Cinta Sejatinya
Di saat Dimas sedang melamar samaku, ada panggilan telepon yang masuk.
Jaraknya sangat dekat, aku bisa mendengar dengan jelas suara di telepon.
“Bang Dimas, aku terluka, kakiku sangat sakit.”
“Plak!” Dimas menutup kotak cincin tanpa ragu, “Janet terluka, lamarannya lain kali saja.”
Setelah itu, dia berlari pergi di bawah tatapan bingung dari orang-orang.
Aku belum pernah bertemu dengan Janet, tapi jejaknya ada di mana-mana dalam hidupku.
Saat makan, Dimas akan mengatakan bahwa Janet suka makanan manis, dan saat berpakaian, aku tahu dia suka warna ungu muda.
Aku sudah bertengkar dan marah, tapi Dimas selalu mengatakan: “Kamu terlalu cemburu, siapa sih yang tidak punya cinta sejati? Masa laluku adalah dia, masa depanku adalah kamu.”
Akhirnya, aku menemukan pria yang menganggapku sebagai cinta sejatinya, William Anderson, dan aku berkata: “Mari kita menikah.”