Langkah Jia terasa berat. Hatinya dipenuhi amarah, kecewa, dan kelelahan yang tak terucapkan. Udara malam dingin menyentuh kulitnya, tetapi tidak mampu meredakan panas emosinya. Ia terus berjalan, meninggalkan rumah itu, meninggalkan tiga pria yang seolah memperebutkan dirinya seperti trofi.Namun, langkahnya terhenti ketika suara sepatu yang menginjak kerikil terdengar dari belakangnya. Jia tidak perlu menoleh untuk tahu siapa itu.“Berhenti mengikutiku, Revandro,” ucapnya tanpa melihat, suaranya datar.Revandro tidak menjawab, tetapi langkahnya berhenti beberapa meter di belakangnya. Keheningan menyelimuti mereka, hanya terdengar angin malam yang berembus pelan.“Jia,” akhirnya suara berat Revandro memecah keheningan. “Aku tahu aku telah membuatmu marah dan lelah. Tapi aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja.”Jia memutar tubuhnya, menatapnya dengan mata penuh kemarahan. “Tidak bisa membiarkan? Apa menurutmu aku ini boneka yang bisa kau kendalikan, Revandro? Aku punya hidupku
Last Updated : 2024-11-28 Read more