Raka Anggara tersenyum dan berkata, “Porselen biru yang begitu indah, kenapa kau tidak mempersembahkannya kepada Yang Mulia Kaisar?”Galih Prakasa menatapnya, “Sejak dahulu, kesetiaan dan keadilan sulit untuk berjalan beriringan. Lagipula, istana tidak kekurangan benda seperti ini.”Hati Raka Anggara tergerak. Dalam persimpangan antara kesetiaan dan keadilan, Galih Prakasa memilih keadilan.Setelah pembicaraan sejauh ini, Raka Anggara langsung masuk ke inti masalah, bertanya, “Saat kau menangani kasus di Tangkuban Herang, apakah kau pernah bertemu Dasimah dan Rahayu?”Galih Prakasa tersenyum kecil, “Tidak pernah!”Raka Anggara tertegun sejenak. Melihat ekspresi Galih Prakasa, ia tersenyum tipis, “Oh ya, apakah kau sudah menjenguk Pangeran Dewantara?”Galih Prakasa mengangguk, “Sudah. Kasihan sekali.” “Benar. Bahkan tabib terkenal di ibu kota tidak bisa menemukan penyebab penyakitnya.”Galih Prakasa tertawa, “Kau tahu aku berasal dari mana?”Raka Anggara berpikir sejenak, lalu berkata
Last Updated : 2025-02-02 Read more