Semua Bab SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO: Bab 211 - Bab 220

286 Bab

Bab 211

“Nenek ngapain tadi nangis? Nenek takut sama Daddy?” tanya Rania polos.Laura mengangguk pelan. “Makanya jangan nakal. Takut kan Daddy malah,” Raka menimpali.Naura dan Davin yang baru menuruni anak tangga, setelah membersihkan diri, terkekeh.“Playing victim banget, mereka,” kata Naura. Davin hanya tertawa kecil.“Aku bersyukur mereka baik-baik saja. Tapi entah di mana punya ide ngajak ikan lomba renang,” ucapnya.“Ini pasti efek, Bram yang tak memenuhi tantangan, mereka,” sahut Naura. Keduanya kembali tergelak.Davin pun mengajak keluarga kecilnya serta sang Mama untuk makan malam bersama. Situasinya sudah tidak tegang lagi, mereka semua sudah kembali tertawa bahagia. Meski para pengasuh yang melihat Davin tertawa tetap saja mereka takut membuat kesalahan lagi karena saat Davin marah benar-benar sangat menyeramkan bagi keempat pengasuhnya.Setelah selesai makan malam Davin dan Naura menemani kedua anaknya menonton kartun kesayangan mereka. Sementara Laura memilih menuju ke kamarnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya

Bab 112

Bram memarkir mobilnya dengan tergesa-gesa di halaman kediaman Abimanyu. Keheningan malam menyelimuti kawasan rumah besar itu, hanya diterangi oleh beberapa lampu jalan yang tampak redup. Semua penghuni rumah pasti sudah terlelap, kecuali Davin. Ia tahu, adik tirinya itu sering begadang, terutama ketika ada urusan penting yang harus dipikirkan. Bram menatap jam di pergelangan tangannya—jam menunjukkan pukul 23.15. Ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Rasa sakit di lengannya semakin terasa, namun ia menahan semuanya. Fokusnya kini hanya pada satu hal—bercerita kepada Davin."Bram? Apa yang terjadi?" Davin langsung bertanya, suaranya penuh kekhawatiran.Bram hanya mengangguk dan masuk ke dalam rumah, diikuti oleh adiknya yang tampak bingung. "Aku baru saja diserang, Davin. Di kantor."Davin mengerutkan dahi, mendekat dan melihat luka-luka di lengan Bram yang sudah mulai membengkak. "Tunggu. Duduk dulu, biar aku lihat lukanya." Davin segera menarik kursi dan menyuruh Bram duduk. "Ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Bab 213

Davin melumat bibir sang istri. Lalu berlutut di depan bagian intim wanita itu. Davin menjilat penuh nafsu. Kegiatan yang sama dan berulang yang tak akan pernah membuatnya bosan. Lalu dia melakukan penyatuan. Pinggulnya mulai bergerak, matanya tertuju ke bagian intimnya, jarinya menyentuh milik Naura. Tangan Naura menyentuh puncak dada Davin, membuat pria itu seketika mendesah.“Ngantuuuk,” ucap Naura.“Tapi kamu suka kan, sayang?” Naura mengangguk dengan mata terpejam.Davin menghentikan gerakan pinggulnya, Dia sedikit membungkuk lalu melahap dua gunung kembar sang istri yang selalu menggoda hasratnya. Naura terus mendesah karena berhubungan dengan Davin adalah hal yang paling menyenangkan dan paling tak ingin Ia lewatkan. Pria satu-satunya yang menyentuh Naura seumur hidupnya. Meski hubungan mereka berawal dari hal yang tidak baik, namun takdir sudah memutuskan mereka untuk berjodoh.Naura kembali mendesah saat sang suami kembali menggerakkan pinggulnya untuk menghentak wanita itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Bab 214

“Itu punya, Daddy!” Raka tetap yakin itu ramuan punya sang Daddy.“Punya Daddy, sudah habis, sayang. Itu punya Mommy,” jawab Laura lalu tergelak. Ucapan Laura dibenarkan oleh pelayan di rumah itu.“Pokoknya itu punya Daddy. Huaaaaaaaa huaaaaaaa.” Keduanya malah tantrum, membuat sang nenek kesusahan menenangkan kedua cucunya.“Iya, iya. Itu punya Daddy. Bentar lagi Uncle sembuh kok. Nenek cuma bercanda,” jawab Laura menenangkan Raka dan Rania.Dan benar saja dalam sekejap tangisan mereka menghilang. Bahkan keduanya sempat bertanya pada Bram, Apakah Bram sudah merasakan lebih baik setelah minum ramuan itu? Bram tak menjawab namun memutar bola mata malas.****Enam tahun kemudianEnam tahun ke belakang bukanlah waktu yang singkat untuk mereka lewati. Davin dan Bram benar-benar berjuang melawan para musuh yang ingin menghancurkan mereka. Namun, mereka percaya bahwa Tuhan tak sekalipun meninggalkan orang-orang yang selalu berhati baik. Karena itu, mereka selalu keluar sebagai pemenang da
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

Bab 215

Rania dan Raka, meskipun terlahir sebagai anak miliarder, tetap memiliki kepedulian yang besar terhadap keluarga mereka. Mereka juga peduli kepada setiap orang di sekitarnya, termasuk para pengasuh dan pelayan. Keduanya benar-benar dididik dengan baik oleh Naura dan Davin, meskipun kedua orang tua mereka harus menghabiskan setengah hari di kantor.Mereka menyayangi Bram seperti menyayangi kedua orang tua dan nenek mereka. Itulah sebabnya, sejak kepergian Dinda, mereka lebih sering menghabiskan waktu di rumah ini. Bahkan ketika akhir pekan tiba, mereka seharian penuh berada di rumah Bram untuk menemani Angelica yang malang.Seperti hari ini, begitu tiba di rumah Bram, hal pertama yang mereka tanyakan kepada pelayan adalah apakah sang Uncle sudah makan atau belum. Ketika pelayan mengatakan bahwa Bram belum menyentuh makanannya, mereka pun berinisiatif membawakan makanan ke dalam kamar sang Uncle."Uncle, makan dulu ya, biar bisa gendong adik Angelica. Kasihan, dia menangis terus sehari
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

Bab 216

Saat mereka masih duduk di ruang tamu, tiba-tiba suara tangisan bayi Angelica kembali terdengar jelas. Bram menarik napas berat, lalu berdiri. Dengan suara yang sarat emosi, ia berkata,"Aku serahkan semuanya padamu, Naura. Aku yakin apa yang kalian lakukan untukku dan Angelica adalah yang terbaik. Setidaknya, anakku bisa kuat dan bertahan," ucap Bram.Tanpa menunggu jawaban dari adik iparnya, ia langsung melangkah menuju lantai dua, masuk ke kamar sang buah hati.Naura menatap nanar kepergian kakak iparnya. Ia tahu betul betapa besar cinta Bram pada Dinda. Bahkan, rasa itu jauh lebih dalam dibandingkan cintanya pada Maria, mantan kekasihnya dulu."Kasihan sekali melihat Bram seperti ini. Dia benar-benar terpukul," lirih Naura."Semua akan segera berlalu, Sayang. Dia pasti akan pulih, aku jamin," sahut Davin, yang duduk di samping istrinya. Tangannya mengusap lembut rambut Naura, berusaha menenangkan."Iya, Sayang. Mudah-mudahan hari itu segera tiba. Kasihan Angelica," balas Naura, su
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 217

Naura terpaku di ambang pintu kamar rumah sakit. Napasnya tercekat saat melihat wanita yang terbaring lemah di ranjang pasien. Mata mereka bertemu, dan seketika itu juga air mata menggenang di pelupuk matanya.“Na—Naura?” Lidya kembali berbisik dengan suara serak, nyaris tak percaya dengan penglihatannya.Tanpa berpikir panjang, Naura melangkah cepat ke sisi ranjang. Tangannya gemetar saat meraih tangan Lidya yang terasa dingin. Seketika, air matanya jatuh, membasahi pipinya.“Lidya…” suaranya bergetar hebat. “Ya Tuhan, ini benar-benar kamu…”Lidya yang masih terbaring menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Bibirnya bergerak, seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi isak tangis lebih dulu memenuhi ruang itu. Tanpa bisa ditahan, Naura langsung memeluk tubuh sahabatnya erat-erat.Davin yang berdiri di samping mereka hanya bisa menyaksikan pemandangan itu dengan tatapan sendu. Dia memahami bahwa ini bukan sekadar pertemuan antara dua orang yang lama tak bertemu, tapi sebuah pertemuan pen
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 118

Naura duduk di ruang tunggu rumah sakit, matanya berkaca-kaca menatap layar ponsel. Ia baru saja menyelesaikan beberapa panggilan telepon untuk memastikan bahwa semua urusan keuangan terkait dengan Lidya akan selesai hari itu juga. Ia tidak ingin ada yang tertunda, tidak ada lagi beban yang harus dipikirkan oleh sahabat lamanya.Davin duduk di sampingnya, menatapnya dengan penuh perhatian. "Kamu sudah membayar semuanya, sayang?" tanya Davin, suaranya lembut, namun mengandung rasa khawatir yang ia tak bisa sembunyikan.Naura mengangguk, matanya tak lepas dari layar ponsel. "Ya, semuanya sudah dibayar, sayang. Biaya operasi Lidya, biaya rumah sakit, semuanya. Aku juga sudah melunasi biaya pemakaman suaminya, serta biaya yang dikeluarkan untuk mendiang anaknya." Ia menarik napas panjang, seakan melepaskan segala beban. Davin menghela napas lega. "Kamu sudah melakukan hal yang benar, Sayang. Terima kasih, Dinda pasti bahagia punya ipar sepertimu."“Semoga dia bahagia di surga,” lirih Nau
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 219

Lidya memandang Angelica, yang terbaring di pelukannya. Meskipun wajahnya masih terlihat begitu kecil dan rapuh, bibir mungil Angelica tampak mencari-cari sesuatu. Lidya merasakan getaran halus di dalam hatinya. Waktu terasa melambat, seakan segala sesuatu di sekitarnya hilang. Semua yang ada hanyalah suara detak jantungnya sendiri dan napas ringan bayi yang masih mencari kehangatan dan kasih sayang.Sambil mengatur pernapasannya, Lidya perlahan-lahan mengangkat Angelica lebih dekat ke tubuhnya. Tangan Lidya menggenggam kepala bayi itu dengan lembut, memberi sedikit dorongan agar bibir mungil itu bisa menyentuh puting susu yang sudah penuh dengan air susu yang melimpah. Lidya menahan air mata yang sudah sejak lama terpendam. Ia merasa ada yang menyesakkan di dadanya. Tangannya gemetar, tapi ia tahu ini adalah kesempatan yang tak bisa ia sia-siakan.Sebuah isak tangis lirih terdengar dari bibir Lidya. Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. Keputusan ini, keputusan untuk menjadi ibu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 220

Bi Inem, baju aku dibawa ke mana?" tanya Dinda terkejut."Maaf, Lidya. Pak Bram barusan nelpon, Bibi disuruh buang semua bajumu, tapi Bibi sudah belikan pengganti untukmu. Apalagi, selama kamu bekerja dari pagi sampai sore, kamu menggunakan seragam," jawab Inem sambil menghentikan pekerjaannya untuk mengeluarkan pakaian Lidya dari lemari di kamar yang ia gunakan untuk menaruh pakaian dan membersihkan diri.Lidya menarik napas berat. "Ya sudah, Bi, nggak papa. Aku ikut aturan di sini saja," jawabnya pasrah.Pelayan itu pun mengangguk, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya dan benar-benar membuang semua pakaian Lidya ke dalam tong sampah."Oh ya, Lidya, mumpung Angelica masih tidur, sebaiknya kamu makan dulu. Ahli gizi yang dikirim oleh Pak Bram sudah buatkan makanan bergizi untukmu. Pak Bram ingin Angelica mendapatkan asupan gizi yang baik dari asimu," kata pelayan itu lagi.Sebagai seorang ibu susu, tentu Lidya tak punya pilihan lain selain mengikuti semua aturan yang sudah ditetapkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
29
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status