Semua Bab mungkin esok aku mati: Bab 11 - Bab 20

25 Bab

Bab 11. Usir wanita itu!!!

Aku terbaring di tempat tidur, tak mampu bergerak. Rasa takut menguasai setiap sel tubuhku. Sosok wanita dengan rambut panjang yang menjuntai lebat itu melayang di atasku, matanya yang melotot tajam menatapku dengan penuh kebencian. Setiap kali ia mendekat, aku merasa seolah-olah tubuhku beku, terperangkap dalam ketakutan yang mencekam. Tidak ada suara yang keluar dari mulutku, bahkan untuk mengedipkan mata pun aku tidak bisa.Wanita itu, dengan tawa melengking yang menembus seluruh ruangan, terus mengalirkan hawa dingin ke dalam tubuhku. “USIR WANITA ITU!” Suaranya terdengar jelas, menggetarkan seluruh ruangan. Sungguh, aku merasa tubuhku tak lagi berada dalam kendali diriku sendiri. Semuanya tampak kabur, berputar, dan hilang dalam kegelapan.Tuk! Tuk! Tuk!Terdengar suara ketukan yang begitu keras dari pintu kamar. Suara yang membawaku kembali ke dunia nyata, meskipun ketakutanku belum juga mereda. "Zara, buka pintunya, Sayang," terdengar suara Papa dari luar. Tak lama kemudian, su
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 19: Pesugihan

Sejak kami memasuki mobil, suasana di dalamnya begitu sunyi. Wajah Papa terlihat lelah, seperti baru saja melewati hari yang sangat panjang dan melelahkan. Aku hanya duduk diam di sebelahnya, menatap ke luar jendela, mencerna peristiwa yang terjadi sebelumnya.“Papa, bagaimana kemarin?” tanyaku setelah beberapa saat berlalu, berusaha memecah keheningan yang terasa kian menekan.Papa menghela napas panjang sebelum menjawab. “Gimana apanya?” jawabnya sambil menyalakan mobil dan mulai mengendarai kami pulang.“Mbok Ikah meninggal, kenapa ya?” tanyaku hati-hati, mencoba mencari penjelasan lebih lanjut.“Kata dokter, kemungkinan besar karena serangan jantung,” jawab Papa sambil mengemudi.“Dokter tahu nggak, kapan Mbok Ikah meninggal?” tanyaku penasaran, mencoba merangkai petunjuk-petunjuk yang ada.“Kurang lebih 12 jam sebelum diperiksa di rumah sakit,” jawab Papa singkat.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 12. Mimpi buruk

"Mbok!" panggilku keras, suaraku hampir membentur dinding."Ya, Non?" jawab Mbok Ikah dari dapur, suaranya terdengar biasa saja, seakan tidak ada yang aneh.Bergegas aku melangkah menuju dapur, langkahku agak terburu-buru. Aku merasa ada sesuatu yang mengganjal, meskipun aku tidak bisa mengatakan apa itu. Begitu sampai di dapur, aku melihat Mbok Ikah sedang sibuk memasak."Ada apa, Non? Kenapa teriak-teriak?" tanya Mbok Ikah dengan nada penuh rasa ingin tahu."Daritadi dipanggil nggak nyahut, kok bisa-bisanya," kataku agak kesal, meski aku tahu bahwa Mbok Ikah bukan orang yang sengaja mengabaikanku."Maaf, Non, Mbok tadi nggak denger," jawab Mbok Ikah sambil melanjutkan mengaduk masakan dalam wajan besar."Emang lagi masak apa, Mbok?" tanyaku sambil memperhatikan bahan-bahan yang ada di atas meja."Masak ayam suwir dan sayur kol," jawab Mbok Ikah, sambil sibuk dengan sayur kol yang sedang dipindah ke mangkuk besar."Oh, begitu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 13. Suara misterius

“Ada apa itu, Mbok?” tanyaku, heran, saat melihat Mbok Ikah membawa sebuah wadah kecil terbuat dari tanah liat. Di dalamnya, ada arang yang masih menyala dan mengeluarkan asap harum yang menyebar ke seluruh dapur.“Ke-me-nyan, Non,” jawab Mbok Ikah dengan suara pelan, seolah ragu menjelaskan sesuatu.“Kemenyan?” aku mengulang kata-kata Mbok Ikah, merasa tidak begitu paham.“Ya, Non. Wewangian tradisional, untuk pengharum ruangan,” jawab Mbok Ikah, mencoba memberi penjelasan.“Oh… jadi Papa belum pulang, Mbok?” tanyaku, mencoba mengalihkan perhatian dari asap kemenyan yang kini memenuhi ruangan.“Belum, Non,” jawab Mbok Ikah singkat.“Mbok matikan kemenyan itu dulu ya. Asapnya sudah mulai memenuhi dapur,” kataku, sedikit khawatir karena aroma wangi itu mulai membuatku merasa aneh.“Iya, Non,” jawab Mbok Ikah, lalu bergegas menuju pint
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Bab 14. Menunggu giliran

Aku tidak bisa memahami sepenuhnya kata-kata yang baru saja diucapkan oleh wanita itu. "Korban?" pikirku dalam hati. Siapa yang dimaksudnya dengan "korban"? Apa maksudnya ini? Dan yang lebih mengganggu pikiranku adalah pertanyaannya yang tiba-tiba muncul: siapa yang datang?"Kenapa kamu tidak usir wanita itu?" suaranya kembali terdengar, memecah keheningan yang mulai menghantui pikiranku. Namun, tubuhku terasa kaku. Aku tidak bisa menggerakkan jari-jari tangan. Tidak bisa bergerak sedikit pun. Seolah-olah aku terkunci dalam tubuhku sendiri.Wanita itu, yang sebelumnya hanya terlihat samar, kini menghadapkan wajahnya kepadaku. Mata kami saling bertemu, dan aku merasakan seakan-akan dunia sekelilingku menjadi hening. Wajahnya sangat pucat, jauh berbeda dengan yang terakhir kali aku lihat. Entah mengapa, meski terlihat seperti manusia, ada sesuatu yang aneh dan tidak manusiawi dari raut wajahnya. Ada kesedihan yang begitu dalam tercermin dari matanya. Aku merasa jantungku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 15. Prasangka

Aku perlahan membuka mata, merasakan sensasi aneh di pergelangan tangan kiri. Selang infus terpasang di sana, mengalirkan cairan ke dalam tubuhku. Ruangan rumah sakit yang asing ini terasa sepi, kecuali suara detak jam di dinding yang terdengar monoton. Aku menatap sekeliling, mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi yang membuatku merasa lemas.Papa terlelap di kursi sofa yang terletak di samping tempat tidurku. Aku memanggilnya dengan suara pelan, "Papa..." Namun, Papa tidak langsung terbangun. Aku mencoba lagi, sedikit lebih keras, "Papa!" kali ini, suara yang kuucapkan cukup jelas hingga akhirnya Papa terbangun."Ya, sayang?" jawab Papa, setengah terkejut, segera bangun dan mendekatiku."Aku haus, Papa..." ujarku dengan suara serak."Sebentar, sayang." Papa bergegas mengambil sebotol air mineral dari meja kecil di dekat tempat tidurku. Ia membukanya dan memberikannya padaku dengan hati-hati. "Gimana, badanmu sudah enakan?" tanyanya penuh perhatian.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 16. Salah tuduh

Kegelapan malam terasa semakin pekat. Aku berdiri kaku di tengah kamar, mataku terfokus pada pintu yang sudah hampir terlewati, sementara suara teriakan Mbok Ikah semakin nyaring di luar. Namun, ada sesuatu yang lebih menakutkan yang menghalangiku untuk membuka pintu. Sesosok perempuan dengan rambut panjang, hitam, dan mengerikan berdiri tepat di depan pintu, menghalangi jalananku."Non! Tolong buka pintunya!" teriak Mbok Ikah, suaranya penuh dengan kepanikan.Namun, semakin aku mendekatkan diri, semakin aku merasa terjebak. Wanita dengan rambut panjang itu berdiri tanpa bergerak, wajahnya tertunduk, dan atmosfer di sekitarnya begitu mencekam. "Non, jangan buka pintunya!" suaranya terdengar lembut namun penuh peringatan.Tentu saja aku merasa ragu. Apakah aku harus mempercayai sosok ini yang jelas-jelas menunjukkan tanda-tanda ketidakberesan? Namun, suara Mbok Ikah yang semakin panik menambah kebingunganku. Aku tahu bahwa wanita yang ada di luar kamar itu adalah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 17: Dugaan

"Tok! Tok!""Non Zara," terdengar suara dari luar kamar."Masuk, Mbok!" jawabku, masih duduk di atas tempat tidur, memandangi sekeliling kamar yang terasa begitu sepi.Mbok Ikah memasuki kamar dengan senyum lembut di wajahnya, sambil membawa semangkuk sop ayam yang panas. Aromanya mengingatkanku pada masa-masa ketika kami masih sering memasak dan makan bersama di dapur."Mbok, tau aja Zara lagi lapar," kataku, merasa sedikit terhibur oleh perhatian Mbok Ikah.Mbok Ikah tersenyum manis. "Mbok selalu tahu, Non," jawabnya dengan lembut.Aku memandang sop ayam itu dan mendekatkan sendok ke mulutku. Rasanya begitu enak, meskipun di balik rasa lezat itu, hatiku terasa berat."Mbok semalem ke mana aja? Aku nungguin kok nggak diantar makanan sih. Kan lapar," keluhku, mencoba menggali lebih jauh tentang apa yang terjadi semalam.Mbok Ikah menunduk sejenak, wajahnya tampak sedih. "Mbok sudah pergi, Non.""Pagi-pagi begini pergi ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 18. Tersadar dari koma

Tanganku terasa gemetar saat memegang sepucuk surat dari Mbok Ikah. Rasa terkejut dan perasaan tidak percaya melanda hatiku. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa segala pengorbanan Mbok Ikah ternyata demi keselamatanku. Air mataku pun mulai menetes, menyesali segala sikap dan perkataan kasar yang pernah kuucapkan padanya. "Seandainya aku membukakan pintu untuk Mbok Ikah dulu..." gumamku dalam hati. Penyesalan itu mengusik pikiranku tanpa henti.Dalam surat itu, Mbok Ikah menyebutkan nama Ratih, sosok wanita misterius yang sering muncul dalam bayanganku. Aku merasa bingung. Apa yang sebenarnya diinginkan Ratih? Apakah dia ingin membantuku atau malah bersekongkol dengan si Wanita Ular yang menakutkan itu? Terlebih lagi, sikap Ratih yang tiba-tiba menyuruhku untuk tidak membuka pintu waktu itu semakin menambah kecurigaanku. Apa maksudnya itu?Selain itu, ada juga Pak Salim. Apa benar dia yang terlibat dalam hal-hal berbau ilmu hitam yang Mbok Ikah sebutkan dalam sur
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Bab 20. Terungkap

Aku berlari mendekati kamar Papa, jantungku berdebar kencang. Namun, langkahku terhenti tepat di depan pintu kamar. Dari dalam kamar terdengar suara Papa sedang berbicara dengan seseorang, namun kata-katanya terdengar tegang, seperti ada ketegangan yang begitu kuat."Apa yang kamu mau di sini?" suara Papa terdengar keras, menahan amarah."Saya ingin tahu janjimu!" jawab suara seorang wanita dengan nada tinggi dan penuh desakan."Saya sudah bilang, sabar!" Papa membalas dengan nada suara yang semakin meninggi."Waktunya sudah semakin dekat. Kamu masih harus cari dua tumbal lagi!" wanita itu berbicara dengan nada yang semakin tinggi, hampir seperti mengancam."Atau saya akan ambil anak itu!" lanjut wanita itu, yang membuat seluruh tubuhku merasa dingin.Kakiku terasa lemas. Bagaimana bisa Papa terlibat dalam semua ini? Bagaimana dia bisa tega mengorbankan anak-anaknya? Bahkan, sekarang aku menjadi sasarannya. Tiba-tiba, semua terasa seperti mi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status