Keesokan paginya, aku memberikan Cecil sebuah kartu."Sayang, jangan marah lagi, ya! Ini uangnya, belikan sesuatu untuk Aaron sebagai permintaan maaf. Sisanya, pakailah sesukamu, beli beberapa tas untuk meredakan amarahmu!"Cecil menerima kartu itu dengan ekspresi dingin dan mendengus. "Kalau lain kali kamu begini lagi, aku nggak akan memaafkanmu!"Seperti yang sudah kuduga, setelah berdandan, Cecil pergi keluar dengan wajah penuh kebahagiaan, mungkin untuk bertemu dengan berondongnya. Sementara itu, aku memutuskan untuk tidak menghindari Erina lagi. Aku tetap tinggal di rumah bersamanya.Erina yang terlihat sedikit bingung, bertanya kepadaku, "Kak Tandi, hari ini kamu nggak pergi kerja?"Aku menaikkan alisku ke arah Erina sambil tersenyum, "Kerja apa? Mana ada yang lebih penting daripada kamu?"Erina terlihat terkejut sejenak, lalu menatapku dengan mata yang sedikit malu-malu. "Kak, apa maksudmu?"Aku tertawa dan berkata, "Sudahlah, aku nggak mau berpura-pura lagi. Aku jujur saja sama
Read more