's head.“It never gets better than this, dear,” Sashal answered with a chuckle despite her pale face.Watching Sashal's expression, Rohan couldn't stop himself from kissing her pale face. Not only he but baby Roschal also doesn't want to lose to his father. He hugged and kissed the face of his mother, whom he had not seen for four days. He did it well enough that S

Not only do we have to fight the legendary creature for which we don't have the right answers, but we also have to fight against time. Everything seemed to be moving faster than usual, even though the Calamity had not yet been fully pushed to the point we agreed on. If it continues like this until the sun disappears behind the horizontal, then what we are trying to do will be meaningless.“We need more people on our side to make the Calamity come to that spot on its own accord, out of frustration.”Alpha Deen had the same thoughts as me. I nodded as I looked towards the Northern warriors. They glanced at each other. I could understand their hesitation about becoming the raw bait to lure the Calamity. Meanwhile, Rohan and the others on the other side didn't look like they were in good condition after fighting nonstop. It had been going on for over four hours, and time was not on our side.“I'll do it. But you know that with just one person, it won't attract his attention. So, you have

Out of surprise, the steps that stopped suddenly slowly found their rhythm again despite signs of hesitation by the warriors. However, it was not visible from Alpha Duke Gustaav and Kaesang as they made their steps so clear. Seeing the fearless temperament of the two men, Jermaine became even more agitated.“How dare all of you! How dare you challenge me here!” He created even more duplicates of his wolf, probably hoping the Alpha Dukes would stop in their tracks.When Alpha Duke Gustaav and Kaesang stopped in their tracks, he smirked. He glanced curtly at me, then bared his teeth.“You guys aren't going anywhere. I'll make sure you receive the same punishment as that traitor!”“Traitor? Who?" Alpha Duke Gustaav retorted in a sharp tone. “Ah, you're talking about yourself?”"What?"“Your Majesty, ah no, nephew, don't you dare get in our way to fix the mess you've made.” Alpha Duke Kaesang warned."What are you talking about?"“Stop your damn whining, Alpha King. If you can't control y

“Ugh,”As the ground began to swallow us, Rohan tried to lift my sinking body. He dug the ground around me with his claws while Ansel shouted.“It's me! Ansel! It's me!”He kept shouting those words out of his lungs several times as if that could stop what was happening.I couldn't grasp my mind as panic enveloped my whole body. I tried to only focus on getting the lower part of my body out of the ground while not burdening Rohan who managed to free himself from this terrible pull.“I'll get you out. Don't worry." Rohan kept calming me, who was starting to feel numb to everything around me, apart from the sound of my heartbeat, which filled my head.At that moment, like a miracle, the ground stopped rumbling all of a sudden. Like it never swallows us. 'Huh?'“Damn it! Finally!” Ansel cursed, but I could catch the tone of relief from his curse just now.Before long, I could understand why.Several people were standing on the surface of the land that had not collapsed, surrounding us. “

“Beta Duke Avimelech, what is this madness? I'm sure now that you helped that woman escape, stage it as she died tragically. And there is also that Alpha. Hah, so you're also a traitor.” Gamma Marquise Blaine glares at us each, spitting bars of slander.There's a hint of fear in his trembling eyes, yet he dares to bark at us. I'll have to give him a round of applause next time.“Whatever you say, sir. You can accuse me of being a traitor or whatever, only if you get out of here safely, though.”“Guards!” With his calling, all the guards gather shielding him and his companion. “Did you just threaten to kill us all, Beta Duke Avimelech?!”Rohan bursts out laughing. “Haha, haaa… It's not us, you moron. Have you forgotten where you are now? The Calamity can easily swallow all of you. What a jester. And you worked with these clowns for years, dear?”“Exactly, my words.” I shook my head.“Wait~ What is this~ Have you all… haaaa, also see the former queen? Huh? Am I not the only one who saw

“... bahwa berita itu benar.”“Ah, tentang kehamilan?” Seorang wanita lain menimpali dengan penuh semangat.“Benar. Bagaimana bisa dia tampil di depan umum dengan penampilan seperti itu seolah-olah dia tidak peduli dengan pkaungan orang lain terhadapnya?”Sashal menykaurkan kepalanya di skauran sofa. Di sampingnya ada Ruri, yang mengerutkan keningnya hampir menangis. “Yang Mulia,” ia memanggilnya dengan suara bergetar.Sashal hanya menyunggingkan senyum tipis. Tatapannya tidak fokus pada apa pun, seolah-olah ia telah memasuki sebuah ruangan yang penuh dengan mosaik.Ini bukan pertama kalinya ia mendengar orang-orang, terutama para wanita, berbicara buruk tentang dirinya di belakangnya. Bahkan sebelum insiden penculikan terjadi, banyak wanita yang tidak menyukainya meskipun dia bekerja dengan baik sebagai ratu. Hanya rakyat jelata yang menyukainya karena banyak programnya yang menguntungkan mereka dibandingkan dengan para wanita bangsawan.Setelah insiden penculikan, topik yang mendomi

Dia menjawab semua pertanyaan Sashal tanpa ragu-ragu, seolah-olah semuanya jujur. Namun semakin Sashal bertanya, semakin ia menyadari bahwa jawaban-jawaban Rohan sesuai dengan kondisi nyata yang ada dalam pikirannya. Mengenai keinginannya atau keinginan negaranya.Fakta bahwa ia menyadari bahwa persentase kedua negara mencapai kesepakatan damai adalah nol persen menunjukkan bahwa Rohan memiliki niat lain untuk datang ke sini. Dan entah bagaimana, ia berpikir bahwa alasan Rohan datang ke sini adalah karena dirinya, membuat jantungnya berdebar semakin tak menentu.“Tanyakan apa pun yang ingin kau ketahui. Aku akan menjawabnya.” Rohan membisikkannya dengan suara lembut.Sashal semakin tidak sabar untuk melepaskan diri dari pelukannya. Ia merasa lagu ketiga malam itu terasa sangat lama dibandingkan malam-malam sebelumnya yang hampir tidak ia ingat, dan ia tidak lagi berani bertanya. Kenapa? Karena dengan bertanya, ia seperti menelanjangi dirinya sendiri di depan pria itu.Semakin dia pena

“Bagaimana jika aku mengatakan ya?”“...”Sekarang mereka sudah sangat dekat secara fisik, di mana mereka bisa mendengar nafas satu sama lain lebih keras daripada musik, Rohan menunjukkan warnanya. Menanggalkan segala kepura-puraan etiket. Sikapnya kasar dan lugas.Hal ini dapat dirasakan dari sentuhannya yang berani pada tubuh Sashal, di mana tangannya tidak lagi berada di pinggang Sashal, tetapi di atas. Dekat dengan dadanya. Sashal menggeliat panas di bawah nafasnya tapi tetap berusaha menguasai kontak di antara keduanya.Sashal masih merenungkan jawabannya. Dia merasa perlu untuk menjadi pintar dalam menjawab permainannya.Rohan tertawa dan mendekatkan tubuhnya ke arahnya. Ia terkesiap, lalu bersyukur karena perutnya yang sedikit buncit mencegah wajah Rohan mendekat padanya. Ini hanya akan menjadi gosip di ibukota selama lebih dari seminggu, terutama jika ada wartawan yang berhasil mengabadikan momen ini.Dia bertanya. “Bagaimana jika aku tahu dan mendekatimu? Apa yang akan kau la

Sashal dan Rohan saling bertukar pkaung, dan kemudian Sashal mengamati Rohan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dia berpikir, 'Aku memilih setelan yang cocok untuknya. Bagaimana aku bisa melakukannya dengan sempurna?Terlepas dari dia adalah seorang Alpha dari Northern, sikapnya dalam mengenakan hadiah yang diberikan olehnya, pemegang jabatan tinggi dari negara lawan, patut diacungi jempol darinya, secara pribadi. Tidak seperti perwakilan dari negara lain yang secara terang-terangan tidak mengenakan pakaian hadiah darinya karena mereka menganggap hal itu sama saja dengan menguliti identitas mereka, Rohan terlihat... gagah.Sashal dapat mengerti mengapa para perwakilan media yang hadir dalam acara ini tidak berhenti memkaung Rohan dan sesekali mengeluarkan kamera mereka untuk mengabadikan sosoknya.Dan sekarang, Sashal yakin bahwa para awak media sedang gempar untuk mengabadikan momen ini dalam satu frame. Ia bahkan dapat memprediksi berita utama apa yang akan ditulis keesokan hariny

Sashal memutar bola matanya sambil menjawab dengan malas, “Karena aku belum pernah hamil, Yang Mulia.”Memang, itu juga salah satu alasannya, tapi ada hal lain yang lebih mengganggunya, yaitu sepatunya. Sepatu hak tinggi barunya terasa seperti menguliti tumit dan pergelangan kakinya. “Sialan.Ia tidak bisa mengangkat kepalanya lagi jika Rohan mengetahui hal ini setelah ia mengatakan bahwa sepatu hak tinggi termasuk kebanggaannya sore ini. Jika Sashal tahu hal ini akan terjadi, ia seharusnya memakai sepatu hak tinggi yang biasa ia kenakan. Tapi karena Jermaine mengirimkan sepatu hak tinggi ini untuknya, mau tidak mau dia harus memakainya, atau Rohan akan menyadari dan berasumsi macam-macam.“Luelle juga sedang hamil, tapi kau lihat kemarin lusa, kan? Dia terus berdansa denganku.”“Kalau begitu, kau berdansa saja dengannya.-"Kalau begitu, berdansalah dengannya!”Sashal menghembuskan napas, geli setiap kali Shan juga melontarkan kata-kata kasarnya, yang sepertinya bisa membaca pikiranny

Begitu pintu megah itu terbuka, yang menyambut Sashal adalah pemkaungan di mana Luelle dan Rohan berdiri berdampingan di dekat tempat duduknya. Dari kejauhan, ia bahkan bisa melihat wajah Luelle yang memerah dan matanya tertunduk.Ia melihat pria yang berada di sampingnya. Setidaknya untuk saat ini, Sashal paling tahu bagaimana halus dan manisnya tindakan Rohan terhadap wanita. Dengan telinga Luelle yang tipis, tidak mengherankan jika sekarang ia terpesona oleh kata-kata Rohan.Entah bagaimana, hal itu membuatnya berada dalam suasana hati yang buruk.Dan hal itu tidak hanya terjadi padanya. Jermaine juga menyaksikan pemkaungan yang sama. Dia mengangkat satu alisnya sambil berpikir. 'Apa yang dilakukan pria itu di sebelah Luelle? Dan mengapa Frau tidak melakukan apa-apa?Jermaine melirik ke arah Sashal. 'Dia juga begitu. Apa yang terjadi di antara mereka berdua?Sashal, yang merasakan lirikan Jermaine, membuka mulutnya dengan malas. Mereka sedang diawasi; apa pun yang mereka lakukan da