Home / Pernikahan / Jodoh Wasiat Ayah / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Jodoh Wasiat Ayah: Chapter 11 - Chapter 20

22 Chapters

11. Di luar dugaan

"Hari ini aku akan mengunjungi tuan Freddy," cetus Anna setelah selesai dengan sarapannya.Darren sontak mendelik dan memasang raut wajah yang sedikit terkejut, "Lagi? Bukankah waktu itu kau sudah mengunjunginya dan menyelesaikan urusan kalian? Memangnya ada urusan apa lagi sampai harus terus berkunjung kesana?"Tanpa sadar, Darren memberondonginya dengan beberapa pertanyaan sekaligus setelah suasana sarapan pagi yang terasa sunyi di antara keduanya, bahkan Darren seperti tidak memedulikan sikap dingin yang ditunjukkan istrinya selama beberapa saat lalu, hal itu tentu membuat Anna gusar. Ia merasa Darren benar-benar laki-laki dingin yang bahkan tidak peduli dengan sikapnya.Sampai akhirnya Anna memancing Darren dengan rencananya terkait pertemuannya dengan tuan Freddy dan itu berhasil, Darren tampak ketar-ketir tentang hal itu.Anna lalu berdecih seraya meraih gelas dan meminumnya sedikit, "Selesai? Tch! Aku baru saja sampai disana dan kamu tiba-tiba datang menyeretku bahkan mempermal
Read more

12. Bawalah pengawalku bersamamu

"Apa maksud-" Rhodes menghentikan perkataannya, setelah sadar bahwa Darren ternyata sedang bergumam sendiri dan bahkan tidak menyadari keberadaannya.Rhodes lantas menghela napas panjangnya, memutuskan untuk diam sesaat dan memperhatikan gelagat yang ditunjukkan atasannya. Meski Rhodes belum tahu pasti penyebabnya tetapi dalam jarak yang cukup dekat Rhodes bisa melihat dengan jelas bahwa Darren tengah dilanda kegundahan, dengan pandangan kosong serta kepalan tangan yang erat."Apa mereka bertengkar? Lagi?" Rhodes menerka dalam hati."Yah, sudah pasti dia bereaksi seperti itu ... kepergianku memang membuatnya senang." Darren berkata dengan lirih lagi seraya tersenyum getir.Rhodes pun menautkan kedua alisnya, semakin dibuat bingung dengan tingkah Darren. Cukup lama pula Rhodes mendiamkan situasi tersebut meski sesekali ia melirik jam tangan yang sudah menunjuk angka 9, tetapi Darren masih sibuk dengan pikirannya sendiri.Hingga pada akhirnya Rhodes yang sudah tidak tahan dengan situasi
Read more

13. Kesetiaan Jason

"M-maksudnya bagaimana, Nyonya?" tanya Jason."Aku sudah muak dengan Darren." Anna mengjela napas panjang, suaranya rendah tapi bergetar dengan emosi terpendam. "Dia sudah terlalu lama mencoba menguasai hidupku. Mengatur semuanya seolah-olah aku hanya alat dalam permainan kekuasaannya."Jason tetap diam. Tubuhnya tegang. Ia tahu ini akan lebih dari sekadar perintah biasa. Apa yang akan diucapkan Anna kali ini bisa membuatnya bingung bahkan bimbang.Anna menatap Jason melalui kaca spion yang tengah menundukkan kepalanya berusaha untuk tidak menatap wanita itu, tatapannya dingin dan tegas. "Jason, aku butuh kau lebih dari sekadar sopir pribadiku atau semacamnya. Aku butuh seseorang yang bisa kupercaya. Darren sudah menyusun rencana untuk menyingkirkanku, aku yakin kau juga tahu itu."Jason terkejut, tapi berusaha tetap tenang. "Apa yang anda maksud, Nyonya?"Anna pun mendengkus, kedal dengan Jason yang tetap terlihat tidak mengetahui apapun. "Pokoknya aku tidak akan diam saja, aku akan
Read more

14. Turuti saja perintahku!

"Tunggu di sini dan bersikap baiklah, aku ada urusan dulu dengan pengacara keluargaku," ujar Anna setelah tiba di dalam Lobi Kantor tuan Freddy. Jason pun mengangguk dan menjawab, "Baik, Nyonyam hubungi saya jika butuh sesuatu." ia segera berjalan menuju tempat duduk yang sudah tersedia di sana. Sedangkan Anna melangkah masuk ke dalam ruangan tuan Freddy setelah mengonfirmasi kedatangannya kepada seorang resepsionis. Ruangan itu terasa sunyi, hanya terdengar bunyi detak jam di dinding. "Selamat siang, Nona muda." Tuan Freddy, seorang pria paruh baya dengan rambut yang mulai memutih itu pun menyambut kedatangan Anna dan mempersilakannya duduk. Wajahnya serius, tetapi ada sorot simpati di matanya. "Terima kasih, Tuan Freddy." Anna membuka pembicaraan dengan suara yang tegas, meski dalam hatinya, ia merasa bingung. "Sebelumnya saya mau minta maaf atas kejadian beberapa hari lalu, saya merasa malu karena Darren-" "Ah! Tidak apa-apa, Nona. Jangan terlalu dipikirkan, saya men
Read more

15. Pergi ke Klub malam

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan wanita itu?" tanua Darren setelah menerima panggilan telepon dari salah satu pengawal yang bertugas mengawasi istrinya. Untuk seketika raut wajah Darren berubah, matanya terbelalak, terkejut setelah mendengar laporan bahwa Anna sedang menuju klub malam, wajahnya langsung berubah merah padam karena marah. Rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal kuat. “Apa? Anna pergi ke klub?” Darren berbicara dengan nada dingin namun penuh kemarahan yang membara. “Dimana Jason? Kenapa dia tidak mengabariku? Apa dia membiarkannya begitu saja?” Sang pengawal di seberang telepon hanya bisa menjawab dengan nada takut-takut, “Jason sudah mencoba memperingatkan, Tuan, tapi Nyonya tidak mau mendengarkan.” Darren berdiri dari kursinya dengan kasar, melemparkan map di atas meja ke lantai. “Ck! Aki membayar kalian bukan untuk mendenhar laporan seperti ini. Bawa dia pulang sekarang! Aku tak ingin istriku berada di tempat seperti itu!” Amarah Darren seketika memunc
Read more

16. Wanitaku

"Ck! Kenapa kau tidak bisa diam dan hidup dengan tenang saja, Anna!?" lirih Darren. Darren duduk di belakang meja kerjanya, tangannya menggenggam ponsel erat-erat, mencoba menahan gejolak emosi yang terus membara dalam dirinya. Sudah beberapa kali ia mencoba fokus pada tumpukan dokumen di depannya, tetapi pikirannya terus melayang kepada istrinya, yang saat ini berada di luar kendalinya. Ia tahu betul sifat keras kepala Anna, tapi situasi kali ini benar-benar membuatnya gelisah. Apalagi dengan rencananya berangkat ke luar kota beberapa hari lagi, urusannya belum selesai, namun pikiran tentang Anna semakin mendominasi. "Haruskah aku sendiri yang membawanya pulang seperti waktu itu?" gumamnya menimbang-nimbang. Tetapi niatan itu cepat terurungkan mengingat bagaimana kejadian tersebut membuat hubungan keduanya semakin kacau dan Anna tidak menyukainya. Sementara di sudut ruangan, Rhodes, tangan kanannya yang sudah lama bekerja bersamanya, melihat dengan jelas kegelisahan Darren. Rhodes
Read more

17. Pesta selesai, Tuan Putri!

"Pesta sudah selesai, Tuan Putri." Darren berdiri dengan tatapan tegas di hadapan Anna."K-kau??" Anna terkejut bukan main seraya mengemhentikan gerakkan badannya yang sebelumnya meliuk-liuk menikmati musik.Suasana di sekeliling mereka mulai berubah tegang. Anna yang tadinya tersenyum dan menikmati waktunya, mendadak merasa terganggu oleh kehadiran suaminya yang tiba-tiba muncul di klub malam ini tanpa peringatan. Tatapan Darren tak lepas darinya, sorot matanya penuh dengan ketidaksetujuan yang tak tertutupi. Ia bahkan tak perlu bicara banyak, satu pandangannya saja cukup untuk menyingkirkan pria-pria yang mengelilingi Anna, membuat mereka pergi dengan wajah ragu-ragu."Kita pulang sekarang," ujar Darren, suaranya terdengar tegas tetapi rendah, lebih seperti perintah daripada ajakan.Anna yang sudah setengah mabuk dan dikuasai suasana malam yang menyenangkan, menatap Darren dengan wajah kesal dan menolak mentah-mentah. "Tidak. Aku belum ingin pulang. Aku sedang bersenang-senang, tol
Read more

18. Kau kupecat!

"Aku pergi dulu," ucap Darren, pamit setelah selesai menyantap sarapannya.Anna hanya diam tanpa menanggapi, lalu melihat sekilas kepergian suaminya yang langsung menghilang dari balik pintu.Betapa tidak? Setelah malam perdebatan keduanya malam itu, suasana di rumah tampak berbeda dari biasanya. Ada ketegangan yang terasa di antara mereka, seakan keduanya berada dalam dunia masing-masing tanpa saling menyapa. Darren yang akhir-akhir ini menghabiskan waktu di ruang kerjanya, sibuk dengan tumpukan dokumen dan menerima panggilan telepon, seolah-olah tidak ada waktu atau perhatian yang tersisa untuk Anna. Sebaliknya, Anna sibuk dengan kegiatannya sendiri, menghabiskan waktu di luar rumah, sering kali ditemani oleh Jason, pengawal yang kini lebih banyak mengisi kekosongan di hidupnya daripada suaminya sendiri.Sedangkan di luar rumah, begitu Darren muncul dari balik pintu dengan memasang wajah dinginnya, Rhodes dan Jason yang tengah asyik berbincang sambil duduk pun segera bangkit dan men
Read more

19. Jagalah dirimu, kumohon!

"Ah! T-tidak apa-apa, Nyonga." Jason berusaha menutupi raut wajahnya setelah berbincang dengan Darren, "apakah anda sudah siap?"Anna mengangguk pelan, meski masih merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada Jason.Ya, setiap pagi, Jason sudah menunggu Anna di depan pintu, siap mengantarnya ke berbagai tempat. Bagi Anna, kehadiran Jason adalah semacam pelarian, seseorang yang bisa ia ajak bicara tanpa perlu merasakan tekanan atau pengawasan yang selalu ia rasakan dari Darren. Meski Jason tetap menjaga profesionalisme sebagai pengawal, Anna mulai merasa lebih nyaman bersamanya, dan bahkan mulai menyadari betapa pentingnya Jason dalam rutinitas barunya."Jason, apakah Darren tidak bicara apapun padamu?" tanya Anna, setelah berada di dalam mobil.Ia masih merasa penasaran dengan sikap Jason yang tiba-tiba terlihat canggung bahkan cenderung tertekan. Walaupun Anna sudah menahan dan berusaha untuk tidak membahasnya, tetapi sikap Jason terlalu kentara untuk dilewatkan.Jason sejak tadi me
Read more

20. Hari tanpa Darren

"Dia belum turun? Tumben sekali," gumam Anna, sembari mengunyah sarapannya.Wanita itu seketika menyapukan pandangannya ke seluruh ruang makan bahkan sesekali melirik ke arah pintu masuk ruang makan tersebut. Namun, ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Darren."Apa dia berangkat pagi-pagi sekali?" terkanya lagi, kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, "kalau benar, aku tidak peduli."Ya, Anna akhirnya tidak terlalu mempedulikan keberadaan suaminya. Ia malah segera menyelesaikan sarapannya dan bergegas pergi bersama Jason karena hari ini ia akan mendatangi makam mendiang kedua orang tuanya. Di dalam mobil, Anna melihat ke arah luar jendela, entah mengapa perasaannya sedikit tak menentu. Ia pun melihat ke arah Jason yang tengah fokus di balik kemudinya."Jason?""Ya, Nyonya?" sahut Jason, sekilas melirik majikannya melalui kaca spion tengah."Kau tahu kemana Darren? Aku belum melihatnya pagi ini, apakah dia berangkat sejak pagi buta?" tanya Anna, tanpa sadar memberondingi Jas
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status