Nyonya Alma tak kuasa menahan air matanya, terus menangis dan meratapi nasib putrinya. "Anakku yang malang," isaknya, suaranya terputus-putus. Setiap desah tangisnya semakin menyayat hati, menggambarkan kesedihan dan kepedihan yang mendalam. Dia merasa kehilangan dan tidak berdaya, seakan semua harapan untuk Moza hancur berkeping-keping. Sementara itu, Samy berdiri di samping Nyonya Alma, hatinya juga dipenuhi kecemasan. Ia merasakan setiap isak tangis yang keluar dari bibir wanita tua itu. Ia ingin menghibur, tetapi kata-katanya terasa hampa. Samy hanya bisa menunggu, berdoa di dalam hati agar dokter segera keluar dengan kabar baik.Beberapa saat kemudian, pintu ruang gawat darurat terbuka, dan seorang dokter keluar, mengenakan wajah serius. Nyonya Alma langsung menoleh, dan saat pandangannya bertemu dengan dokter, semua tangisnya berhenti sejenak. "Dokter! Bagaimana dengan putri saya?" tanyanya, suaranya penuh harap.Dokter menghela napas, menatap Nyonya Alma dengan simpati. "Moza
Read more