Semua Bab Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku: Bab 41 - Bab 50

53 Bab

Bab 41

BLAAR.BLAAR.Malam itu petir menyambar disertai dengan hujan yang lumayan deras, bahkan kilatan cahaya petir juga bisa masuk melalui celah jendela kamar.Wilona terjaga dalam tidurnya, dia membalikkan tubuhnya dan merasakan bahwa tidak ada Bramasta di sebelahnya, Wilona pun terbangun dan segera menutup gorden, karena cahaya kilat benar-benar menyilaukan mata. Keadaan kamar saat itu gelap gulita."Kenapa kamu tidak mati saja?" Namun, saat Wilona berbalik badan dan hendak tidur kembali, tiba-tiba saja Bramasta ada di hadapannya dengan wajah penuh kedengkian.Wilona berjalan mundur dengan perlahan beberapa langkah, tapi Bramasta justru malah berjalan maju dan terus mendekati Wilona."Jangan mendekat," ucap Wilona sembari menyambar vas bunga yang ada di meja dekat jendela, serta mengarahkannya pada wajah Bramasta.PLAK.PYAAAR.Bramasta segera menepis vas bunga tersebut hingga jatuh dan hancur berkeping-keping."Mati kamu, mati!" sentak Bramasta sembari mencekik leher Wilona dengan kedua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

Bab 42

Keesokan harinya."Sayang, apa mayat ART itu benar-benar tidak perlu di otopsi?" tanya Rosa pada Bramasta. Saat ini mereka tengah sarapan bersama, mereka sarapan dengan normal seakan tidak pernah terjadi pertengkaran, padahal terakhir kali mereka bertemu adalah saat Bramasta mencekik Rosa."Tidak perlu, aku sudah mengurusnya dengan baik.""Lagi pula kenapa kamu sangat penasaran dengan hal kecil seperti ini?" tanya Bramasta."Aku ... aku hanya penasaran saja kenapa dia sampai gantung diri," ucap Rosa dengan sedikit ragu."Tidak perlu memikirkan hal yang tidak perlu kamu pikirkan," ucap Bramasta sembari terus melahap nasi goreng dan telor ceplok yang disiapkan oleh pembantu."Tidak mungkin kamu yang membunuhnya kan?" tanya Rosa dengan hati-hati."Menurutmu bagaimana?" tanya balik Bramasta.Rosa segera memberi kode pada para pembantu, termasuk pada Bunga agar mereka pergi dari ruang makan."Sudahlah, tidak usah memikirkan pembantu.""Sayang, kinerjamu kemarin sangat bagus sekali, aku tid
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 43

"Bagaimana dengan perkembangan proyek?" tanya Furi pada Ardi.Pagi itu, Furi pergi ke gedung baru milik Wilona untuk meneruskan proyek yang sudah dikerjakan, tentu saja atas arahan dari Wilona."Untuk gedung atas hanya tinggal 10% saja," jawab Ardi."Oh iya, bagaimana kabar Bu Wilona? Apa dia baik-baik saja? Kukira dia sudah tidak akan meneruskan proyek ini, karena sejak aku mengantarnya ke rumah sakit, dia tidak pernah muncul lagi," ucap Ardi."Tenang saja, dia akan terus maju, selama ini gajimu dan juga dana untuk pembangunan tidak pernah terlambat kan?" tanya Furi."Ah iya, benar juga," gumam Ardi sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Bagaimana dengan gedung seberang?" tanya Furi."Kami sudah mendapatkannya satu bulan yang lalu, ini kontraknya," jawab Ardi sembari menyodorkan sebuah map yang baru diambilnya dari laci pada Furi."Apa harganya sesuai?" tanya Furi."Iya, awalnya mereka meminta lebih, jadi kami harus bernego beberapa kali, dan akhirnya mereka mau dengan harga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 44

Pagi itu dengan pandangan yang belum terlalu jelas dan juga kepala yang sedikit pusing, Debby berjalan ke ruang makan untuk sarapan. Rupanya semalam setelah meredakan stresnya, Debby memutuskan untuk pulang, tidak menginap di apartemen Firman."Suara siapa itu?" gumam Debby. Sayup-sayup dia mendengar ada suara perempuan yang berasal dari meja makan, padahal dia hanya tinggal bersama kakek dan saudara laki-lakinya, tidak mungkin juga mereka mengobrol sangat akrab dengan pembantu.Degh.Dari kejauhan Debby sedikit terkejut, karena mendapati Melisa ada di ruang makan bersama sang kakek, Melisa juga melambaikan tangan pada Debby. Debby terus berjalan menghampiri tanpa membalas lambaian tangan tersebut."Duduklah, ayo kita sarapan bersama," ajak sang Kakek pada Debby.Debby segera duduk dan mulai makan, sementara Melisa melayani sang Kakek, mengambilkan nasi dan juga lauk."Debby, kenapa kamu tidak menyapa Melisa?" tanya sang Kakek."Kita sudah sering bertemu saat pertemuan bisnis Kakek,"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

Bab 45

Sayup-sayup Wilona mulai membuka matanya, dia merasa sangat pusing, serta pandangannya sedikit kabur, Wilona memperhatikan sekeliling, dia mendapati bahwa dirinya tengah berada di sebuah ruangan kumuh, kasur dari kapuk yang sudah berwarna kecoklatan, begitu juga dengan bantal dan guling."Arrgh ... " desis Wilona saat mendapati tangannya rupanya terikat ke belakang, saat ini dia dalam keadaan tidur menghadap ke samping."Biarkan saja dia di sini dulu." Mendengar ada suara, Wilona buru-buru menutup matanya kembali."Tapi pastikan ini akan baik-baik saja, aku tidak mau jika harus berurusan dengan polisi," ucap seorang pria."Tenang saja, semua yang aku lakukan tidak akan melibatkan polisi." "Rosa," monolog Wilona dalam hati, saat mendengar suara yang familiar di telinganya."Lalu siapa pria yang bersamanya? Kurasa itu bukan suara Bramasta," batin Wilona.Tit.Tit.Wilona segera menekan tombol yang ada di gelangnya, untuk memberikan sinyal pada Raka. Sejak banyak ancaman yang mengincar,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 46

"HAI PACARNYA ROSA!" Pagi-pagi buta Wilona mencoba membuat keributan."PACARNYA ROSA, AKU HAUS NIH!" "APA KAMU TULI?"BRAAAK!"Apa sih? Pagi-pagi buta sudah berisik, bahkan matahari saja belum muncul!" gerutu Rama sembari membuka pintu dengan keras."Aku haus nih," keluh Wilona."Aku tidak boleh memberimu makan ataupun minum sama Rosa," ucap Rama."Bagaimana jika Rosa tidak segera kesini, lalu aku kehausan sampai dehidrasi dan meninggal?" "Kamu tidak mau berurusan dengan polisi kan?" "Kamu juga tahu aku mantan CEO kan? Tidak mungkin orang tidak mencariku jika aku tiba-tiba saja hilang." Wilona mencoba menyabotase pikiran Rama."Baiklah, baiklah, tapi kamu jangan kasih tahu Rosa kalau aku beri minum ya," ucap Rama."Tenang saja, aku pandai menyimpan rahasia," ucap Wilona dengan meyakinkan.Rama pun segera membuka satu botol air mineral yang masih tersegel."Nih," ucap Rama sembari menyodorkan botol air tersebut pada Wilona."Ayolah, tanganku sedang terikat ke belakang, bagaimana aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

Bab 47

Saat melirik ke sela pintu, Melisa mendapati Wilona tengah menatapnya ."Kamu sudah bangun?" tanya Melisa seraya membuka pintu. "Melisa ... " "Ada apa ini Mel? Kenapa kamu sampai mengotori tanganmu seperti ini?" tanya Wilona tanpa basa-basi. "Pasti kamu mencari benda ini kan?" tanya Melisa sembari melempar gelang milik Wilona, gelang tersebut sudah putus dan tentu saja Mati. "Aku tidak terkejut kamu menemukan gelang itu sebagai ancaman, karena kamu memang pintar," ucap Wilona. "Sekarang katakan, kenapa kamu harus menculikku seperti itu?" tanya Wilona dengan keadaan kedua tangan dan kaki yang masih terikat. Melisa yang sedari tadi masih berdiri di ambang pintu pun segera mendekati Wilona seraya mengeluarkan pisau kecil. "Hmm ... aku sebenarnya tidak punya alasan khusus untuk melakukan ini semua, aku hanya tidak suka saja melihatmu," jelas Melisa sembari memainkan pisau kecil tersebut di wajah Wilona. "Jangan main-main dengan benda itu Mel," ucap Wilona yang mulai tegang. "Apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 48

Bramasta sampai di depan mansion, dia mengikuti arah yang diberikan oleh Melisa. Namun Bramasta terkejut, saat seseorang segera menodongkan senjata tepat ke mobil Bramasta, sehingga harus membuatnya mengangkat kedua tangan, untuk memberitahu, bahwa dia tengah bersih, tidak membawa senjata dan tidak mengancam.Bramasta menelan salivanya, dia melirik kesana dan kemari dengan keringat bercucuran yang sudah membasahi seluruh wajahnya."Apa benar alamat ini yang diberikan oleh Melisa? Atau ini jebakan?" monolog Bramasta dalam hati."Baik." Terdengar suara pria yang tadi menodongkan senjata sembari memegang telinganya yang tengah mengenakan earpiece dan terhubung dengan seseorang. Bramasta menggunakan kesempatan tersebut untuk melihat ke arah bawah jok mobil, memastikan bahwa dia saat ini juga membawa pistol."Maaf tuan." Tepat saat Bramasta hendak mengambil pistolnya, pria yang ada di hadapannya menurunkan senjata dan segera membuka pintu mobil Bramasta."Mari saya antar," ucap pria tersebu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

Bab 49

BRUUAAAKKK!!Raka, Debby, Firman dan Furi segera menoleh ke arah sumber suara. "Tolong selamatkan dia dulu, nanti aku akan kembali," ucap Bunga sembari membopong Alex dan juga memberi sesuatu dari sakunya ke Raka.Bunga segera meninggalkan villa Debby, sementara Debby, Firman dan Furi masih terpaku sembari melihat seorang pria yang tengah duduk di lantai dengan darah bercucuran di lengannya."Bukankah tadi itu adalah sekretarisnya Pak Bram?" tanya Furi dengan keheranan."Apa???" pekik Firman dan Debby secara bersamaan.Grep.Begh.Debby segera berjalan ke arah Raka dan mencekik lehernya dengan satu tangan, hal itu membuat semua orang yang ada di sana terkejut. "Apa maksud kamu memberitahu villa ini pada sekretarisnya Bramasta?" tanya Debby dengan kesal."Atau kamu adalah pengkhianatnya sejak awal?" Debby tidak memberi celah untuk Raka menjelaskan."Lepaskan aku," ucap Raka dengan terbata dan mencari celah untuk bernafas."Lepaskan Debby." Firman segera beranjak dan mencoba menarik tan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

Bab 50

Bramasta datang ke Mansion Melisa dengan perasaan berkecamuk. BRAAAK! Tentu saja tidak ada lagi yang menahannya saat masuk ke mansion tersebut, karena semua anak buah Melisa sudah tahu, bahwa Bramasta adalah salah satu partner kerja Melisa. Begh! "Kenapa kamu melakukan itu?" Saat baru saja masuk ke mansion, Bramasta mendapati Melisa berdiri di ruang kerjanya. Bramasta segera masuk dan mencekik leher Melisa menggunakan satu tangan hingga Melisa memundurkan langkahnya dan berhenti karena menabrak meja. Merasakan bahwa tangan Bramasta semakin erat dan membuatnya kesulitan bernafas, Melisa segera meraih pistol yang memang ada di atas meja. Setelah mendapatkan pistol tersebut dengan susah payah, Melisa pun segera menodongkan pistol itu ke pelipis Bramasta. Mereka berdua sempat bersitegang sebentar dengan saling menatap. "Oke." Tepat saat Melisa hendak menarik pelatuknya, Bramasta melepaskan tangannya yang mencengkeram leher Melisa. Melisa mengatur nafas sejenak, dia menoleh ke arah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status