Semua Bab Cahaya di Ujung Jalan: Bab 11 - Bab 20

28 Bab

Menemukan Ketenangan di Masjid

Sarah mengangkat telepon dan mendengar suara Ana yang penuh semangat di seberang sana. "Sarah, besok ada kegiatan di masjid dekat rumahku. Ayo, kamu ikut ya? Aku yakin kamu bakal suka."Sarah tersenyum tipis, meski ada sedikit ragu dalam dirinya. Sudah lama ia tidak menginjakkan kaki di masjid, dan ia tak yakin apa yang akan ia rasakan. Namun, ajakan Ana ini terdengar menarik, terutama setelah semua kekosongan yang belakangan ia rasakan dalam hidupnya."Baiklah, Ana," jawab Sarah akhirnya, "Aku ikut."Setelah menolak ajakan Adam, Sarah membutuhkan pencerahan agar bisa melupakan masa lalu yang terus mengiringi. Keesokan harinya, Sarah dan Ana memasuki halaman masjid. Masjid itu tidak terlalu besar, tapi memiliki arsitektur yang indah dan suasana yang damai. Beberapa wanita duduk berkelompok, mengenakan hijab dan tersenyum ramah ke arah mereka. Sarah merasa sedikit canggung, namun ada ketenangan aneh yang mulai meresap ke dalam hatinya.Ana menyentuh lengan Sarah. "Aku tahu, ini mungki
Baca selengkapnya

Rumit

Tiba-tiba, segala kekuatan yang Sarah kumpulkan untuk melanjutkan hidup terasa goyah. "Apa maksudmu, Adam?" tanyanya dengan nada khawatir.Adam menarik napas dalam-dalam di seberang telepon, seolah mencari keberanian untuk mengungkapkan sesuatu yang berat. "Sarah… ada sesuatu yang kau perlu tahu tentang Dokter Fajar. Dia… dia bukan siapa yang kau kira."Sarah terdiam, jantungnya berdetak cepat. Dalam kepalanya, Dokter Fajar adalah sosok yang penuh ketenangan dan kebijaksanaan. Bagaimana mungkin ada sisi lain dari dirinya yang begitu asing?"Adam, jika ini hanya trikmu untuk mengalihkan perhatianku, aku...""Tidak, Sarah. Aku tidak main-main," potong Adam dengan tegas. "Dulu aku pernah satu kampus dengan Dokter Fajar di fakultas kedokteran. Dia… dia memang dikenal baik, tapi… ada insiden di tahun terakhir kami yang membuat banyak orang mempertanyakan siapa dia sebenarnya."Sarah masih terpaku, rasa penasaran bercampur takut semakin menguasainya. "Insiden apa yang kau bicarakan?"Adam m
Baca selengkapnya

Rahasia yang Terkuak

Bab 12: Kebenaran yang TersembunyiSarah merasakan hatinya berdebar tak menentu setelah percakapan terakhir dengan Adam. Masih terngiang di benaknya peringatan Adam tentang masa lalu Dokter Fajar dan gadis bernama Aisyah. Namun, di tengah keraguannya, ada sesuatu yang tak masuk akal dari cerita Adam. Adam selalu memiliki caranya sendiri untuk menyampaikan sesuatu, dan Sarah sadar betul, dia tak selalu jujur.Dengan pikiran penuh kebimbangan, Sarah kembali bertemu Dokter Fajar di taman klinik tempatnya berobat. Hembusan angin sore menambah keheningan di antara mereka sebelum akhirnya Sarah mengumpulkan keberanian untuk bertanya, "Dokter Fajar, aku… aku merasa harus menanyakan ini meski rasanya tidak pantas. Tentang Aisyah... Adam bilang dia masih hidup."Dokter Fajar tampak terkejut, tetapi segera menghela napas dalam-dalam. "Sarah, aku tak ingin ada keraguan di antara kita. Aisyah memang masih hidup. Dia tidak hilang atau meninggal seperti yang dikabarkan. Tapi… ada peristiwa yang mem
Baca selengkapnya

Jalan Terjal

Sarah menggenggam ponselnya erat. Nama Dokter Fajar yang terpampang di layar seperti panggilan dari dunia yang selama ini ia percayai, tapi kini penuh dengan keraguan. Di sisi lain, amplop misterius itu tergeletak di meja, menggoda untuk dibuka dan menguak rahasia yang mungkin akan mengubah segalanya.Akhirnya, dengan napas yang tertahan, ia menjawab panggilan itu. "Halo, Dokter Fajar.""Sar… kamu baik-baik saja?" Suara Fajar terdengar hangat dan menenangkan seperti biasa, tapi kali ini Sarah merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik nada suaranya."Ya, aku baik-baik saja," jawabnya pendek, suaranya serak. Ada begitu banyak yang ingin ia tanyakan, tapi semuanya mengendap dalam keraguan yang kian dalam.Fajar terdiam sejenak, seolah menyadari ada yang tidak beres. "Kita harus bicara. Bisa bertemu besok?"Sarah menggigit bibirnya, menimbang-nimbang. Bagian dari dirinya ingin menjauh, tapi ada sesuatu yang mendesaknya untuk menghadapi Dokter Fajar dan menemukan kebenaran. "Baik, kita
Baca selengkapnya

Bayangan yang Mengintai

Bab 15: Menerima Masa LaluSarah menatap pesan di layar ponselnya, merasakan campuran ketakutan dan kebimbangan. Ia tahu bahwa pesan itu mungkin akan membawanya pada kebenaran yang berbeda, atau justru manipulasi yang lebih dalam. Namun, kali ini ia memilih untuk mengikuti suara hatinya, bukan godaan untuk mengorek lebih jauh.Ia menghapus pesan itu, memutuskan untuk tidak mengejar bayang-bayang dari masa lalu Dokter Fajar. Sebaliknya, ia ingin mencoba menerima bahwa setiap orang memiliki masa lalu, termasuk dirinya sendiri. Ia sadar, dirinya pun pernah memiliki banyak cerita yang tak selamanya menyenangkan, dan ia berharap Fajar pun bisa menerimanya seutuhnya.Beberapa hari berlalu dengan Sarah dan Fajar kembali pada percakapan yang lebih terbuka. Meski tak sepenuhnya mudah, ia mulai merasakan beban kecurigaan yang dulu menghantuinya perlahan memudar. Suatu sore di taman kota, Sarah duduk berdua dengan Fajar di bangku kayu yang menghadap ke danau kecil. Daun-daun berguguran di sekita
Baca selengkapnya

Mengungkap Semua

Malam itu, Sarah duduk di taman yang sepi, menggenggam ponselnya dengan tangan yang bergetar. Sejak menerima pesan misterius tadi, perasaannya campur aduk. Tapi tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki yang familiar di belakangnya. Ia menoleh dan mendapati Dokter Fajar berdiri di sana, wajahnya terlihat tegas namun lembut."Sarah," ucap Fajar, suaranya tenang namun bergetar. "Aku tahu kamu mungkin punya banyak pertanyaan. Aku ingin jujur padamu. Aku akan menceritakan semuanya malam ini, tanpa ada yang kututup-tutupi. Tapi setelah itu, aku akan memberikanmu kebebasan untuk memilih, untuk tetap berada di sisiku atau meninggalkanku."Sarah menelan ludah, merasa gugup tapi juga lega. Ia mengangguk pelan, mempersilakan Fajar duduk di sampingnya.Fajar memulai ceritanya dengan suara rendah, matanya menatap lurus ke depan seolah mengingat setiap detail dari masa lalunya. "Sarah, masa lalu yang mungkin kamu dengar atau lihat… tidak semuanya benar. Ada sebagian yang sengaja dibuat-buat. Adam
Baca selengkapnya

Ujian di Tengah Hijrah

Proses hijrah Sarah tidak mudah, dan kali ini dia dihadapkan pada ujian besar yang benar-benar menguji tekadnya. Suatu siang, manajernya, Nadia, mendatangi Sarah dengan senyum penuh antusias. "Sarah, ini kesempatan emas! Brand besar ini sudah lama ingin bekerja sama denganmu. Ini akan jadi proyek besar yang bisa mengangkat namamu kembali," ujar Nadia bersemangat sambil menunjukkan kontrak di tangannya.Mata Sarah membelalak saat melihat angka di lembar kontrak itu. Jumlah yang fantastis. Dengan bayaran sebesar itu, dia bisa dengan mudah membantu keluarganya dan berkontribusi pada banyak kegiatan sosial yang ingin dia dukung sejak lama. Namun, saat matanya melirik persyaratan pemotretan, jantungnya berdegup kencang. Ternyata proyek tersebut mengharuskannya berpenampilan terbuka, sesuatu yang sudah dia tinggalkan sejak memulai hijrah.Kegelisahan langsung melanda Sarah. Nadia yang melihat perubahan ekspresi di wajah Sarah, mendesah. "Aku tahu ini mungkin tidak mudah untukmu sekarang, Sa
Baca selengkapnya

Pesan Misterius

Bab 18: Langkah Baru dalam HijrahHari-hari berlalu, dan Sarah semakin mantap dengan pilihannya. Meski sempat tergoda oleh proyek besar itu, dia merasa keputusannya untuk menolak adalah langkah awal yang menguatkan komitmennya untuk berhijrah. Ia tidak ingin lagi menengok ke belakang.Pesan misterius pun terus berdatangan, tapi Sarah memilih untuk tidak menggubrisnya. Awalnya, pesan-pesan itu sedikit mengganggunya, bahkan terasa seperti ancaman kecil di tengah perjalanannya. Namun, setiap kali godaan itu muncul, ia kembali mengingat niat hijrahnya, meneguhkan hatinya untuk tidak terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Perlahan, pesan-pesan itu kehilangan daya tariknya.Salah satu perubahan nyata dalam dirinya adalah cara ia berpakaian. Sarah mulai mencoba mengenakan pakaian yang lebih tertutup. Pada awalnya, dia merasa sedikit gugup, tetapi dorongan dalam hatinya terasa kuat. Setiap potongan pakaian yang dipilihnya memberi rasa damai dan nyaman. Dia merasa seperti akhirnya menemukan d
Baca selengkapnya

Pilihan

Sarah menatap layar ponselnya dengan tatapan penuh keraguan. Nomor tak dikenal yang kini memanggilnya terasa seperti pintu menuju masa lalu yang telah berusaha ia tutup rapat. Jemarinya gemetar, berkutat antara menerima atau mengabaikan panggilan itu. Namun, dorongan hati yang kuat membuatnya akhirnya menggeser layar dan menerima panggilan tersebut."Halo?" suara Sarah terdengar pelan, nyaris tercekat oleh gugup yang menghantui."Sarah," suara di seberang itu terdengar akrab, namun penuh dengan rasa bersalah yang terselubung."Adam?" Sarah hampir tak percaya. Napasnya tercekat mendengar suara mantan tunangannya yang dulu mengkhianatinya dan meninggalkannya terluka."Sarah, aku tahu kamu pasti nggak mau dengar apa pun dariku. Tapi, tolong dengarkan sebentar saja," suara Adam terdengar penuh penyesalan, sedikit serak."Ada apa lagi, Adam?" Sarah menghela napas, mencoba mengendalikan emosinya. "Aku rasa kamu sudah cukup jelas dengan semua yang terjadi. Apa lagi yang mau kamu katakan?""A
Baca selengkapnya

Mencoba Meyakinkan

Sarah duduk di tepi jalan, masih memegang ponselnya yang terasa lebih berat dari biasanya, seolah menjadi saksi dari pilihan-pilihan sulit yang kini dihadapinya. Saat melihat mobil Dokter Fajar mendekat, ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan debar jantungnya. Ia tahu, percakapan ini harus terjadi.Mobil Fajar berhenti tepat di depannya. Dengan senyum hangat, Fajar membukakan pintu, menyambutnya masuk. Begitu ia duduk dan memasang sabuk pengaman, Fajar meliriknya dengan ekspresi sedikit heran."Kok di sini? Kamu sedang apa?" tanyanya sambil menjalankan mobil.Sarah terdiam sejenak, menimbang-nimbang kata-kata yang akan diucapkannya. Namun, ia menyadari bahwa kejujuran adalah satu-satunya jalan agar hubungan mereka tetap kuat. Ia tak ingin ada rahasia yang bisa memicu kesalahpahaman."Aku... baru saja bertemu dengan Adam," ucapnya pelan, tapi cukup jelas. Ia menatap Fajar, berusaha menangkap reaksinya.Fajar mengangguk pelan, masih tenang meski ada sedikit perubahan di raut
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status