Home / Lainnya / SEPIRING SINGKONG REBUS / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of SEPIRING SINGKONG REBUS : Chapter 61 - Chapter 70

121 Chapters

61. Aku Nggak Miskin

"Apa mas? Kamu di pecat tanpa pesangon? Kenapa kamu cuma diam aja, kenapa tidak protes sama atasan kamu! Kamu sudah lama bekerja di perusahaan itu apa dari pihak perusahaan tidak ada cenderamata untuk kamu sebagai karyawan teladan bahkan kamu berapa kali memenangkan tender. Apa kerja keras kamu tidak terlihat oleh mereka? Kamu tahu berapa banyak kamu menguntungkan untuk perusahaan sedikitpun tidak memberikan apapun padamu!" Entik yang baru tiba di rumah terkejut mendengar penuturan Yoga pada Ibunya. "Dek sudah duduk dulu. Kita bicara dengan kepala dingin," bujuk Yoga. "Bicara dengan kepala dingin katamu? Mas, aku butuh uang bukan bicara omong kosong begini!" teriak Entik. "Ya mas tahu. Mas juga akan berusaha untuk mencari pekerjaan lagi. Udah ya, ini gaji mas bulan ini tapi mas ambil sebagian ya, buat jaga-jaga nyari kerjaan," ujar Yoga. "Ya udah, pokoknya kamu harus dapet kerjaan yang sama. Aku nggak mau memenuhi kebutuhan keluarga kamu mas." Kata Entik, tanpa sadar. "Keluargaku?
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

62. Nikah Yuk!

"Ya, ini aku Entik. Apa kabar? Lama kita nggak ketemu, ngomong ngomong berapa anakmu?" tanya pria yang kini duduk di samping Entik. "Dua. Kamu?" Pria itu hanya menggeleng, tak lama wajahnya muram gurat kesedihan tercetak jelas di sana. "Kenapa?" tanya Entik. "Anakku di bawa mantan istriku. Beginilah, hidup seorang diri tanpa ada anak dan istri. Terus kamu kenapa ada di sini menangis seorang diri?" "Aku? Aku hanya ingin sendiri setidaknya di sini aku bisa tenang," "Ada masalah? Dalam rumah tangga sudah biasa bertengkar selisih pendapat hal yang lumrah, tapi setidaknya jangan pernah meninggalkan rumah tanpa izin dari suami," "Kamu benar tapi bagaimana jika suami tidak bekerja? Dia pengangguran di rumah dan semua tanggung jawab dilimpahkan pada istri? Apakah perdebatan itu ada solusinya tentu jawabannya adalah tidak, yang ada hanya pertengkaran demi pertengkaran dan hawa panas di dalam rumah semakin membakar belum lagi harus menampung mereka semua, mereka hanya menggantungkan hi
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

63. Pergi

Pukulan demi pukulan yang tidak bisa di hindari, Yogi tidak ada kata ampuh pada Yudi yang menantangnya. Suara teriakan dari Entik di indahkan oleh Yogi dan Yudi, mereka saling serang mempertahankan harga diri mereka. Kegaduhan itu menimbulkan perhatian para tetangga dan keluarga yang mencoba melerai keduanya. "Hentikan!! Apa yang kalian lakukan ini? Kalian sudah dewasa sudah berumah tangga kenapa main kekerasan. Bisa dibicarakan dengan baik-baik tanpa harus main pukul!" seru Pak RT setempat. "Jangan ikut campur pak rete biarkan saya memberi pelajaran laki-laki ini yang sudah menjadi selingkuhan istri saya!" seru Yoga. "Sabar pak Yoga, sebaiknya kita duduk dulu." Yoga menurut ia duduk di depan bersama berapa warga di sana. "Jadi gimana pak Yoga, apa benar tuduhan yang bapak berikan pada istri bapak?" tanya pak RT. "Itu benar. Apa yang dilakukan seorang wanita bersuami pulang malam bersama dengan laki-laki? Sebagai seorang suami tentu akan marah dan curiga, apapun alasannya itu tida
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

64. Kelaparan

Satu minggu sudah kepergian Entik dan keluarganya, seminggu itu pula Yoga jungkir balik mencari pekerjaan hingga menjadi pemulung. Tidak jauh berbeda dengan Yoga, Bu Laras bekerja dari satu rumah ke rumah yang lain. Semua ia lakukan demi dua cucunya agar tidak kelaparan. Miris di mana Yoga yang arogan itu? Bukankah dulu dia membanggakan jabatan dan dasinya? Kini hanya untuk makan saja mereka menjadi tukang panggul di pasar, itu saja tidak cukup menutupi kebutuhan mereka."Ayah udah pulang?" Angga dan Vani menyambut kedatangan sang Ayah. Hatinya perih, hasil kerja hari ini lagi-lagi tidak cukup untuk mereka makan."Ya, sayang. Kalian sudah makan?" tanya Yoga, walau sebenarnya ia tahu jika mereka belum makan. Mereka hanya diam sesaat mereka berkata yang mampu membuatnya sulit percaya."Jika sehari nggak makan bukankah itu tidak membuat kita mati, Yah? Ayah, dulu Salwa tidak makan dua hari tapi Salwa kuat. Aku sama kak Angga pasti kuat," ucapnya polos. Hal itu mampu membungkam Bu Laras
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

65. Ketakutan

"Waalaikumsalam bapak siapa?" Yoga, menerima uluran tangan dari pria paruh baya di depannya. "Duduklah di sini, sudah Salat?" tanya pria itu. Yoga menggeleng, entah kapan terakhir dia salat. "Mau salat sendiri, atau bareng saya? Kebetulan saya belum salat," tawar pria paruh baya itu lagi."Bapak saja sendiri, baju saya kotor," "Baiklah, duduk di sini. Tunggulah sampai saya selesai salat kita bisa berbincang. Saya tahu ada banyak masalah yang sedang anda hadapi," ujarnya menempuk pundak pria Yoga.Yoga yang tidak yakin dengan ucapan pria paruh baya itu, namun tidak dipungkiri bahwa apa yang dikatakan beliau adalah benar adanya. Saat ini ia membutuhkan seseorang yang mau mendengarkan keluh kesahnya tetapi pikiran bercabang begitu rumit, mendesak nya terus menerus apakah ia akan mengikuti kata Ibunya atau terus berjuang seorang diri. Entah perasaan apa saat ini yang ia rasakan adalah rasa malu dan rasa sakit hati dalam waktu bersamaan."Alhamdulillah ternyata anda ada di sini," ucap
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

66. Menyadarkan

"Bayu apa aku diizinkan masuk ke dalam? Kamu yakin tidak takut jika aku akan mencuri barang berharga kamu?" tanya Yoga, yang di jawab gelengan kepala dari Bayu."Untuk apa aku takut kalau mas Yoga mau mencuri lagi di rumahku. Bukankah Mas Yoga mengetuk pintu rumahku, mengucapkan salam itu artinya mas datang ke sini dengan niat baik tentu saja rumah ini akan selalu terbuka lebar untuk Mas Yoga. Tidak ada alasan untuk kami menolak kedatangan mas, apa lagi menutup pintu saat mas Yoga berdiri di depan rumah," ujar Bayu, tenang.Yoga duduk di ruang tamu, benar yang dikatakan oleh pria paruh baya malam tadi. Melihat sikap Bayu yang tidak dendam bahkan bersikap baik padanya, membuat hati Yoga teriris bagaimana mungkin selama ini dia begitu jahat pada Bayu dan keluarganya."Mas Yoga, apa kabar? Mas kenapa kamu diam aja kalau ada Mas Yoga, kalau tahu tadi aku buatkan teh sekalian sama kamu," ujar Arumi."Tidak apa-apa Arumi, lagi pula aku baru duduk. Kabarku baik Arumi, bagaimana kabar kamu da
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

67. Tidak Mau

"Ibu nggak mau! Kamu apa-apaan Yoga, bisa-bisanya kamu nyuruh ibu minta maaf sama mereka. Bisa gede kapala nanti!" Bu Laras melempar tudung saji, tidak terima jika harus meminta maaf pada Bayu dan Arumi.Sepulang dari rumah Bayu, Yoga mengutarakan niat membuka usaha, tentu menjelaskan bahwa ia sudah minta maaf pada Bayu dan Arumi dan meminta pada ibunya agar meminta maaf pula. Dengan begitu mereka akan hidup dengan tenang namun sayang reaksi yang diterima dari Ibunya sungguh di luar dugaannya. "Lah kenapa ibu kenapa? Ibu tidak tahu maksud dan tujuanku. Buk, apa salahnya berdamai dengan mereka walau bagaimanapun Bayu itu adalah putra Ibu putra bungsu itu dan Arumi satu-satunya menantu ibu saat ini dan hanya dia wanita yang selalu berada di samping Bayu meskipun pada saat itu Bayu tidak memiliki apapun. Apa Ibu lupa kalau yang memberinya modal membuka usaha itu adalah orang tua Arumi," jelas Yoga. Sayang Bu Laras tetap tidak terima dengan nasehat dan maksud dan tujuannya agar mereka
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

68. Kritis

Bu Laras menggedor pintu mobil sehingga keributan tidak terelakkan. "Baru juga kaya sombong banget kamu. Aku miskin juga gara-gara kamu, tau begini dulu kamu aku jebloskan ke dalam penjara. Biar tau rasa kamu!" ucap Bu Laras sengit."Weh! Nyatanya nggak kan, lihat aku makin kaya dan kamu makin melarat!" sindir Bu Warsih."Belum. Sebentar lagi kamu akan jatuh miskin saat itu aku akan menghancurkan kamu Warsih!" Bu Laras tidak mau kalah dengan Bu Warsih mereka terus adu mulut hingga jambakan terjadi."Dasar orang miskin tidak tahu diri! Kamu akan tahu siapa yang berkuasa sekarang. Aku bukan kamu lagi Laras! Nyesel aku besanan sama kamu!" Bu Warsih mendorong tubuh Bu Laras kuat di saat bersamaan motor melaju kencang tanpa bisa di hindari kecelakaan itu terjadi. Tubuh Bu Laras terpental cukup jauh darah mengalir dari kepala hidung dan mulutnya."Kita pergi dari sini, cepetan!" seru Bu Warsih. Mobil melaju meninggalkan tubuh Bu Laras yang tergeletak di jalanan, beruntung berapa orang yang
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

69. Kecurigaan

Yudi hanya diam enggan untuk menanggapi terlebih berurusan dengan Bayu dan Arumi. Yudi tak ingin kerja sama yang baru mereka rintis akan hilang karena ulah Ibu mertuanya.Walau Bayu tidak tahu bahwa dia adalah laki-laki yang sudah merusak rumah tangga kakaknya. "Nak, tolong lakukan sesuatu untuk Ibumu. Jangan biarkan dia di tahan," rengek Pak Bagas."Kenapa sebelumnya tidak berpikir, apa tindakan ini akan bermasalah ke depannya atau tidak. Jangan memburu nafsu yang pada akhirnya merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Aku tidak tahu apa-apa, aku bisa membantu atau tidak dan ini berurusan dengan pihak berwajib yang tentu bukan hanya uang yang akan kita pikirkan tetapi pihak-pihak lain dan itu juga tahu. Bapak juga sudah mengetahui bagaimana seorang Bayu dan juga Arumi, mereka memiliki banyak koneksi orang-orang hebat apa kita mampu melawan mereka?" ujar Yudi. "Mas tolonglah bantu ibu carikan pengacara setidaknya agar bisa menjadi jembatan antara Ibu dan Bu Laras barangkali dengan
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

70. Suap

Yoga begitu syok melihat siapa yang ada dalam video yang di perlihatkan tetangganya. Kejadian yang begitu mengerikan tubuh Ibunya melayang sebelum menghantam aspal."Kalian akan membayar semuanya. Aku tidak akan melepaskan kalian!" satu Yoga tertahan, mengingat jika saat ini berada di depan ruang UGD."Mas, ibu gimana?" Bayu dari jauh berlari kecil, meski cemas memikirkan Ibunya, akan tetapi keselamatan istrinya tetap ia perhatikan."Bayu, Arumi, kalian sudah datang. Ibu masih kritis,""Dek, mas tinggal dulu ya, mas ketemu dokter dulu. Semakin cepat semakin baik," "Ya, mas pergilah." "Dok, saya anak Bu Laras apa bisa donor darah sekarang?" tanya Bayu, khawatir melihat keadaan ibunya."Silahkan, saya periksa dulu ya," Bayu mengikuti prosedur rumah sakit, tak lama dokter kembali membuat ketakutan tersendiri dalam hati Bayu."Darah anda cocok dengan pasien." Kata dokter setelah selesai pemeriksaan."Alhamdulillah silahkan dok ambil sebanyaknya," ucap Bayu bahagia, darahnya cocok denga
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status