All Chapters of Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal: Chapter 301 - Chapter 310

316 Chapters

301. Setelah Bulan Madu

Pagi itu, Rangga memasuki kantor untuk pertama kalinya setelah libur bulan madu. Rambutnya masih basah seolah sengaja tidak dikeringkan sepenuhnya, dan wajahnya memancarkan kebahagiaan. Begitu dia melangkah ke ruangan utama, para karyawan serempak mengucapkan selamat dengan senyum dan sapaan riang."Selamat ya, Pak Rangga!" seru salah satu karyawan perempuan dengan antusias."Terima kasih," balas Rangga ramah sambil mengangguk."Kapan kabar bahagianya, Pak?" goda karyawan itu, memancing tawa kecil di sekitarnya.Rangga hanya tersenyum lebar. "Doakan saja, secepatnya," jawabnya, membuat suasana semakin ceria.Setelah menyalami beberapa karyawan, Rangga menuju ruang kerja Sean dengan langkah santai. Saat membuka pintu, dia masuk dengan senyum lebar sambil mengibaskan rambut basahnya, sengaja membuat beberapa tetes air melayang di udara.Sean yang sedang bekerja buru-buru menutup laptopnya. "Hei! Jangan sampai airnya bikin korsleting di sini," ujar Sean setengah kesal, setengah bercanda.
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

302. Tentang Rina

Lila membuka pintu, senyumnya merekah lebar saat melihat kedatangan Nadya."Lila! Ini aku bawakan oleh-oleh dari liburan kemarin," ujar Nadya riang.Lila menyambut Nadya dengan pelukan hangat. "Nadya, kamu nggak perlu repot-repot. Tapi, terima kasih banyak!""Aku harus bawa sesuatu, dong. Apalagi buat sahabat sekaligus ibu dari Brili ini," canda Nadya sambil mengangkat kotaknya.Lila mengarahkan Nadya masuk ke kamar Brili, tempat bayi kecil itu tertidur lelap di dalam boksnya. "Kita ngobrol di sini saja, sambil jagain Brili," kata Lila.Setelah mereka duduk, Nadya membuka kotaknya, mengeluarkan beberapa kain batik cantik dan perhiasan sederhana. "Aku pilih ini untukmu. Aku tahu kamu suka sesuatu yang klasik," ujar Nadya.Lila tersenyum, mengelus kain batik itu dengan lembut. "Terima kasih, Nad. Kamu selalu tahu apa yang aku suka. Padahal hadiah dari liburan yang paling ditunggu kabar baiknya."Nadya tersenyum malu, mengetahui arah pembicaraan sahabatnya tersebut. “Doakan, ya!” sahut N
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

303. Ryan dan Hatinya

“Terima kasih informasinya.”Pesan pendek balasan dari Rina membuat Ryan merasa diabaikan. Setelah berpikir lama untuk merangkai kata, penuh pertimbangan untuk mengirim atau membatalkannya, tetapi setelah pesan itu terkirim, Rina hanya membalas dengan kalimat yang sangat sangat formal.“Memangnya dia siapa sampai memperlakukan aku seperti ini?” gumam Ryan sambil membanting ponselnya ke sofa, lalu membenamkan tubuhnya di sandarannya. Napasnya berat, dan tangannya meremas rambutnya dengan frustrasi.“Ada masalah apa Yan?” Suara lembut Risda memecah keheningan. Wanita itu muncul dari balik pintu, membawa segelas air di tangannya. Wajahnya pucat, tetapi senyumnya tetap lebar.“Tidak ada apa-apa, Ma,” jawab Ryan dengan gugup. Dia cepat-cepat duduk dengan tegak, menghapus jejak kekecewaan di wajahnyaApa pun masalah yang sedang dia hadapi saat ini, Ryan tidak ingin sampai sang mama mengetahuinya. Dia berusaha untuk menjaga suasana hati sang mama tetap baik, agar pengobatannya bisa berjalan
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

304. Balas Dendam

Ruang rapat dipenuhi oleh anggota tim pemasaran yang menatap layar presentasi. Ryan berdiri di depan, mengenakan kemeja putih yang rapi dengan lengan yang digulung hingga siku.Mata tajam Ryan menyapu setiap wajah di ruangan, memastikan semua orang memberi perhatian penuh. Aura kepemimpinannya terasa kuat, seperti bayangan Andika dan Sean, ayah dan kakak tirinya, yang selalu tampil dominan dalam dunia bisnis."Baik, kita langsung ke inti pembahasan," ujar Ryan dengan suara tegas namun tenang. "Strategi pemasaran sepatu olahraga kita harus lebih agresif di kuartal ini. Saya ingin kita memanfaatkan tren olahraga yang sedang booming di media sosial. Kita tidak hanya menjual produk, tapi gaya hidup."Dia mengarahkan pandangannya ke salah satu tim, Dinda, yang bertanggung jawab atas konten media sosial. "Dinda, bagaimana progres kolaborasi dengan influencer olahraga yang kita bahas minggu lalu?"Dinda gugup, namun menjawab dengan jelas. Ryan mendengarkan dengan saksama, lalu memberi arahan
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

305. Yang Kasmaran

Ryan mengemudikan mobilnya perlahan melewati jalan yang mulai lengang menjelang malam. Lampu-lampu kota berpendar di kaca depan, sementara pikirannya melayang entah ke mana.Ryan merasa janggal, bahkan dengan dirinya sendiri. Dulu, hampir setiap hari dia bertemu Rina selama bertahun-tahun, di ruang rapat, di kantor, atau di tengah diskusi panjang tentang strategi perusahaan. Semuanya berjalan profesional, tanpa ada rasa yang melampaui batas.Namun sekarang, setiap pesan dari Rina, bahkan yang sesederhana “terima kasih,” bisa membuatnya tak tenang. Sosoknya yang dulu hanya sekadar bawahan kini terasa begitu mengganggu pikirannya. Ryan menghela napas, matanya menatap lurus ke jalan, tapi bayangan wajah Rina terus terlintas di benaknya.“Apa yang salah dengan aku?” gumamnya lirih, sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke setir.Ryan menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri, karena mobilnya sudah memasuki kompleks tempat tinggalnya. Dia tidak ingin sang mama nantinya mengetahui ad
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

306. Ketakutan Sean

“Ada yang bisa saya bantu?”Rina menoleh menuju ke sumber suara, dia sangat tertegun melihat keberadaan Ryan di hadapannya menggunakan apron dengan bordir nama restaurant tempat mereka berada saat ini. Penampilan pria itu tetap memikat, meski tak lagi berbalut setelan mahal seperti saat masih memimpin di Mahendra Securitas.“Sekarang Pak Ryan bekerja di sini?”Rina menatapnya tajam, ada campuran rasa heran dan kagum dalam pandangannya. Suara gemericik air mancur dari sudut ruangan mengalun lembut, seakan menjadi latar bagi momen tak terduga ini.“Jangan panggil ‘Pak’, panggil Ryan saja,” katanya sambil tersenyum kecil, nyaris canggung.Rina mengangguk ragu, membalas dengan senyum tipis. Canggung menjalar di antara mereka, seperti bayangan tak kasat mata yang mengisi celah.“Mungkin butuh camilan atau minuman hangat untuk menemani bekerja,” tawar Ryan dengan nada santai, berusaha mencairkan suasana.“Itu masih ada,” jawab Rina, sambil melirik secangkir wedang sereh yang tinggal setenga
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

307. Mengambil Keputusan

Lila duduk di tepi ranjang, matanya tak lepas menatap wajah kecil Brilian yang terlelap pulas. Napas bayi itu teratur, bibir mungilnya sedikit terbuka, memberi kesan lucu yang membuat Lila menjadi semakin sulit untuk meninggalkanya.Lila tersenyum kecil, tapi senyumnya mengandung rasa pahit. Cahaya lampu tidur yang redup menerangi ruangan dengan hangat, tapi di hatinya terasa sebaliknya, dingin, penuh kebingungan.Dia menghela napas panjang, mengusap lembut kepala Brilian. Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu untuk bekerja? pikirnya. Brilian masih terlalu kecil untuk mengerti, dan waktu bersama anak itu adalah sesuatu yang tak akan pernah kembali.Tetapi Lila juga sadar, ada tanggung jawab besar sebagai menantu di keluarga Wismoyojati. Dia tidak bisa hanya ongkang-ongkang kaki menikmati kekayaan yang keluarga itu, ada kontribusi yang harus dia berikan.Dahulu, setelah menikah dengan Sean, Sekar langsung memberi Lila tanggung jawab untuk mengurus Yayasan amal yang didirikan keluarga Wi
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

308. Kala Hujan

Suara rintik hujan menenggelamkan desah dan erang di dalam kamar mewah. Di atas ranjang king size Sean dan Lila memburu kenikmatan bersama, sebelum putra mereka terbangun nanti.Setelah hampir satu jam, akhirnya keduanya terkapar setelah mencapai puncak bersama. Sean dan Lila tidak langsung tidur, tapi melanjutkan dengan berbincang ringan tentang rencana ke depan untuk rumah tangga mereka.Lila bersandar di dada Sean, tubuh polos mereka terbungkus selimut hangat. Aroma hujan yang samar tercium dari jendela yang sedikit terbuka.“Lila.” Sean memulai dengan suara pelan, nyaris berbisik, seolah takut mengganggu keheningan. “Aku tahu, mungkin kamu kadang tidak setuju dengan keinginanku supaya kamu lebih banyak di rumah, fokus sama anak-anak.”Lila mengangkat wajahnya sedikit, menatap Sean yang terlihat menerawang ke langit-langit. “Aku hanya ingin memastikan Brilian tumbuh dalam keluarga yang utuh, tidak seperti aku dulu.”Sean mengeratkan pelukannya, menghela napas panjang sebelum melanj
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

309. Menikahlah Denganku!

Motor Ryan berhenti perlahan di depan tempat kos Rina. Udara dingin menusuk kulit, aroma aspal basah tercium kuat. Rina turun dengan hati-hati, melepas helm yang masih melekat di kepalanya, dan menyerahkannya kembali pada Ryan.“Terima kasih,” ucap Rina pelan dan terdengar tulus.Ryan mengangguk kecil, tapi sebelum sempat menjawab, hujan tiba-tiba kembali turun dengan deras, menampar jalanan tanpa ampun.“Sh*t!” Tanpa sadar Ryan mengeluarkan umpatan kasar yang langsung membuatnya tampak sedikit kikuk.Rina cukup terkejut mendengar Ryan mengumpat. Selama bekerja bersama di Mahendra Securitas mantan atasannya itu selalu terlihat kalem dengan gaya bahasa yang santun, tetapi mungkin situasi hari ini cukup membuatnya tidak nyaman.Tetapi Rina mencoba mengabaikannya, dia segera membuka gerbang kos memberi jalan masuk untuk Ryan.“Masuk saja, berteduh dulu. Hujannya deras banget,” katanya, suaranya sedikit mengalahkan suara hujan.Ryan menatapnya ragu, tapi akhirnya memarkirkan motor di depa
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

310. Aku Bukan Lelaki Seperti Itu

Akhir pekan itu, suasana cerah menyambut kedatangan Sean dan Lila di rumah Sekar. Mobil berhenti perlahan di depan rumah dengan halaman luas yang dikelilingi pohon-pohon rindang.Sekar yang sejak tadi menunggu di teras langsung bangkit dengan senyum mengembang, begitu melihat Lila turun dari mobil sambil menggendong Brilian, cucunya yang baru berusia enam bulan.“Cucu oma sudah datang!” seru Sekar dengan penuh semangat.Lila menyerahkan Brilian pada ibu mertuanya, dan Sekar langsung memeluk bayi itu erat, mengajak bicara dengan nada lembut penuh kasih sayang.“Gantengnya oma. Sudah besar ya sekarang? Lihat, kamu makin gemuk!” ucapnya sambil mencium pipi Brilian yang montok.Meski Brilian belum mampu memberi jawaban, tetapi Sekar terus berbicara sendiri dengan penuh antusias. Sean dan Lila hanya tersenyum, mengikuti di belakangnya sambil membawa tas perlengkapan bayi.Kebahagiaan terpancar jelas di wajah mereka saat melihat Sekar begitu ceria bersama cucunya.Dan kini, mereka duduk di
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more
PREV
1
...
272829303132
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status