Handi mengerutkan kening, melewati Leo, dan berjalan ke depan untuk mendekatiku.Dia tidak lagi peduli apakah ada orang di sekitar atau tidak. "Tunanganku? Verin, jelaskan padaku sekarang."Sambil berbicara, dia mencoba meraih tanganku, tetapi aku menghindar dengan gesit."Nggak ada yang perlu dijelaskan." Jeffry dengan tenang menarikku ke belakangnya, membuat jarak antara aku dan Handi."Nanti, saat kami menikah, kami pasti akan mengirimkan undangan kepada Pak Handi."Wajah Handi langsung berubah pucat."Jeffry, kamu begitu ...."Jeffry langsung memotong perkataan Handi."Maaf, aku masih ada urusan, jadi aku harus pergi dulu."Jeffry terus menggenggam tanganku erat-erat, membawaku menuju ke tempat parkir.Begitu kami duduk di dalam mobil, Jeffry yang pertama kali memecah keheningan."Maafkan aku, aku terlambat hari ini dan sempat membuatmu nggak nyaman.""Tapi, jangan khawatir, aku sudah mendapatkan obatnya."Aku menoleh ke belakang mengikuti pandangannya, dan benar saja, sebuah paket
Read more