Mobil melaju dengan sangat cepat, bayangan di luar jendela hanya melintas sekejap.Lukas mengatupkan mulutnya erat-erat, rahangnya yang tajam terlihat tegang.Dia sangat gugup, matanya terpaku menatap ke depan.Aku ingin memberitahunya bahwa dia tidak perlu mengemudi secepat ini, aku tidak terburu-buru.Detik berikutnya, Lukas seperti bisa mendengar suara hatiku, lalu memperlambat kecepatan mobil.Dia tersenyum dan berkata, "Kita hampir sampai, Yulia, apa kamu takut?"Matanya menyimpan emosi yang tidak bisa kumengerti.Aku menggelengkan kepala. Aku tidak takut.Lukas tersenyum lega, "Bagus kalau nggak takut. Yulia, di kehidupan berikutnya, jangan sia-siakan dirimu seperti ini lagi."Aku tertegun, membuka mulutku, tanpa suara berkata, "Baik."Mobil berhenti di tepi pantai.Lukas enggan turun dari mobil.Dia menggenggam setir, tangannya gemetar.Kami berdua tahu, begitu turun dari mobil, itu berarti perpisahan yang sesungguhnya.Aku meletakkan tanganku di punggung tangannya. Aku tahu dia
Read more