Filter dengan
Status pembaruan
SemuaSedang berlangsungSelesai
Sortir dengan
SemuaPopulerRekomendasiRatingDiperbarui
Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku

Hari Pernikahanku Menjadi Kematian Ibuku

Ibuku meninggal karena terlalu emosional. Pasalnya, hari yang seharusnya menjadi hari pernikahanku, kini pengantin wanitanya malah berubah menjadi mitra bisnis Ezra. Pada saat ibuku mengembuskan napas terakhirnya, hari pernikahanku berubah menjadi hari pemakamannya. Namun, Ezra memerintahkan agar pesta pernikahan tetap dilanjutkan seperti biasa dan bahkan memintaku untuk memasangkan cincin pernikahan ke jari Naila secara langsung. "Cepat! Pasangkan cincin itu padanya. Malam ini, aku akan memberimu penjelasan," katanya sambil menggertakkan giginya. Aku mengabaikan amarah Ezra dan menggendong jenazah ibuku meninggalkan hotel. Pukul delapan malam, pernikahan dengan pengantin yang diganti itu selesai dengan "sempurna". Naila memposting di Instagram dan postingannya mendapat puluhan ribu suka. [ Yay! Hari ini aku akhirnya menikahi pria idamanku. Terima kasih pada pihak ketiga yang sadar diri dan pergi. ] Tak lama kemudian, Ezra juga memposting. [ Orang yang nggak layak, nggak pantas dicintai. ] Di kamar jenazah yang dingin, aku memberikan tanda suka pada postingan mereka berdua dan menulis komenta. [ Semoga langgeng. ] Kemudian, aku mengemas barang-barangku sambil memeluk kotak abu jenazah ibuku. Namun, ketika aku sampai di rumah baru yang kubeli, aku menemukan Ezra sedang berciuman penuh gairah dengan Naila di sofa baruku.
Baca
Tambahkan
Love's Last Dance in the Typhoon

Love's Last Dance in the Typhoon

It was my 30th birthday, and my husband said he had a surprise for me. However, on the day of my birthday, he was nowhere to be found. I called him countless times, but no one answered. Just as I was about to panic and consider calling the police, I happened to see a post on the social media feed of his female secretary. “A typhoon hit, and my boss was worried about my safety, so he personally took me home. How wonderful! I’ve got a guardian angel for myself!” My anxiety turned to cold calm in an instant. I commented on her post: “Traveling during a typhoon is dangerous. Tell him he doesn’t need to come back.” Not long after I posted the comment, my husband called. “Kelly, I was only concerned about the safety of my subordinate, and yet you’re thinking such vile thoughts. “Birthdays come every year. Missing one won’t kill you!” You were right. Birthdays came every year. But there was no way I would celebrate them with you.
Baca
Tambahkan
No More Living in Her Shadow

No More Living in Her Shadow

I was twelve when Henry Shaw took me home from the orphanage, gave me a new name, put me through school, and gave me a good life. Ten years later, his first love returned from abroad. Her name sounded like mine, and her face looked like a mirror image. I quickly realized I had been a stand-in all along. Crushing the diagnosis in my pocket, I decided that I was going to live the rest of my life for myself, even if I did not have much time left.
Cerita Pendek · Romance
3.2K DibacaOngoing
Baca
Tambahkan
His Mistake, My Freedom

His Mistake, My Freedom

My husband sponsored a poor female college student. While I was being dragged into an alley by a criminal, he was helping her pick out lingerie. While I was hospitalized with serious injuries, he used the money my mother left me to buy her a limited-edition handbag. I confronted him in a heated argument, but he accused me of being unreasonable. "I thought your injuries were so serious, but look—you didn’t even die! Besides, your money is my money. I’ll spend it however I want!"
Baca
Tambahkan
I'm Letting Go of Us

I'm Letting Go of Us

The day my boyfriend got back together with his first love was the day I boarded the flight to Imperia. "Queenie was just a fling," said my boyfriend. "I'll never see her again. We'll be together forever." His friends were worried about my ruining his heartfelt confession, but I would not. Not this time. Before I went to Imperia, I promised my mentor I would join medical research, and I was half a month away from total communication cutoff. I would have to stay around for ten years for the research. I would not be allowed to contact anyone in the meantime. And thus, my ties to my soon-to-be ex were broken.
Baca
Tambahkan
Lighting up His Life with Regret

Lighting up His Life with Regret

Even after being married for three years, my husband treats me like a stranger. When I throw up blood from pregnancy complications, he's in the prayer room chanting for his foster sister, Yvie Springton. He accuses me of being dramatic. If Yvie so much as gets a headache, he drops everything and flies overseas to be by her side. When his parents are in critical condition after a car crash, I beg him to go see them one last time. But what does he do? He claims I'm cursing Yvie. When I go into early labor and cling to life after giving birth to our son, he posts a photo of his international boarding pass on social media. At his parents' funeral, he returns to the country with Yvie and demands I leave the marriage with nothing. The day our divorce finalizes, he holds a wedding ceremony with her. I bury his parents alone. Then, at an exclusive auction, dead set on winning the famous painting for Yvie, he offered a staggering price. Even his accounts are frozen. That's when he finally realizes he's been disowned by the Springton family. His eyes are bloodshot, and he's furious as he demands answers. I simply gesture for my lawyer to step forward. He says, "Mr. Springton, take a look at this will."
Baca
Tambahkan
Ganjaran Nafsu

Ganjaran Nafsu

Aku mati, tapi tidak mati total. Aku tidak tau bagaimana keadaanku sekarang, aku tidak perlu makan, ataupun tidur. Aku sadar, tapi tidak bisa menggerakkan tubuhku. Sekelilingku gelap gulita, tidak ada yang bisa kuajak bicara. Aku hampir gila! Aku tidak tau keadaan seperti ini berlangsung berapa lama. Ketika aku kira keadaan bakal terus begini, tiba-tiba terdengar suara ketukan.
Cerita Pendek · Gairah
3.7K DibacaTamat
Baca
Tambahkan
He Killed My Best Friend, So I Took His Everything

He Killed My Best Friend, So I Took His Everything

Five years ago, when my boyfriend's small company was on the brink of bankruptcy I stepped in to save him, quietly supporting him from the shadows. Without revealing my identity, I became the company’s largest shareholder. Five years later, the night before his company was set to go public, he held me in his arms and said, "Emma, after the company goes public tomorrow, don’t leave. I have a surprise for you." At that moment, I was swept away by the idea of his "surprise," my mind racing with the hopeful thought that he might propose. I didn’t notice the cold glint of malice lurking in his eyes. The next day, as his company went public, he slapped me across the face and sneered, "Do you even see what kind of person you are? Did you really think someone like you could marry me?" He grabbed me by the hair and dragged both me and my best friend in front of a crowd of thugs and beggars he’d gathered. “These worthless cast-offs aren’t good enough for me anymore. Consider them my gift to you. Do whatever you like with them!”
Baca
Tambahkan
Hari Penikahanku, Adalah Hari Kematianku

Hari Penikahanku, Adalah Hari Kematianku

Aku meninggal pada hari pernikahanku dengan Bradley. Karena aku tak kunjung tiba, dia marah besar dan menikahi Michelle, sahabat masa kecilnya. Di depan semua orang, dia menyatakan dengan lantang, "Beatrice berselingkuh sebelum menikah dan telah mengundurkan diri dari pertunangan!" Ibuku hancur oleh fitnah itu. Dia mengalami serangan jantung di tempat dan meninggal dunia. Namun dia lupa bahwa demi membela Michelle, dialah yang melukai lenganku dengan pisau dan mengurungku di ruang bawah tanah selama sepuluh hari sepuluh malam. Aku memohon dengan segala cara, tetapi yang kudapat darinya hanyalah kata-kata dingin. "Tetaplah di sini beberapa hari, rasakan sendiri penderitaan yang kamu timbulkan pada Michelle! Sekalian hancurkan niat jahatmu!" Namun, ketika dia akhirnya menemukan jasadku yang telah membusuk dan dimakan belatung, dia menjadi gila.
Baca
Tambahkan
Jika Hidupmu Tinggal 72 Jam

Jika Hidupmu Tinggal 72 Jam

Hari ketika aku memutuskan untuk mendonorkan tubuhku untuk kajian ilmiah, keluargaku justru berkumpul mengelilingi adik angkatku, Halida, merayakan diterimanya dia dalam sebuah program perawatan eksperimental paling canggih. Seharusnya akulah yang menderita kanker otak. Tapi Halida menggunakan posisi suamiku, Zafran, di rumah sakit untuk menukar catatan medisnya yang sehat dengan diagnosis terminalku, merebut satu-satunya kesempatan yang kupunya untuk bertahan hidup. Dan bagian terburuknya, semua orang bersorak mendukungnya. Rasanya sakit sekali. Aku berusaha tetap kuat, sampai tanpa sengaja mendengar para perawat berbisik, "Bagus sekali Dokter Zafran bisa mengamankan tempat itu untuk Halida. Mereka bilang dia hanya punya tiga hari lagi." Jadi, dalam 72 jam terakhir hidupku, aku perlahan melepaskan segalanya. Ketika aku memberikan naskah asli novel-novelku yang sudah kutuang seluruh hati dan jiwaku kepada Halida, ayah dan saudaraku menatapku dengan senyum puas. Ketika Zafran memutuskan untuk memenuhi permintaan terakhir Halida dengan menikahinya, dia menyerahkan surat cerai padaku. Aku menandatanganinya tanpa ragu sedikit pun. Dia menghela napas dan memuji aku karena akhirnya bisa berpikir begitu rasional. Dan ketika akulah yang membujuk putri kami, Olivia untuk memanggil Halida Ibu, Olivia justru berseri-seri mengatakan bahwa ibu barunya adalah yang terbaik. "Jangan khawatir." Zafran menenangkanku. "Kami hanya menjaganya untuk sementara. Setelah dia tiada, semuanya akan kembali padamu." Aku memberikan pada Halida segalanya yang kupunya, persis seperti yang mereka mau. Lalu kenapa, ketika mereka akhirnya tahu semua ini hanyalah kebohongan kejam Halida, mereka datang padaku sambil menangis, berkata akulah yang mereka inginkan sejak awal?
Baca
Tambahkan
Sebelumnya
1
...
3940414243
...
50
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status