Antara Mencintai dan Melupakan
Evan memandangi Celin yang sedang sibuk mengurus tubuhnya, terbayang kembali bagaimana wajah ceria Celin saat ia datang melamar, di awal pernikahan wanita itu sangat aktif dan riang namun perlahan ia berubah, wajah ceria itu terlihat tertekan, tingkahnya juga menjadi lebih tenang.
"Kamu ingin bicara apa?" Celin berbalik dan berjalan ke arahnya. Evan buru-buru membuang muka ke samping.
"Apa kau tidak penasaran dengan perempuan yang bersamaku?"
"Kalau kamu ingin memperkenalkannya, lakukan saja, tidak usah bertele-tele," Celin terdengar ketus.
"Dia Jeni, dia istriku juga, kami menikah sebelum aku menikahimu,"
Bagai petir yang menyambar di telinga Celin, untuk pertama kalinya ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis, dadanya sakit dan sesak, Evan melirik untuk melihat keadaannya.
"Aku harus menjelaskannya agar kau tahu, kau bukan satu-satunya istriku, dan..."
"Aku mencintanya,"
Hancur luluh lantak sudah perasaan Celin. Tenggorokannya tercekat, tubuhnya berguncang hebat. "Aku lelah, Van." Celin akhirnya menyerah.
102.2K DibacaOngoing