Home / Romansa / Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO: Chapter 91 - Chapter 100

199 Chapters

91. Bukan Kekasihku Lagi

Setibanya di L City, Louis langsung masuk ke limosin. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu Sky, mengecup keningnya dan memeluk tubuhnya hangat. Ia juga sudah tidak sabar ingin melihat wajah lucu putri kecil mereka, mengajaknya bermain bersama dan mendengarkan suara tawanya yang ceria. Ia hampir lupa dengan hasil voting kalau tidak diingatkan oleh Omega. "Tuan, haruskah saya membuka laptop sekarang? Mungkin saja, voting sudah menunjukkan hasil yang berbeda," tanya pengawal termuda itu. Louis sontak menjentikkan jari. "Tidak perlu laptop. Kita bisa melihat hasilnya dari sini." Louis mengeluarkan ponsel. Namun, belum sempat ia membuka aplikasi, Gamma berseru, "Tuan ...." Louis dan tiga orang pengawal lain kompak menoleh ke arahnya. Ia sedang memegang ponsel. Rautnya serius, matanya yang melebar agak sedikit panik. "Ada apa?" Gamma menunjukkan ponselnya kepada Louis. "Perolehan suara kini 64 banding 36." "Siapa yang 64?" tanya Louis sembari meraih ponsel Gamma. Ia sampa
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

92. Rekaman yang Mengejutkan

Grace terkesiap. Helaan napasnya terdengar kasar dan kesal. "Kau tidak bisa memutus hubungan kita secara sepihak, Louis. Kaulah yang dulu mendekatiku. Adilkah kalau kau meninggalkan aku begitu saja? Kau tidak takut dicap sebagai laki-laki berengsek?" Louis tidak mau berkomentar lagi. Ia tempatkan flashdisk ke dalam genggaman Grace, lalu melenggang masuk. Grace sontak berbalik dengan alis tertaut. "Louis, kau tidak bisa memperlakukan aku seperti ini." Ia hendak menyusul. Namun, empat orang pengawal tiba-tiba datang dari belakang dan menghadang pintu. "Maaf, Nona Evans. Tuan Harper memerintahkan kami untuk menghalangi siapa pun yang ingin masuk. Dia ingin beristirahat tanpa diganggu." "Kalian berani menentangku? Kalian lupa siapa aku?" ucap Grace, garang. "Maaf, Nona. Kami tidak bermaksud untuk menentang Anda," ujar Alpha dengan penuh keseriusan. "Kami hanya menjalankan perintah. Sekarang, Anda sebaiknya memeriksa apa yang Tuan Harper berikan kepada Anda. Saya rasa, Anda
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

93. Summer Sakit

Begitu rekaman berakhir, Grace bergeming. Tatapannya menggantung, pikirannya tertuju ke masa lalu. Dulu, sewaktu ia masih ditindas, ia selalu bertekad bahwa suatu hari nanti, ia akan menjadi orang hebat. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya layak dihargai dan tidak pantas dihina. Tanpa ia sadari, tekadnya telah berubah menjadi ambisi. Ia tidak suka kalau ada yang menghalangi langkahnya. Ia tidak mau kembali ke masa suramnya lagi, berada di bawah kaki orang lain. Sekarang, ia justru telah melewati batas. Supaya tidak diinjak, ia malah menginjak orang lain. Ia pikir itu hanyalah pertahanan diri. Namun ternyata, ia telah menempatkan orang lain di posisinya dulu. "Apakah aku bodoh karena mempertahankan sepatu hak tinggiku? Aku juga cantik saat mengenakan sepatu kets. Haruskah aku membelinya satu?" renung Grace dengan mata berkabut. "Lagi pula, sepatu hak tinggi memang kurang cocok untukku," gumamnya sebelum menghela napas berat. *** Selesai mengganti pakaian, Louis turun
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

94. Louis Pasti Datang

"Kau sudah memesan tiket ke Kanada untukku?" gumam Louis dengan nada ringan. Begitu Emily mengangguk, tawa Louis mengudara. Pria itu memeluk sang adik dari samping, mengecup kepalanya berulang kali. "Terima kasih banyak, Tuan Putri. Kau memang saudara perempuan terbaik di muka bumi," bisiknya hangat. Emily mendengus. "Kau hanya memujiku kalau ada maunya saja. Sekarang cepatlah bersiap. Pesawatmu akan segera berangkat. Ajak satu orang pengawal saja karena hanya dua kursi yang tersisa. Dan jangan khawatirkan perusahaan. Cayden dan Orion akan mem-backup pekerjaanmu. Kalau perlu, Russell juga kuseret agar tidak bersenang-senang terus bersama teman-temannya di luar sana." "Baiklah. Sekali lagi, terima kasih, Emily. Aku akan memberimu hadiah yang keren saat kau melahirkan nanti." Emily mengangguk-angguk sembari mendesah panjang. "Aku akan menantikan itu. Sekarang bersiaplah! Summer membutuhkanmu." "Oke. Omega!" Pengawal termuda berlari cepat menghampiri bosnya. "Ya, Tuan?"
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

95. Larangan Ayah

Summer membuka pintu dengan penuh semangat. Ia tidak sempat lagi mengintai siapa yang ada di luar. Namun, begitu melihat siapa yang datang, keceriaannya memudar. Senyumnya mengendur, semangatnya meredup. "Kakek? Nenek?" "Halo, Summer. Apakah kau sudah sehat?" sapa Alice sembari mengelus kepala cucunya. Summer berkedip lugu. "Ya." "Tapi kenapa kau terlihat lesu? Apakah kamu tidak rindu kepada kami?" sambung Edmund sambil memasang tampang kecewa. Summer mendengus samar. Pundaknya turun sedikit. "Aku rindu." "Lalu kenapa kau tidak memeluk kami? Biasanya kau sudah melompat-lompat menyambut kami. Apakah kepalamu masih sakit?" Edmund mengusap kepala sang cucu sehingga rambutnya bertambah kusut. Tak ingin membuat kakek dan neneknya kecewa, Summer melangkah maju. Dengan dua lengan kecilnya, ia memeluk kaki mereka. "Aku senang bisa bertemu kalian lagi, Kakek, Nenek," ucapnya, kurang bersemangat. Mendengar itu, Alice dan Edmund pun bertukar pandang. Mereka berdiskusi ta
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

96. First Kiss

Sky membuka pintu dengan jantung berdebar. Ia berencana untuk mendorong Louis menjauh dari situ, mengajaknya bicara di tempat yang lebih aman—tanpa sepengetahuan Edmund. Namun, begitu tatapan mereka bertemu, Louis langsung merengkuhnya ke dalam pelukan. Sky bahkan tidak punya kesempatan untuk menarik napas. "Sky, maafkan aku. Aku tidak pernah bermaksud untuk membuatmu menderita. Aku tidak sadar dengan apa yang kulakukan malam itu. Aku menyesal telah menjadi laki-laki berengsek yang menyakitimu." Sky berkedip-kedip bingung. Ia tidak tahu mana yang harus ia lakukan terlebih dulu. Menenangkan Louis atau membawanya pergi. Belum sempat ia membuat keputusan, Louis menangkup kedua pipinya. "Bagaimana keadaanmu sekarang, hmm? Apakah kau masih trauma? Apakah kehadiranku menakutimu? Seberapa besar kebencianmu terhadapku?" Sky menggeleng sebisanya. Kedua tangannya menggenggam lengan bawah Louis, mengisyaratkan sang pria bahwa ia tidak perlu menangkup pipinya begitu erat. "Aku tidak
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

97. Kemarahan Seorang Ayah

"Kurang ajar! Setelah apa yang kau lakukan kepada putriku 5 tahun yang lalu, kau masih berani menyentuhnya? Kau memang harus dihajar!" Sky tersentak mendengar suara Edmund yang menggelegar. Belum sempat ia bereaksi, ia telah ditarik ke belakang. Detik berikutnya, sebuah pukulan mendarat di rahang Louis. "Papa!" Sky cepat-cepat menarik ayahnya mundur. Sementara itu, Omega spontan memegangi lengan Louis. "Tuan, Anda baik-baik saja?Kenapa Anda tidak mengelak?" bisiknya, merasa iba. "Kau gila? Dia calon mertuaku. Mana mungkin aku menghindar dari pukulannya? Itu sama saja dengan menantang. Sekarang mundurlah tiga langkah. Jangan berbuat apa-apa. Biarkan aku menyelesaikan urusanku sebagai seorang pria." Louis menegakkan punggungnya. Meski rahangnya berdenyut-denyut nyeri, ia tidak mau terlihat lemah. Saat itulah, telunjuk Edmund meruncing di depan hidungnya. "Laki-laki ini sudah kurang ajar padamu, Sky. Kamu masih bertanya kenapa Papa memukulnya?" "Kurang ajar bagaimana, P
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

98. Penyelamat Louis

"Sayang," Sky mengelus rambut sang putri dengan penuh harap. Wajahnya penuh kerutan, gelisah kalau Summer tidak mau bangun untuk menghentikan kakeknya. "Sayang, maaf kalau Mama membangunkanmu, tapi Louis sudah tiba. Kamu mau bertemu dengannya, kan?" Tidak mendapat reaksi, ia mulai mengguncang pundak sang putri. "Sayang, bangunlah. Paman Louis sudah tidak sabar ingin melihatmu. Dia mencemaskan kamu." Malangnya, Summer tetap bergeming. Balita itu terus terpejam dengan mulut yang sedikit menganga. Khawatir Louis kehabisan waktu, Sky akhirnya menggendong Summer. Awalnya, balita itu tidak terusik. Namun, saat ia mulai berlari, kelopak mata sayunya mulai bergerak. "Mama? Kita mau ke mana?" Mendengar suara kecil itu, Sky mendesah lega. "Kita mau menemui Paman Louis, Sayang. Dia sudah tiba. Dia menunggumu di depan." Mata Summer seketika melebar. "Benarkah? Kalau begitu, berlarilah lebih cepat, Mama." Sementara itu, di pekarangan, Alice masih kewalahan mengontrol suaminy
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

99. Hanya Mau Louis

"Summer Hills, apakah kau sadar dengan apa yang sedang kau lakukan? Kau membiarkan orang jahat untuk masuk ke rumahmu!" seru Edmund, penuh penekanan. "Sebelum kau menyesali keputusanmu, jaga jaraklah darinya. Biarkan dia pergi dari sini agar kita bisa hidup tenang. Kau tidak boleh membiarkan dia membuat kamu dan ibumu sengsara lagi," tambahnya kemudian dengan suara serak yang mengharapkan pengertian. Bukannya takut atau merasa bersalah, Summer malah memiringkan kepala. "Aku heran, kenapa Kakek menyebut Paman Louis jahat?" Sambil mengerucutkan bibir, Summer mengingat kembali momen-momen yang ia lewati bersama Louis. "Selama aku berada di T City, Paman Louis merawatku dengan baik. Dia mentraktirku makanan lezat, dia mencuci mukaku dengan lembut, menyisir rambutku dengan sabar. Dia juga mengobati lukaku dengan hati-hati dan membacakan cerita sampai aku tertidur pulas." "Lihat?" sela Edmund, agak mengagetkan. "Dia sudah membuatmu terluka. Kakek sudah memeriksamu tadi. Ada ba
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

100. Tidur Bersama

"Terima kasih, Ma," bisik Sky lemah. Ia sadar perkataan sang ibu memang benar. Alice mengelus rambut putrinya. "Sama-sama, Sayang." Sementara Alice pergi menemui Edmund, Sky menghampiri pria yang baru saja berdiri "dengan bantuan seorang balita". "Ayo, Paman Louis. Berjalanlah dengan hati-hati. Aku akan memegangimu sehingga kau tidak akan tersandung lagi," ujar Summer sambil memegangi tangan Louis yang disangkut ke pundaknya. "Aku tidak apa-apa, Summer. Kamu tidak perlu mengeluarkan tenaga sebanyak itu untukku. Kamu baru saja pulih," Louis mengusap kepala Summer dengan tangannya yang lain. Bibir sang balita langsung mengerucut. "Aku sudah sehat lagi, Paman. Tenagaku sudah kembali, jadi jangan khawatir. Tapi kalau memang kamu takut aku sakit lagi, bagaimana kalau Mama saja yang memapahmu?" Alis Sky naik mendesak dahi. "Aku?" "Ya, kemarilah Mama. Tolong gantikan posisiku!" Sky mendadak canggung, sedangkan Louis tersenyum simpul. Saat itulah, pengawal yang sejak tadi mem
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more
PREV
1
...
89101112
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status