Semua Bab KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH : Bab 101 - Bab 110

156 Bab

Bab 101

"Mas kemarin nengokin Wildan kan? Gimana keadaannya?" Aku langsung mencecar Mas Nadhif dengan pertanyaan."Mas tak tau, Dik." Jawabnya pelan."Tak tau gimana? Kan kamu kemarin ke rumah Mbak Erna!" Suaraku sedikit meninggi. Agak gemas dengan jawaban dari suamiku itu.Mas Nadhif tampak salah tingkah. Sebelah tangannya menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Sesekali dia menatapku lalu kembali menunduk. Ibu pun menunggu jawaban dari menantunya itu dengan wajah penuh rasa penasaran."Kemarin Mas hanya ketemu Erna di kafe. Wildan ga ikut." Jawabannya membuat darahku kembali mendidih."Astaghfirullah, Mas! Mungkin memang udah takdirku kali ya, dapat suami yang ga amanah. Kalau masih tersakiti begini, buat apa aku menikah!" Suaraku bergetar hebat. Dada ini terasa sesak."Nduk ... Sabar ... Orang terdekat juga bisa menjadi ujian untuk kita. Jangan bicara seperti itu. Semua yang terjadi merupakan takdir yang harus kita jalani.""Tari capek, Bu. Mending jadi janda kalau punya suami hanya mena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

Bab 102

Aku pun segera menyiapkan diri. Bersyukur asip masih banyak di kulkas. Sehingga aku tidak usah khawatir meninggalkan Alisha dan Aleeya."Ibu ikut." "Bu, biar Tari dan Mas Nadhif aja. Ibu tolong jagain anak-anak dirumah ya, Bu. Khawatir Bik Mira kewalahan jika mereka menangis.""Nanti kalau terjadi apa-apa dengan kamu gimana, Nduk?""InsyaAllah gapapa, Bu. Tari masih ingat jurus taekwondo yang dulu pernah tari pelajari kok.""Kamu habis melahirkan, Nduk. Luka di perutmu masih belum sepenuhnya sembuh. Ibu sungguh sangat khawatir, Nduk. Bagaimana kalau kita melaporkan ke polisi.""Ga usah dulu, Bu. Kita belum ada alasan untuk melaporkan kepada polisi. Wildan dibawa oleh ibu kandungnya. Polisi tidak akan menindak laporan kita."Ibu terdiam. Tapi, wajahnya masih saja menyimpan rasa cemas."Ibu do'akan saja, ya. InsyaAllah gapapaa." Tuturku."Iya, Bu. Nadhif akan menjaga Tari. Jika ada apa apa Nadhif akan menelpon polisi."Ibu tertunduk. Hingga akhirnya beliau menganggukkan kepalanya."Hat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

Bab 103

Seminggu kemudian berita mencengangkan datang dari orang yang pernah hampir menjadi bagian dari hidupku. Dokter Elzio, laki-laki itu ditangkap karena menyalahi kode etik. Memberikan keterangan palsu untuk pasien berdasarkan request. Bukan berdasarkan diagnosis. Untung Mas Nadhif tidak menghapus foto yang dikirim Erna waktu itu. Semua gambar itu menjadi acuan petugas untuk menyelidiki kasus penculikan Wildan."Berarti Erna tak sakit, Pak?" Tanya Mas NadhifPak polisi yang menangani kasus kami, mengangguk cepat."Surat keterangan itu palsu. Dibuat untuk kepentingan tertentu."Mas Nadhif hempas. Dia pasti tidak menyangka sama sekali jika perempuan itu tega membohonginya. Setelah menghabiskan uangnya yang diberikan cuma-cuma, sekarang anaknya menjadi korban. Entah bagaimana nasib Wildan saat ini. Mas Nadhif seperti orang linglung. Syok berat. Sehingga dia meminta istirahat di mobil menunggu semuanya selesai.Sebelum pulang aku meminta ijin untuk bertemu dokter Elzio yang sudah ditahan. Pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 104

Mas Nadhif menangis. Apalagi setelah hampir dua Minggu Wildan tak ada kabar. Polisi masih terus menyelidiki keberadaan anak sambungku itu. Kami hampir tiap hari bolak-balik ke kantor polisi menanyakan perkembangan kasusnya. Di setiap sujud aku juga selalu menyebut nama Wildan agar segera kembali dalam keadaan selamat dan tak kurang suatu apapun. Namun, kami masih diminta sabar. Belum ada titik terang."Dik, gimana jika Erna menjual anak kita?""Insya Allah nggak, Mas. Gak mungkin Mbak Erna setega itu terhadap darah dagingnya.""Tapi, dia tak punya hati meninggalkan Wildan saat dia masih bayi. Apa itu tanda dia punya perasaan?"Aku terdiam. Aku sendiri jangankan meninggalkan anak selamanya. Hanya berpisah beberapa saat saja aku sudah khawatir minta ampun."Dia itu bukan perempuan, Dik. Hatinya mati."Aku menghela napas panjang. Mau diapakan lagi. Berpendapat apapun tentang Erna tidak akan mengubah situasi. Yang ada nambah penyakit karena menahan cemas.Mobil sampai dihalaman rumah. An
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 105

Mobil melaju dengan kencang. Mas Fatan tak mau semua yang kami siapkan berakhir sia sia. Dia juga telah menyiapkan segala sesuatunya bersama rekan rekannya. Kami berpacu dengan waktu. Perempuan itu memberikan waktu selama dua hari. Sebelum waktunya berakhir, Wildan sudah harus kembali ke tangan kami.Mas Danu, Mas Bayu, Mas Rizieq, mereka jago beladiri. Tak lupa Mbak Vita ahli IT, sepanjang perjalanan dia memantau posisi Erna lewat sinyal ponsel yang kemarin dia gunakan menghubungiku. Dia pasti sudah merencanakan ini jauh jauh hari. Terbukti dengan keberadaan mereka yang jauh dari ibu kota."Dek, nanti biar kami yang menyelesaikan masalah ini. Kamu tunggu di mobil. Ini urusan laki-laki." Tegas Mas Fatan."Aku mau ikut, Mas. Wildan juga tanggung jawabku.""Kamu baru habis operasi, Dek. Kalau dia menyerang bagian perutmu itu akan sangat fatal." Benar juga. Tapi, aku belum puas jika belum menghadiahkan satu hantaman pada Erna. Perempuan licik yang bersembunyi dibalik kata sakit. "Tak a
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 106

Kini aku aku sampai di teras rumah tanpa halangan. Mengintip dari jendela, tapi memang tak ada apa-apa. Terlihat riskan jika aku masuk lewat pintu depan. Akhirnya aku mencoba lewat pintu belakang. Dari arah sana lah terdengar suara suara orang tertawa. Tak hanya satu tapi banyak. Laki-laki dan perempuan.Dengan sangat hati hati aku mengintip dari balik tembok. Mataku membola sempurna. Sungguh biad@p. Mas Fatan dan teman temannya sudah terikat dan dijejerkan di lantai. Ketiga laki-laki itu terlihat mengenaskan. Badannya basah, sepertinya baru saja di guyur air oleh salah satu dari mereka."Mau nyelamatin anak? Mimpi kalian. Apa yang sudah ditangan kami tak akan kami kembalikan." Si gendut tertawa lebar.Dadaku bergemuruh. Tak mungkin aku melawan 10 orang laki-laki dengan tubuh besar itu sendiri. Aku harus apa ya, Allah. Hati hati aku mundur perlahan. Aku harus mencari bantuan.Tepat melewati satu jendela yang sedikit terbuka aku berhenti."Makan! Kamu mau mati, ha!" Setelah itu terden
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 107

Baru saja mbak Vita mengutak-atik ponselnya dalam gelap malam ada yang mengetuk kaca mobil kami. Aku dan Mbak Vita sontak membelalakan mata. Untung pintu mobil sudah kukunci."Mba Tari ... Apa jangan jangan anak buah penjahat itu?"Aku masih berusaha mengenali orang orang yang berada diluar dari siluet cahaya yang mengenai tumbuhnya."Dik ... Dik ... Buka pintunya, Sayang."Suara Mas Nadhif terdengar dari luar. Aku dan Mbak Vita saling pandang. Tentu saja kami berdua mendengarkan suara yang sama. "Mas Nadhif?" Lirihku."Jangan, Mbak. Kali aja penjahat itu yang menyamar menjadi Mas Nadhif."Mbak Vita menahan tanganku yang hendak membuka pintu mobil yang memang terkunci dari dalam."Enggak Mbak. Aku yakin itu Mas Nadhif. Aku hafal kok suaranya dan panggilannya untukku."Bergegas aku membuka pintu dan ternyata benar Mas Nadhif berdiri dengan wajah cemas. Aku menghambur kepelukannya. Tak menyangka laki-laki yang kutinggalkan dalam keadaan lemah itu kini berdiri di hadapanku. "Maaf kan,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

Bab 108

"Hahaha Tari! Aku gagal lagi bikin kamu sengsara. Lain kali ya, Tari. Aku pasti akan membuat kamu menderita seumur hidup. Kamu itu wanita pembawa sial. Kamu yang menyebabkan aku sebatang kara. Mama meninggal juga gara-gara kamu. Tunggu pembalasanku Tari!"Mas Arsen masih terus mengoceh meski tangannya sudah diborgol. "Lepas! Dia seharusnya kalian tahan!" Dibelakangnya Rani juga meronta ronta hendak melepaskan diri dari polisi."Diam! Kamu penjahatnya jangan menuduh orang yang seharusnya kamu mengemis maaf darinya. Siap siap kamu membusuk di penjara. Ingat, kasus Ammar aman memberat hukuman kalian!"Mas Fatan yang terlihat sangat emosi menimpali."Sudah, Mas. Biarkan saja. Jangan buang-buang energi. Orang-orang seperti itu akan selalu mencari kambing hitam atas kesalahan yang diperbuat sendiri."Aku menahan tangan Mas Fatan yang hendak menghampiri Mas Arsen."Tari ... Temani aku di penjara Tari. Kamu kan masih istriku. Tolong Tari lepaskan aku Tari."Mas Arsen terus meracau. Dia masih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

Bab 109

"Biar Mas yang membukakan pintu, Dik. Kamu istirahat lah."Mas Nadhif dengan cekatan pergi keluar. Aku pun kembali merebahkan badan. Tulang terasa remuk semua. Terlebih perut bekas operasi secarku berdenyut perih. Apa aku terlalu banyak bergerak? Sembari istighfar mencoba memejamkan mata.Pintu terbuka."Dik, Ibu dan Mbak Rina datang dari Surabaya. Katanya mau melihat kamu dan si kembar." Wajah Mas Nadhif berbinar-binar. Aku pun sama. Meski, jujur saat ini aku tidak menginginkan kedatangan tamu, siapapun itu. Aku sangat lelah."Apa Mas cerita tentang penculikan Wildan pada Ibumu?" Entah kenapa aku merasa kedatangan mereka karena mengkhawatirkan Wildan. Bukan hanya sekedar ingin melihatku ataupun cucu kembarnya."Iya, Dik. Kemarin Mas menelpon Ibu. Minta do'anya agar Wildan segera diketemukan."Aku mengangguk angguk. Lantas bangun dan merapikan penampilanku yang pasti berantakan."Kalau Adik lelah, tidur ajalah, Sayang. Biar Ibu dan Mbak Rina juga Mas suruh istirahat juga.""Tak apa,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 110

Aku meng-Aaminkan penuh harap. Sungguh ujian diawal pernikahan ini terasa berat. Tergoda dengan mantan yang akhirnya malah menjadi bencana.Setelah sarapan aku dan Mas Nadhif langsung ke kantor polisi untuk memberikan keterangan. Semua bukti yang kami punya akan memberatkan hukuman mereka. Mas Arsen, Rani dan Erna akan menyesali apa yang telah dia lakukan.Kali ini tak ada pertemuan lagi dengan mereka. Sepenuhnya mereka kami serahkan pada pihak yang berwajib, dia sekarang menjadi tanggungjawab polisi. Mas Nadhif pun sama. Semoga benar rasa cinta yang masih ada dihatinya sudah menguap tak bersisa.Menjelang sore kami sudah sampai di rumah."Nduk, ibu ijin ke rumah Fatan, ya. Mumpung ada ibu mertuamu di sini. Ibu ada kesempatan untuk menginap di rumah mas mu. Kasihan dia selama ini selalu mengalah. Karena Ibu lebih memilih tinggal bersamamu, Nduk."Aku menoleh ke arah Ibu. Saat ini kami sedang di taman. Ibu Mas Nadhif sedang asik bermain dengan anak anak. Kebetulan mereka sedang libur k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
16
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status