Chapter: Bab 36 : Berlabuh Kepada Orang Yang TepatDua bulan berlalu sejak kematian Maida. Razi dan ibunya kembali ke rumah yang dulu. Meski rumah itu diberikan kepadanya, tetapi lelaki pemilik wajah rupawan itu menolak secara halus. Dia merasa tak berhak memiliki rumah itu. Kenangan masa lalu tentang wanita itu kembali terputar dalam memori ingatan. Baik ketika mereka masih saling mencinta, pun ketika prahara mulai membersamai keduanya. Razi berpikir, perubahan sikap Maida adalah salahnya, wanita itu menjadi jahat karena dirinya. Lelaki itu melamun di sudut ruangan, di sebuah kursi yang berhadapan langsung dengan jendela. Menatap sekumpulan anak-anak yang berlarian ke sana kemari seolah memiliki energi yang tak pernah habis. Bu Ratna menatap putra semata wayangnya. Wanita itu meletakan telapak tangannya di bahu lelaki yang tengah diselimuti rasa bersalah. “Nak, ikhlaskan!” ujarnya singkat. Lelaki itu menengadah menatap wajah ibunya yang mulai dihiasi keriput.
Last Updated: 2021-12-25
Chapter: Bab 35 : Selamat Tinggal DuniaRazi menutup mata tatkala Andrean mengarahkan moncong senjata api ke arahnya. Tak henti hatinya merapal kalimat 'Laa ilaha illlallah', berharap jika saat itu adalah waktu ajalnya tiba, dia dalam keadaan mengingat Rabb-nya.Sejurus kemudian, sebuah letusan terdengar nyaring, dan tubuh itu pun ambruk.Razi membuka mata, jantungnya berdetak kencang, tubuh lelaki di hadapannya telah ambruk tertelungkup.Razi menghela napas lega. Jika saja polisi datang terlambat, mungkin saat ini dirinyalah yang tengah terbaring bersimbah darah.Maida segera dibawa Ambulans menuju rumah Sakit untuk mendapat perawatan, begitu juga dengan Andrean.Razi keluar dari rumah itu dengan dipapah seorang polisi. Di luar, Hana dan Tsabit telah menunggu dengan perasaan cemas.“Itu ayah!” ujar Tsabit, anak itu menghambur ke pelukan Razi.Razi berjongkok untuk menyambut Tsabit dan memeluknya erat. “Kamu gak ap
Last Updated: 2021-12-23
Chapter: Bab 34 : Pengorbanan“Kita ke mana?” tanya Maida.“Puncak.”Maida menghela napas. Perasaan bersalah menyelimuti hatinya. “Mungkinkah ini perbuatan Mas Andrean?” tanya Maida. Pandangannya mengarah ke luar.“Apa dia bilang akan melakukan sesuatu?” tanya Andrean.Maida mengangguk.“Bodoh! Apa lu menyuruhnya?” Bian kembali bertanya dengan nada tinggi.“Enggak, Bian. Gue udah nyuruh dia buat gak ngelakuin apa pun.” Maida memijat keningnya.“Apa yang harus gue lakukan?”“Lu telepon dan tanya dia lagi di mana dan lagi ngapain, tapi lu pura-pura kalau gak tau Tsabit diculik. Gue khawatir, Andrean tuh psikopat, lu ngerti kan?”Maida mengangguk. Dia mengambil ponselnya dan menelepon Andrean.“Halo Mai, ada apa?” tanya Andrean.“Mas, lagi di mana?”
Last Updated: 2021-12-22
Chapter: Tsabit Diculik!Ponsel Maida bergetar. Sebuah pesan masuk di aplikasi hijau miliknya. Perempuan yang mengenakan blazer hitam itu mengambil gawai dan membukanya. Seketika matanya terbuka lebar, dadanya naik turun menahan amarah.“Kurang ajar kalian!”Maida menutup pesan yang memperlihatkan sebuah foto Razi dan Hana tengah duduk berdua.Perempuan itu mencoba menghubungi Razi, tetapi tak aktif. Maida memejamkan mata, baru saja dia ingin berubah menjadi lebih baik, mencoba membuka hati bagi Tsabit, tetapi melihat foto itu hatinya kembali memanas. Dia tak lagi bisa bersabar. Dirinya bermaksud untuk menyusul suaminya.●●●Razi menghela napas, tak menyangka bahwa perkataannya beberapa tahun yang lalu begitu membekas di hati Hana. Segurat penyesalan kembali hadir menyelusup hati.“Hana,” panggil lelaki itu sambil mengetuk pintu.Tak lama, Hana membuka pintu.“Hana ... sebena
Last Updated: 2021-12-22
Chapter: Bab 32 : Rencana LamaranRinai hujan mendentum bumi. Gemercik airnya terasa merdu berpadu dengan tarian dedaunan yang tertimpa tetesnya. Seorang perempuan tengah menikmati indahnya rintikan air kali ini dari sudut jendela. Sesekali, ia mengulurkan tangannya agar terbasahi sang hujan.Secangkir teh hangat menemaninya menikmati sore yang cukup dingin kala itu. Ia menarik napas, lalu mengembuskannya bersama kebimbangan akan sebuah pilihan.“Mantapkan hatimu, istikharah lebih baik,” ucap wanita di seberang meja.“Bagaimana mas Bian menurut Bibi?”“Dia baik, tampaknya juga sayang sama Tsabit.”Perempuan itu kembali menarik napas. ‘Haruskah aku menerimanya?’ tanyanya dalam hati.●●●Razi kembali melihat sosok lelaki yang saat itu dilihatnya tengah berbicara dengan Andrean di sebuah jalan. Lelaki itu melirik ke arah Razi. Tak lama, lelaki itu pun pergi.Razi melaju
Last Updated: 2021-12-18
Chapter: Bab 31 : Tak Rela Dilamar OrangWaktu menunjukkan pukul delapan malam saat Razi sampai di kediaman Hana. Tampak sepi, seperti tak ada tamu yang hadir. Lelaki bersurai hitam itu menarik napas dan memberanikan diri mendekati rumah itu. Dia tak lagi memedulikan bahwa dirinya bukan siapa-siapa lagi bagi Hana, yang ada di pikirannya saat itu adalah, tak ingin wanita itu menjadi milik orang lain.Dengan ragu, Razi mengetuk pintu. Sekali, tak ada jawaban. ‘Apakah lamarannya tidak di rumah?’ batinnya gusar.Razi melangkah bermaksud meninggalkan rumah itu. Baru beberapa langkah, terdengar suara pintu terbuka. Razi berbalik. Tampak di hadapannya seorang wanita berjilbab menatapnya heran. Razi tersenyum, berjalan mendekat dan berusaha meraih tubuhnya. Sontak, wanita itu beringsut mundur.“Ah, maaf.” Razi tak bisa menahan perasaannya. “Hari ini kamu lamaran, Hana?”Perempuan bermata teduh itu mengernyit heran. “Enggak.”
Last Updated: 2021-12-17
Chapter: Bab 8 : Suara HatiFOV Fawwaz Entah karena aku jatuh cinta padanya atau hanya sekedar ingin memenuhi keinginan anakku, aku bermaksud untuk menghalalkannya. Aku pun tak mengerti, wanita itu seolah memiliki magnet yang mampu menarik hatiku hingga sulit lepas dari sosoknya. Jantungku berdegup kencang saat kedua manik coklat miliknya ragu-ragu membalas tatapanku. Mungkin akan ada yang bilang jika aku sudah tak lagi mencintai istriku yang telah wafat, hingga begitu cepat aku mencari pengganti dirinya. Tidak, akan selalu ada ruang untuk cinta istriku di hati ini. Usianya memang jauh dibawahku. Namun, ada sebuah keyakinan di hati bahwa Aisyah cocok menjadi ibunya Hilma, juga pendampingku tentunya. Kudapati kabar bahwa adiknya kecelakan. Aku berpikir Bagaimana caranya agar aku bisa meringankan kesedihannya. Tak mungkin jika menghiburnya secara langsung. Akhirnya kuputuskan untuk membantu biaya operasinya. *** "Lis, bagaimana jika aku meni
Last Updated: 2021-12-18
Chapter: Bab 7 : Sebuah Lamaran?Uhuk! Rasanya air minumku mengisi rongga dada hingga membuatku terbatuk-batuk. Maryam membantuku dengan menepuk-nepuk punggung. "Ust Aisyah baik-baik saja?" tanya Pak Fawwaz. "Gak apa-apa," jawabku sambil terbatuk."Hilma, itu gak sopan!" Ujar lelaki bertubuh tinggi itu kepada putrinya.Hilma melipat kedua tangannya di dada sambil cemberut. Makan malam itu berlanjut dengan suasana yang makin canggung. Sesekali kuperhatikan raut wajah Mas Fahim, masih seperti biasa, datar. Tuh kan, dia memang gak peduli! **** Ponselku berdering tatkala baru selesai dari kamar mandi. Abi? Segera kuangkat telepon darinya. Lelaki paruh baya itu mengucapkan salam, dengan suara bergetar dia memberitahukan bahwa adik perempuanku yang di pondok mengalami kecelakaan. Lututku terasa lemas mendengarnya. Rasa trauma atas kehilangan Mas Faqih karena kecelakaan kembali menghantui pikiran. Aku meminta izin kepada ustadz Irwan untuk pulan
Last Updated: 2021-12-17
Chapter: Bab 6 : Permintaan Yang Tak TerdugaSebulan berlalu, Hilma tampaknya sudah betah di pondok, dia tak lagi mengeluh ingin pulang atau menyalahkan papanya lagi. "Ust Aisy!" panggilnya seraya berlari ke arahku. Aku yang sedang mencabuti rumput bersama Maryam melambaikan tangan padanya. "Ini." Hilma menyodorkan sebuah coklat kepadaku. "Buat Ust Maryam mana?" tanya gadis gemuk di sebelahku. "Gak ada," balasnya singkat. "Makasih, ya." Kuraih coklat dari tangan Hilma. "Mau bantuin?" Hilma meraih rumput yang mulai meninggi, lalu mencabutnya. "Ust Aisy," panggilnya pelan. "Ya." "Ust Aisy mau gak jadi mamaku?" "A-apa?" Pertanyaan Hilma membuatku terkejut. "Kamu ini bicara apa?" "Ust Aisy pernah menikah kan? Lalu suaminya meninggal, papaku juga ditinggal mama, aku pikir ... kalian berdua cocok. Dan jugaaa ... aku suka Ust Aisy." Aku dan Maryam saling pandang, tak mengerti deng
Last Updated: 2021-12-16
Chapter: Bab 5 : Kehilangan, Memang MenyakitkanSemilir angin menerpa wajah, sekelebat kenangan bersama Mas Faqih terputar kala melihat wajah itu. Astaghfirullah, segera aku memalingkan muka. Aisyah, dia bukan Mas Faqih-mu! "Ada apa, Aisy?" tanya Maryam keheranan. "Gak apa-apa. Ayuk, masuk!" Deretan rumah tempat tinggal untuk para pengajar berderet rapi memanjang. Maryam memberi tahu bahwa rumah yang agak besar diperuntukan bagi yang sudah berkeluarga, sedang yang mirip kamar bagi yang masih lajang, dan aku memilih tinggal sekamar dengan Maryam. "Istirahat dulu, gih! Besok ada rapat untuk semua staf pengajar dan karyawan." Aku mengangguk. "Oh ya, Maryam. Tadi aku lihat ada adiknya Mas Faqih." "Oh iya, aku lupa bilang. Ustadz Fahim juga akan mengajar di pesantren ini." "Benarkah?" Maryam mengangguk. Aku cukup terkejut, padahal dulu dia mengajar di pondok pesantren yang cukup terkenal, tetapi sekarang lebih memilih mengajar d
Last Updated: 2021-12-16
Chapter: Bab 4 : Lembaran Baru"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un, Allahumma'jurni fii mushibati wa akhlifli khaira minhaa," lirih kuucapkan do'a itu. Sekuat tenaga menahan kesedihan. Walau bagaimanapun, ini adalah takdir dari yang Maha Kuasa. Namun, tetap saja, rasa kehilangan yang teramat membuat tubuhku terasa lemah. Tak disangka, begitu banyak sekali orang yang datang untuk takziah. Yang mengikuti shalat jenazah pun begitu banyak hingga ke luar masjid. Bahkan syaikh dari Madinah yang Mas Faqih menimba ilmu kepadanya pun mengucapkan bela sungkawa melalui telepon kepada abi, tak lupa do'a-do'a terbaik mengalir dari lisan mereka. Sungguh, dunia itu memang fana. Pada akhirnya manusia akan kembali kepada-Nya. Tak berguna lagi segala harta dan jabatan, hanya amal yang menemani dan menjadi penerang di gelapnya kubur. Ummi menggenggam lenganku berusaha menguatkan. Dia menceritakan kisah tentang kesabaran Ummu Sulaim saat ditinggal wafat anaknya. Kisah itu cukup membuat
Last Updated: 2021-11-26
Chapter: Baba 3 : Perpisahan Dengan DuniaLelaki yang menikahiku lima bulan yang lalu itu terbaring lemah, matanya tertutup, dengan sebagian kepala yang ditutupi perban. Hampir dua jam aku menungguinya, akan tetapi dia belum juga sadar. Perawat memberi tahukan bahwa Mas Faqih telah mendapatkan kamar. Akhirnya, lelaki bermata teduh itu dipindah ke ruang perawatan. Kedua orang tuaku sampai di Rumah Sakit. Dengan tergopoh mereka menghampiri. "Bagaimana keadaan Faqih? Kecelakaan di mana? Dia baik-baik aja kan?" cecar Ummi. Aku tak bisa berkata apa-apa, hanya air mata yang mampu menerjemahkan bagaimana porandanya hatiku saat itu. Ummi meraih dan memeluk tubuh ini yang terasa lemah. Sedang Abi mengusap punggungku berusaha menenangkan. Hampir sebulan Mas Faqih dirawat, tetapi keadaannya masih tetap sama. Hanya bisa terbaring, dirinya begitu kesulitan meski hanya untuk menggerakan bagian tubuhnya. Ibu mertuaku sudah tiga minggu di Rumah sakit, menunggui dan iku
Last Updated: 2021-11-26