kabanata 24 el filibusterismo

เพราะถูกแฟนหนุ่มและรุ่นน้องคนสนิทหักหลังทำให้อริสาตัดสินใจไปเที่ยวกับเดอะแก็งสมัยมัธยมจนพลาดพลั้งได้เสียกับศารทูลคู่ปรับหมายเลขหนึ่งทุกอย่างเหมือนจะจบแต่ไม่จบเมื่อเวลาผ่านไป2เดือน...เธอท้อง ยุ่งแล้วไง!!!

Laura, a single mother, had recently moved into Lorenzo's home, hoping to provide her daughter, Isabella, with a father figure. She wasn't aware that the man she had fallen in love with was a devil—a Mafia boss who was there to ruin her life and that of her daughter. "Isabella, you are mine; you belong to me and no one else. Those who think about you are seeking death," Lorenzo said, raising her chin with a deep voice dripping with threat. Isabella's face was filled with defiance. "I hate you, Lorenzo." He cackled, "But you can't stop saying 'yes, Daddy,' which means your hate doesn't matter because I can't get enough of you, Isabel." Laura was more worried about having a sweet family, while Lorenzo was only interested in sex. “She is still a child; I am sure she will come around,” Lorenzo assured Laura when she expressed concern about Isabella not recognizing him as a father. Sleeping with a mother and daughter while being a crime ring boss—that is the way of a Mafia boss who will be ruined by a hot 18.

"Puaskan aku di ranjangku, atau kau akan kehilangan penglihatanmu!!" Seuntai kalimat yang sukses membuat tubuh seorang wanita bergetar ketakutan. Tapi bagaimana jika yang berkata demikian adalah pria yang sudah menikahinya, Juan Anderson. Pengusaha kaya raya dengan aura mempesona namun memiliki sisi kejam nyaris seperti binatang. Tanpa tahu apa maksudnya, seorang gadis bernama Jasmine harus menjadi bulan bulanan keluarga Anderson. Dinikahi lalu disakiti hampir di setiap detiknya, sampai sampai ia kehilangan dirinya sendiri, namun saat berniat mengakhiri hidup, Jasmine justru mendapati dirinya hamil. Akankah hal itu bisa meluluhkan hati seorang Juan Anderson atau justru sebaliknya.

Dukun tua yang mengikat perjanjian darah antara sang buyut dengan Nyi Kukun, mahkluk gaib haus darah perawan, telah tiada. Kini, beban mengerikan itu jatuh ke pundak Aminah. Setiap bulan, ia harus mempersembahkan darah haid para perawan desa. Jika tidak, seluruh desa akan dilanda kutukan mengerikan. Lantas, bagaimana nasib Aminah? Terlebih, kedua putrinya mulai curiga dan hal itu ternyata menggangu ketenangan Nyi Kukun....