Home / Pernikahan / Simpanan Ayah Mertua / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Simpanan Ayah Mertua: Chapter 31 - Chapter 40

142 Chapters

Resepsi Dulu

"Kamu tidak akan mengerti," balas Rendi. Terpaksa menjepit jagoannya diantara kedua pahanya agar tak lagi menyembul keluar. "Lihat, dia hanya menggertak saja." Sedikit terkekeh agar Naya tak lagi banyak bicara.Naya mengangguk. Paham nggak paham tetap memasang wajah serius, seakan mengerti apa yang dikatakan Rendi. Padahal ia tidak tahu Rendi tengah terasa ngilu karena terjepit di kedua pahanya."Pak …." Seru Naya seraya menusuk lengan padat Rendi dengan jari telunjuknya.Rendi yang telah aman bersembunyi dibalik selimut tebal, terpaksa menoleh. Mati-matian menahan diri agar tak memakan Naya yang kini menatap padanya. Tali spaghetti gadis itu juga sudah jatuh ke lengannya. Semakin membebaskan Rendi menikmati bagian atas tubuh Naya.Namun, Naya memasang wajah polos agar Rendi tak tahu ia sengaja melakukan hal gila tersebut."I-iya, kenapa?"Rahang Rendi mengeras. Seiring dengan geliat tak terbendung pada jagoannya."Aku dingin. Boleh peluk?""Kan ada selimut, Nay."Naya menggeleng. "Ka
Read more

Kamu Bukan Anak Suamiku!

Cantik layaknya seorang bidadari yang turun dari langit. Kalimat yang sering digunakan oleh banyak orang untuk memuji kecantikan seorang gadis. Namun, kata itu tidak sanggup untuk menggambarkan bagaimana kecantikan Naya.Sangat-sangat cantik. Dengan gaun pengantin seputih susu, sesuai dengan kecantikan yang ia miliki. Dan untuk gaun pengantin, Rendi tidak memilih yang terbuka. Semuanya tertutup dengan sempurna, agar dirinya saja yang bisa menikmati Naya. Eh?Rendi yang lebih dahulu duduk di pelaminan menyambut para tamu undangan, terpukau. Terpaku menatap Naya yang dituntun naik dan bersanding dengannya.Sumpah demi apapun, Rendi tidak pernah menyangka bisa menikah untuk yang kedua kalinya. Dengan seorang gadis yang begitu cantik dan baik. Sehingga ia tak mampu berkedip apalagi mengalihkan perhatian ke tempat lain.Baginya, seluruh dunia yang ia miliki hanya tertuju kepada Naya. Bukan Herni yang tengah menggerutu, marah karena Rendi mulai berpaling kepada gadis bernama Naya.Herni yan
Read more

Tenang, Cuma Lima Menit

"Mbak Naya, benar," sahut Safira Indah. "Keras lo, Pak tadi bu Herni narik Naya.. Sampai jatuh gitu. Nanti kalau Naya encok, batal deh, malam pengantin kalian.""Aku juga lihat, Pak!" Mbak Ica menambahkan.Semakin memanaskan suasana di pelaminan."Kalian!!" bentak Herni dengan mata yang membesar. Rahangnya mengeras karena ucapan beberapa tamu yang malah membela Naya. Padahal ia belum sempat meraih Naya, tapi gadis itu sendiri yang menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai.Rendi menghela nafas panjang. "Sudah! Jangan mengelak lagi kamu, Her. Lebih baik kamu bawa Lily turun dari sini dan katakan semuanya agar dia tahu diri dan bisa menghargai Naya. Istriku!" tegasnya."Ayah jahat!" pekik Lily. Pergi begitu saja karena kecewa atas kelakuan Rendi yang malah marah kepada sang ibu. Padahal sudah jelas Naya yang menantangnya dan berdrama seakan disakiti. Dan ini kali pertama bagi Lily dimarahi sekeras ini.Hatinya benar-benar sakit dan kecewa. Ia pergi tanpa bicara. Tanpa mendengar Herni yang k
Read more

Istri yang Utuh

"Sakit, Pak," Isak Naya. Tidak sanggup bernafas ketika Rendi mulai menekan. Membuka paksa jalan yang belum tersentuh sama sekali.Rendi berhenti. Tidak sanggup melihat Naya menangis kesakitan seperti sekarang."Ta-tapi … nggak apa-apa." Naya menelan ludah. Menahan tangis karena rasa sakit dibagian bawah."Kamu yakin?" Rendi memastikan. Kepala atas bawahnya sudah tak karuan karena beberapa kali gagal menusuk. Dan ketika kepalanya sudah masuk, Rendi merasakan ada yang robek. Langsung membuat Naya menangis kesakitan. Sehingga ia terpaksa berhenti, meski hanya seperempat bagian.Rendi merasakan kenikmatan yang tak sanggup terucap. Tapi air mata Naya telah menahannya agar tak menekan lebih dalam lagi.Naya mengangguk. Meski tak yakin, ia harus sanggup. Demi menyempurnakan dirinya sebagai seorang istri."Pak!!" pekik Naya. Langsung dibungkam Rendi dengan sebuah pagutan yang lembut, ketika dorongan terakhir ia berikan. Menembus Naya secara utuh dan menghabiskan segala penghalang yang ada.Li
Read more

Dia Masih Gadis

“Saya ingin tidur. Tapi, dia tidak."Kembali, Rendi mengecup leher Naya. Tapi, kali ini dengan sedikit menggebu.Hingga Naya terpaksa menarik napas dalam-dalam."Maafkan saya yang telah mengusik dan mengganggu."Rendi menggeram. Ada desakan tak tertahankan yang menyerbu pertahanannya. Dan sekarang Rendi berada di tepi jurang kewarasannya. Lupa Naya belum tentu saja sanggup menerimanya kembali.“Bapak seharusnya membangunkanku.”Mata Rendi mengerjap. Sedikit menarik diri, ia menciptakan sedikit jarak yang iabutuhkan demi bisa menatap Naya. Satu senyuman muncul di wajahnya.“Itu yang sedang saya lakukan,” lirih Rendi dengan suara berat. “Membangunkanmu.”Tangan Rendi bergerak. Memberikan sentuhan sekilas di sepanjang tangan Naya sebelum mendarat di salah satu bola kenyal wanita itu.“Dan sekarang ...”Rendi memberikan satu remasan disana. Sungguh perlakuan yang membuatNaya menggigit bibir bawahnya.Membiarkan Rendi menindih tubuhnya. Ia menahan Naya. Tak membiarkan Naya untuk bergerak
Read more

Durasinya Lama

"Setengah empat," gumam Rendi dengan mata yang menyipit. Menatap jam yang ada di ponselnya. Masih sangat dini untuk bangun dari tidur, tapi ia tak mungkin bisa berlama-lama di ranjang. Mendekap dan memeluk Naya yang masih terbenam di dalam pelukannya.Bukan tanpa alasan, Rendi harus segera bangkit dan membersihkan diri. Belum lagi seprei yang masih berada di kamar mandi. Tidak ingin dikira mengumbar malam pertama, tentu saja Rendi terpaksa bangun untuk membersihkannya. Melepaskan pelukannya dari Naya. Dengan sangat perlahan Naya terlepas dan kembali ia selimuti.Rendi tersenyum. Melihat beberapa tanda merah keunguan di sekitar dada dan ceruk leher Naya. Ia tidak tahu darimana datangnya keinginan untuk menyesap hingga berbekas seperti itu. Semuanya mengalir begitu saja tanpa ada aba-aba sama sekali.Dan hingga detik ini Rendi juga tidak mengerti bisa bertahan nyaris tiga puluh menit. Sampai-sampai lututnya kebas, menahan bobot tubuhnya. Jangan lupakan pinggang yang menegang ketika ia b
Read more

Bercak Darah

Remuk redam rasanya. Setelah menghadapi pertarungan sengit dengan Rendi di kamar mandi, Naya kini tidur. Bergelung dibawah selimut setelah selesai mandi dan sarapan. Dan sepertinya untuk pergi ke kantor polisi hanya Rendi saja. Karena Naya tak sanggup bergerak apalagi berjalan. Pangkal pahanya benar-benar kebas, dibumbui rasa sakit ketika dibawa berjalan."Pas balik nanti kamu mau dibawain apa?" tanya Rendi, seraya merapikan kemeja hitam yang ia kenakan. Ia juga duduk di tepi ranjang dan mengusap pipi Naya.Naya sedikit menggeliat. Memaksakan diri untuk membuka matanya. "Terserah saja, Pak. Aku pemakan segalanya.""Baiklah. Sekarang kamu istirahat." Rendi mengecup sekilas bibir Naya. "Kamu pegang ini. Kalau ada apa-apa cepat hubungi aku." Menyerahkan sebuah ponsel kepada Naya."Apa ini, Pak?"Naya mengerjap. Tidak percaya dengan benda pipih yang diserahkan Rendi kepadanya."Ponsel. Untuk sementara waktu pakai itu dulu, ya. Nanti sepulang dari kantor polisi aku akan mampir dan belikan
Read more

Jadilah Istriku

Selama perjalanan tidak ada seorangpun yang membuka suara. Sampai Lily, Randi dan istrinya tiba di alamat yang mereka tuju. Sebuah rumah yang cukup mewah yang ada di tengah-tengah desa. Berjarak sekitar sepuluh menit jika berkendara.Setelah berpamitan Rendi dan Naya meneruskan perjalanan mereka. Mencari makan siang seperti yang mereka rencanakan di rumah tadi. Dan karena Naya tidak percaya diri dengan penampilannya, terpaksa makan siang dipesan dan mereka berdua makan di mobil.Maunya sebelum memesan soto daging Rendi ingin mengajak Naya ke toko pakaian yang ada di depan pasar. Tapi, Naya sudah mengeluh lapar dan ingin belanjanya nanti saja. Padahal ia ingin mencari alasan agar Rendi tidak membuang uang untuknya.Alhasil, setelah soto mereka habis dan Rendi sudah mengembalikan mangkok sang pedagang, Naya mengatakan ingin pulang untuk istirahat. Tapi, ketika Rendi melihat dua mobil mewah melewati mobilnya, ada satu pikiran yang terlintas."Kota," gumam Rendi dalam hati. Ketika mobil y
Read more

Utuh untukmu

"Sayang, ini sangat menggoda,” ucap Rendi. Matanya melirik sekilas. Melihat Naya yang merebahkan kepalanya di kasur. “Tetap begitu. Aku ingin mencicipinya."Entah darimana datangnya kata-kata dan keinginan itu, tiba-tiba saja Rendi ingin menyapa Naya di bawah sana. Sehingga kini rok panjang yang dikenakan Naya telah terangkat, berkumpul di perutnya yang rata.Rendi beringsut, turun, melepaskan benda berbentuk segitiga yang masih menjadi penghalang bagi Rendi untuk berkenalan langsung dengan Naya di bawah sana.Naya yang tidak pernah menyangka Rendi kini berada diantara kedua pahanya, tentu saja langsung menutup. Matanya membesar, tidak percaya dengan apa yang ia lihat.Rendi menahan. Agar Naya tak menutup. Agar ia bisa melihat Naya yang telah basah, sama-sama mendamba seperti dirinya.Masih menyangga kedua lutut Naya Rendi mendekat. Menenggelamkan wajahnya di sana, mencicipi benda yang telah memanjakan jagoannya.Membuat Naya merinding. Ingin rasanya ia lari sejauh mungkin agar bisa m
Read more

Mau Bathub Juga

Naya mengerjap. Berusaha kuat agar matanya terbuka. Agar rasa kantuk yang masih menguasai hilang, karena ia ingin melihat dengan jelas apa yang kini suaminya lakukan.“Mas,” lirih Naya, suaranya begitu serak dan berat. Diterpa rasa nikmat yang tak mampu tergambar. Karena Rendi kini tengah menjadi bayi besar, yang menyesap ujung dadanya dan meremas sisanya.Membuat Naya panas dingin, meminta lebih dari apa yang Rendi lakukan sekarang.Rendi yang sedang menikmati mainan barunya melirik Naya. Melepaskan sejenak agar bisa berucap, “Maaf, Dek. Mas nggak bisa tidur. Jadinya mencoba ini. Siapa tahu bisa mengantuk,” terangya jujur. Sesuai dengan yang ia rasakan saat ini.Usai permainan pertama mereka tadi Naya langsung tertidur. Berbeda dengan Rendi yang masih terjaga. Ingin rasanya ia menyusul, tapi matanya tidak bisa diajak kompromi. Bukannya tidur ia malah tergoda untuk menyesap bulatan padat Naya yang terbuka. Tapi sayangnya ketika ia mulai mengantuk, Naya justru terbangun dari tidurnya.
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status