"Tergantung kamu bisa pakai atau nggak. Bu Quincy, gaun ini memang sudah ukuran terbesar di toko, tapi dengan tubuhmu, aku rasa tetap nggak akan muat. Mau diberikan sama kamu juga nggak ada gunanya, sayang sekali!"Quincy menoleh ke arahku dengan ekspresi tidak percaya. Dia terkejut melihatku yang penuh luka lebam di wajah, masih bisa bicara dengan nada menghina.Setelah beberapa saat, dia menunjuk ke arahku dengan jari yang gemetaran. Bibirnya yang gemuk menyeringai, lalu berkata, "Oke, tunggu saja. Lihat apa yang akan kulakukan!"Lalu, Quincy mulai melepas jaketnya dan mencoba mengenakan gaun pengantin itu. Dua teman di sebelahnya segera membantu menarik gaun itu dengan paksa. Akhirnya, dengan susah payah, mereka berhasil memaksanya masuk.Namun, gaun itu jelas-jelas sudah berubah bentuk. Bahan sutra berkualitas tinggi memang elastis, tetapi juga sangat rapuh. Begitu ditarik, terdengar suara benang yang mulai robek.Quincy yang seolah-olah tidak menyadarinya, mengangkat ponselnya unt
Baca selengkapnya