Chapter: 11. Demam Drakor"Terima kasih Pak Bima, atas keputusan kerjasama ini." Pak, Leo menyalamku setelah kami menandatangani kontrak perjanjian kerjasama perusahaan kami. Sesuai kesepakatan dengan beberapa karyawan kepercayaanku kemarin, kami akan menjalin kerjasama dengan Pak Leo, mengingat sepak terjang beliau di bidang pemasaran. Walaupun aku harus lebih banyak berhubungan dengan Lusy nantinya. Aku rasa bukan sesuatu hal yang mengkhawatirkan. Karena aku juga tidak ada hubungan apa-apa denganya. Aku akan berusaha untuk bekerja secara profesional."Aku harap kita bisa sama-sama bekerja dengan baik, Bim. Eh, Pak Bima." sambung Lusy. Aku hanya tertawa mendengar ucapannya yang kaku kalau menyangkut urusan pekerjaan."Santai aja Lus, panggil Bima aja nggakpapa kok." ucapku memecah suasana."Kalau begitu saya permisi duluan, masih ada urusan yang harus saya selesaikan." ujar Pak Leo sambil pamit. "Kita ngobrol bentar ya Bim," pinta Lusy. Tak enak hati aku untuk
Terakhir Diperbarui: 2022-04-15
Chapter: 10. First Kiss"Jadi gara-gara harga baju ini kamu pingsan?" "Iya, Mas." Lika mengangguk lemah."Astaga, Lika. Kamu nggak usah pikirin masalah harganya. Kalau kamu suka, ambil aja. Mas udah suruh Sari untuk temani kamu belanja.""Tapi Mas, kalau hanya satu baju aja harganya satu juta. Apakah boleh Lika minta uangnya untuk beli buku-buku saja, dan bukunya dikirim ke kampung. Lika nggak usah beli baju nggakpapa. Di kampung banyak anak-anak yang nggak punya kesempatan sekolah. Lika pengen mereka semuanya jadi anak pintar, walaupun hidup di desa terbelakang. Biasanya tiap Sabtu, Lika dan Ana ngajar anak-anak di kampung Mas. Anak-anak yang nggak bisa sekolah."Aku terdiam menatap Lika. Ternyata gadis lugu dan polos di hadapanku ini memiliki hati emas. Dia lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. "Sar, ambil baju itu. Tetap beli untuk Lika," titahku pada Sari. Sari pun mengangguk. Ia mulai memilih baju-baju yang cocok dan disukai oleh Lika.
Terakhir Diperbarui: 2022-04-15
Chapter: 9. Baju Mahal "Cie... yang udah jadi tunangan orang, mukanya berseri-seri terus." Sepanjang hari Sari menggodaku di kantor. Aku sampai harus memeriksa wajahku di cermin. Apa iya, seperti yang dikatakannya, tampak berseri-seri.Ah, ya tentu saja aku bahagia. Lika, gadis polos dan lugu itu benar-benar membuatku banyak berubah. Pandanganku tentang kecantikan perempuan menjadi berubah. Perempuan cantik tidak hanya perempuan yang berpenampilan modis, wajah glowing bak porselen, make up tebal, tinggi langsing, kulit putih bening. Kepolosan dan keluguan Lika telah membuat paradigmaku berubah. Karena sekarang, faktanya aku telah jatuh hati pada perempuan sederhana, polos, jauh dari kata modis, tidak terlalu putih, tidak bermake-up dalam kesehariannya, dan tidak tinggi langsing bak foto model. "Sar, kamu pulang lebih awal deh. Temani Lika belanja. Beli baju-bajunya yang banyak." Aku menyodorkan kartu kreditku yang unlimited pada Sari."Tapi Pak, aku baru pulang libur
Terakhir Diperbarui: 2022-04-08
Chapter: 8. TunanganHari ini Aku dan Lika resmi bertunangan. Tidak ada acara meriah, karena aku memang meminta pada Nenek untuk acara sederhana saja.Paman, Bibi, dan Ana juga datang dari kampung. Dan seorang lagi. Kalian tahu siapa? Tono! Ia ikut menyaksikan acara tunangan gebetannya, Lika."Selamat Lika. aku harap kamu bahagia selamanya." Tono menyalam Lika dengan suara bergetar. Seperti menahan tangis.Mungkin ada sesal yang terasa sesak dihatinya. Kenapa selama ini ia hanya memendam rasa sukanya pada Lika, tanpa mencoba mengungkapkannya. Ia sudah kalah sebelum berperang, karena kebodohannya sendiri yang tak pernah mengaku cinta pada Lika."Terima kasih Tono. Kita masih bisa komunikasi dari WhatsApp." ujar Lika."Tolong jaga dan bahagiakan Lika, Mas." kali ini dia berbicara padaku.Duh, bocah tengil ini malah menasehatiku. Tak usah diminta pun aku pasti menjaga Lika. "Tentu!" Lika tampak berbeda hari ini. Wajahnya yang cantik
Terakhir Diperbarui: 2022-04-01
Chapter: 7. Membuka Hati Untuk Lika[Test]Sebuah pesan W******p masuk ke ponselku. Ternyata dari Lika. Pasti ini bocah lagi kemaruk mainin ponsel baru.[Siapa?] tanyaku pura-pura.[Lika Mas. Ih, bukannya semalam Mas udah simpan nomor Lika.][Oh, Malika kedelai hitam yang dirawat seperti anak sendiri.][Bukan Mas, Malika Putri Permatasari.] Tampaknya nggak bisa diajak bercanda ini bocah.[Oh, Malika yang takut hamil karena tangannya dipegang.][Mas Bima nyebelin.]Kukirim stiker emoji love. Mau melihat responnya. Ternyata nggak ada balasan lagi. [Mas kangen sama kamu.] kukirim lagi pesan itu. Dan ternyata masih belum ada balasan.[Nanti siang Mas jemput ya, makan siang.]Jujur ada rasa rindu yang sudah terbit di hati ini. Rindu melihat senyum manisnya yang polos. Melihat ekspresi wajahnya ketika sedang kesal. Padahal baru semalam kami bertemu. Apakah ini yang dinamakan, benih-benih cinta sudah mulai tumbuh? Kuharap begitu.[Lika nggak mau Mas. Lidah Lika nggak cocok dengan
Terakhir Diperbarui: 2022-04-01
Chapter: 6. Melupakan Masa LaluAku dan Lusy berada disebuah restoran di dalam mall. Sekadar makan malam bersama teman tidak masalah bukan?"Kamu nggak banyak berubah Bim." "Memangnya aku harus berubah gimana?" Aku tertawa menanggapi ucapan Lusy. Dia juga nggak banyak berubah. Masih tetap cantik dan anggun. Malah terlihat tambah modis. Apa iya, pesona janda memang lebih memukau ya? Eh!"Kamu kenapa belum nikah?" "Uhukkk... uhuk..." Minuman yang baru saja kuteguk mendadak tak bisa melewati tenggorokanku. Aku tersedak karena kaget. Pertanyaan macam apa itu? Kenapa aku belum nikah? Haruskah kuakui di hadapannya bahwa luka yang ia goreskan di hatiku belum sembuh?"BIMA AKAN SEGERA MENIKAH. NGGAK LAMA LAGI.""Uhukkk... uhukkk..." Belum lagi tenggorokanku terasa lega, sekarang malah tambah sakit. Dadaku sesak. Sepertinya minuman yang kuteguk tadi salah masuk, bukan ke kerongkongan, tapi ke hati, tembus ke jantung. Itu suara Nenek. Sejak kapan be
Terakhir Diperbarui: 2022-03-31