Diary Istri CEO
Rahman melihat kamarnya masih terang. Dia tidak melihat Aisyah di kamarnya, hatinya langsung panik. Dia bergegas mencari Aisyah ke bawah. Menurut pengakuan Mbok Darsih, Aisyah tidur di kamar tamu.
Pintu kamar yang tidak dikunci membuat Rahman dengan mudah masuk. Aisyah mengucapkan salam selesai salat tahajudnya. Dia langsung kaget melihat Rahman yang duduk di kasur.
“Ngapain kamu ke sini?”
Rahman masih diam sambil memandang wajah Aisyah yang tanpa niqam melihatkan bentuk hidung mancung Aisyah dan bibir mungilnya, sehingga membuat Rahman menelan salivanya. Melihat kecantikan Aisyah siapa yang tidak akan tertarik. Paras perempuan-perempuan penghibur di club malam, kalah dengan kecantikan Aisyah yang tanpa polesan make up.
Aisyah menundukkan wajah, dia sadar mungkin Rahman muncul jiwa mesumnya. Dia ingat kelakuan Rahman saat di kantor waktu itu. Pasti, dia sedang membayangkan imajinasi liar terhadapnya.
“Tolong, keluar dari sini.” Pinta Aisyah lembut supaya Rahman tidak tersinggung.
“Ini rumahku, aku bebas mau melakukan apa saja.”
“Tapi kita bukan muhrim tidak baik berduaan di kamar.”
“Aku tidak masalah.”
Aisyah merasa kesal. Ternyata Rahman sangat kerasa kepala.
“Aku akan berteriak.”
“Silakan saja.”
Rahman seolah menantang Aisyah. Dia membentangkan tangannya dan tersenyum. Aisyah merasa terpojok, saat Rahman terus-terussan mendekatinya. Bahkan bunyi napas Rahman sangat terdengar jelas, pria ini seperti sedang meraih puncak. Aisyah lalu mendorong tubuh kekar Rahman dan berlari keluar.
1031.6K DibacaCompleted