Semua Bab Terjerat Gairah Pembantu Cantik: Bab 61 - Bab 70

158 Bab

Awas Ketagihan (21+)

Hampir pukul 3 dini hari saat Jean tersadar dari tidurnya. Ia memperhatikan Nilam yang tidur dengan menggunakan pahanya sebagai bantal. Sedangkan dia sendiri tidur dalam posisi duduk dengan bersandar di sofa. "Sial, gara-gara mabuk, aku sampai nggak sadar ketiduran di sini." Jean mengusap wajahnya beberapa kali. Sebelum fokusnya kembali tertuju pada Nilam yang masih belum sadarkan diri. "Sssshh..." Dengan hati-hati, Jean memindahkan kepala Nilam ke lantai. Dia terpaksa melakukan hal tersebut supaya bisa menggendong Nilam ala bridal dan memindahkan gadis cantik berbaju baby doll itu ke kamarnya. "Enghhh..." Nilam menggumam lirih saat Jean menidurkan dirinya di kamar. Bahkan pria yang masih ngantuk itu dengan begitu hati-hati merapikan baju Nilam yang sedikit terbuka dan menyelimutinya. Jean membelai pipi perempuan itu seraya tersenyum. "Makasih ya udah mau jadi teman curhatku malam ini. Seenggakng, hatiku sedikit plong karen
Baca selengkapnya

Bagaimana Hubungan Kita?

"Kamu suka nggak Nilam?" tanya Jean.Nilam mengangguk pelan. Dia terlalu menikmati gerakan Jean hingga kesulitan untuk megatakan hal lain kecuali desahan."Kok kamu diem aja Nilam? Aku— nggak lagi nyakitin kamu kan?""Enggak Pak. Ini terlalu enak, nikmat banget sampai aku nggak tau harus ngomong apa," ucap Nilam sedikit terengah.Jean menyeringai. Kalimat itu justru membuatnya lebih bersemangat untuk menggagahi Nilam. Ia kembali mempercepat gerakannya. Hingga perempuan itu tak berdaya. Menikmati menit demi menit dalam penyatuan keduanya.Hingga sampai di mana mereka sama-sama mencapai puncak kenikmatan yang sesungguhnya. Tubuh Nilam melengkung saat orgasmenya datang untuk kali kedua. Rasanya ia bisa melihat jutaan bintang di pelupuk matanya saat gelombang kenikmatan itu datang.Pun sebaliknya. Jean seperti di hisap oleh Nilam hingga ia hanya bisa melenguh kesenangan. Bahkan itu terlalu nikmat melebihi yang pernah dia lakukan bers
Baca selengkapnya

Kenapa Kamu Ngelakuin Ini?

Enggak-enggak! Sebenarnya bukan itu yang mau Nilam katakan. Cuma karena gengsinya yang setinggi Burj Kalifah, jadi malah kalimat tersebut yang tadi yang keluar dari bibirnya."Udah ya Pak. Saya mau fokus makan dulu! Jangan diajak ngomong terus, mienya makin lembek soalnya."Jean menatap perempuan itu dengan ekspresi wajah yang sukar dimengerti. Dia sendiri bingung harus membalas ucapan Nilam seperti apa. Sebenarnya dia sangat bingung dengan karakter Nilam. Kadang perempuan itu bisa bersikap sangat manja dan begitu polos, tapi di saat tertentu Nilam juga bisa menjadi sangat savage dan tidak terduga.***Jika pagi Jean dan Nilam sedikit tegang karena kejadian semalam, berbeda dengan Dikta yang justru merasa sangat sebaliknya. CEO itu tampak menikmati kopi sembari menghirup segarnya udara di Pulau Bali. Tak ada sedikit pun perasaan bersalah di benak CEO muda itu, setelah apa yang dia lakukan pada Elisha malam kemarin.Bahkan ia rela keluar k
Baca selengkapnya

Kemarahan Elisha

"Setelah sampai di Jakarta, aku bakal kirim surat pengunduran diri. Aku mau resign jadi sekertaris bapak."Dikta menatap tajam ke arah Elisha. Ia sudutkan perempuan itu ke dinding sambil berkata, "Ingat kan kontrak kita? Seenaknya saja kamu bilang ingin resign!""Aku udah nggak tahan lagi ama sikap kamu yang egois. Aku capek jadi sekertaris kamu! Aku capek jadi teman ranjang kamu, Pak!" balas Elisha tak mau kalah."Aku nggak akan ngelepasin kamu!" Dikta membalas ucapan Nilam dengan tegas. "Aku nggak mau kamu resign dari pergi dari sisiku."Elisha menatap sinis ke arah Dikta, pun sebaliknya. "Jangan gila kamu Pak!""Menurut kamu aku gila?""Kamu emang udah nggak waras Pak.""Iya bener. Aku emang udah gila! Aku gila karena suka sama kamu! Aku udah nggak waras karena jatuh cinta sama wanita yang sudah bersuami. Aku akui itu Sha."Suasana hening seketika ketika CEO berwajah rupawan itu mengucapkan kalimatnya barusan
Baca selengkapnya

Ingin Berhenti Kerja

"Iya Pak. Aku yakin dengan keputusanku.""Kalau gitu, kamu juga udah siap sama konsekuensi-nya kan?"Elisha menoleh ke arah Dikta, dia bingung apa yang dimaksud konsekuensi oleh pria itu. "Maksud kamu apa?"Dikta tidak memberikan jawaban apapun dan hanya mengeluarkan ponselnya. Senyum seringainya membuat Elisha semakin was-was saja."Kalau kamu kekeh untuk resign, aku bakal kirim foto-foto kebersamaan kita ke Jean."Deg!Elisha tersentak kaget. Dia tidak menyangka jika Dikta akan melakukan hal keji itu padanya. "Kamu beneran nggak waras ya?""Pilihannya hanya ada dua Elisha, jika aku tidak bisa bersama kamu, maka Jean juga tidak. Biar kita sama-sama han—"Plak!Tamparan keras Elisha membuat Dikta tak sempat melanjutkan ucapannya. "Licik banget kamu!""Karena kelicikanku inilah, aku bisa punya perusahaan sebesar ini sekarang."Elisha benar-benar sudah tidak bisa berkata apapun lagi. Dia tidak menyangka jika Dikta akan berbuat seperti ini kepadanya."Kamu benar gila!" umpat Elisha denga
Baca selengkapnya

Jean Masih Marah

Di mobil, Nilam dan Jean sama sekali tak berniat untuk saling berbicara satu sama lain, bukan karena marahan tapi memang tidak ada yang dibicarakan. Walupun, sebenarnya Nilam memang sedikit dongkol karena harus berganti pakaian yang lebih tertutup seperti sekarang."Kalau kamu kelihatan lebih cantik dan cute kalau pakai hoodie kayak gitu. Daripada pakaian yang sebelumnya, bikin yang lihat ngelus dada."Nilam yang sedang memandangi jalanan di depannya reflek mencebikkan bibirnya. Kurang setuju dengan apa yang dikatakan Jean barusan. "Tapi saya mau kelihatan seksi Pak. Bukan kelihatan kayak orang pilek kayak gini."Jean tertawa kencang. Ucapan random Nilam selalu saja berhasil membuatnya tertawa. "Justru baju kayak gitu yang nggak bikin kamu masuk angin, Nilam.""Iya. Tapi ini nggak keren. Pasti nanti teman saya bakal ketawa kalau lihat penampilan saya yang kayak gini, bayanginnya aja udah bikin saya males Pak.""Padahal kamu beneran cute l
Baca selengkapnya

Peran Ayah

"Pa! Abis dari sini kita beli es krim ya?" "Kamu mau es krim apa sayang?" "Vanilla terus di atasnya ada oreo ya Pa." "Hm... Gimana ya?" "Ayo dong Pa! Boleh ya! Boleh ya! Kan aku udah nemenin Papa ke bengkel." "Hehehe, iya sayang... iya... Pulang dari sini kita beli es krim ya." "Yaii, makasih Papa. Aku sayang banget ama Papa." "Sama-sama putri Papa yang paling cantik." Hhhh... Jean langsung menoleh ke arah perempuan di sebelahnya ketika mendengar relakan nafas Nilam yang cukup keras barusan. "Apa apa?" tanya Jean pada perempuan yang sedang bertopang dagu tersebut. "Aku iri ama anak itu Pak," tunjuk Nilam ke arah seorang bocah perempuan seumuran Qila yang sedang dipeluk dengan penuh kasih sayang oleh Papanya. "Kenapa? Kamu mau dibeliin es krim juga?" tanya Jean setengah bercanda. "Ck," Nilam
Baca selengkapnya

Jangan Marah Dulu

Berbeda dengan Nilam dan Jean justru nge-date di bengkel. Elisha dan Dikta sendiri dalam perjalanan menuju ke Jakarta. Keduanya duduk berdampingan di pesawat. Selama hampir satu jam perjalanan kedua orang itu sama sekali tidak banyak bicara. Terlebih lagi Elisha, dia sibuk melamun sambil sesekali menyeka air matanya karena nasib buruk yang sedang menimpa dirinya.Elisha begitu frustasi. Bagaimana tidak, dalam sehari ia harus mengalami banyak tekanan dari sana sini. Pertama, masalah dengan Jean yang sedang marah kepadanya. Keduanya, ungkapan cinta Dikta yang membuatnya syok beberapa saat yang lalu. Dan tweakhir, ancaman sang CEO yang membuatnya batal resign dari perusahaan tersebut.Jujur saja, memikirkan semua itu membuat otaknya panas.Dikta yang menyadari jika sekretarisnya itu masih marah padanya, sengaja mengarahkan tangan kanannya di atas paha Elisha dan mengelusnya dengan lembut. Tapi tentu tindakannya itu langsung ditepis begitu saja oleh Elisha. Se
Baca selengkapnya

Maafin Aku, Mas

"Mas! Tolong jangan marah dulu! Aku bisa jelasin semuanya.""Memangnya apa yang mau kamu katakan Sha? Dari pesan yang kamu kirim itu aja udah menjelaskan semuanya, kalau kamu lebih mementingkan bos kamu itu daripada acara penting kita.""Enggak Mas. Enggak kayak gitu ceritanya..." desah Elisha sambil menahan tangisnya. "I- itu cuma salah paham aja.""Coba jelasin!" titah Jean pada akhirnya.Namun sayangnya, bukannya langsung memberikan alasan yang terjadi sebenarnya, Elisha malah diam saja dan hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan resah.Mana mungkin Elisha mengatakan pada Jean jika ini semua ulah si Bos yang merasa cemburu karena mereka berdua akan makan malam romantis. Mana mungkin Elisha memberitahu Jean, jika hari itu Dikta sengaja mencampurkan obat tidur pada minumannya agar dia tidak sadarkan diri."Kok kamu diem? Lagi nyusun kalimat yang tepat ya?" tukas Jean dengan wajah tidak bersahabat. Sungguh dia muak dengan ulah
Baca selengkapnya

Apa Gak Curiga

Semua berjalan normal keesokan harinya. Bahkan hari ini Elisha sengaja membolos kerja karena ingin metime dengan keluarganya. Untung saja Dikta mengijinkan dirinya untuk libur hari ini walaupun harus melewati perdebatan sana sini. Bahkan dia memutuskan untuk pergi belanja karena ingin memasak makanan spesial untuk anak dan suaminya."Hai Jeng Lisha! Apa kabar?"Elisha sedang memilih sayuran yang hendak ia beli pagi itu, ketika salah seorang ibu menegurnya."Eh— ibu Ningsih. Kabar saya baik banget kok, Bu.""Wah, alhamdulillah kalo sehat. Seneng saya dengernya."Elisha tersenyum tipis. Sementara mata dan tangannya masih sibuk memilah bahan makanan apa yang harus dibeli hari ini."Kok tumben sih belanja sendiri? Biasanya kan yang belanja si Nilam?" Tetangga Elisha yang kebetulan datang bersama Bu Ningsih ikut buka suara."Si Nilam, ada di rumah kok Bu. Saya nyuruh dia nyuci tadi," jawab Elisha apa adanya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
16
DMCA.com Protection Status