Home / Romansa / Meet With Mr. Mafia / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Meet With Mr. Mafia: Chapter 11 - Chapter 20

25 Chapters

Bab [11] Resignation Letter

Pagi ini Rheanne memutuskan untuk sarapan di kantor. Dia sarapan bersama Alissa. Seperti biasa, Alissa akan selalu memotret hidangan apapun sebelum mereka makan. Sepertinya kebiasaan Alissa yang ini sulit sekali untuk dihilangkan. Rheanne menatap malas pada Alissa yang terus saja memotret makanan tanpa henti. Jika terus begini, lalu kapan mereka akan mulai sarapan?! Alissa benar-benar sangat menyebalkan.“Alissa, sudah! Kalau kau terus memotretnya kapan kita akan sarapan?! Aku sudah lapar!” seru Rheanne dengan kesal.Alissa menoleh kemudian mencebikkan bibirnya. “Sabar. Aku masih belum mendapatkan hasil yang bagus,” balas Alissa masih terus fokus pada ponselnya.Mendengar itu semakin membuat Rheanne dongkol. Benar-benar tidak ada kerjaan sekali gadis ini. Pikir Rheanne.“Nah selesai. Wow perfect, hasil yang bagus!” Alissa berseru heboh seraya melihat layar ponselnya.Rheanne mendelik malas. Kemudian mulai menyantap sarapan paginya dengan cepat. Rheanne menyuap serealnya dengan sediki
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Bab [12] Kidnap

Justin tiba di markasnya yang berada di Chester. Benar kata Benny, kini markas itu terlihat sangat kacau dan berantakan. Semua tembok dan kaca jendela berlubang bekas tembakan. Semua data dan senjata yang disimpan sudah lenyap tidak bersisa. Orang itu benar-benar pintar dalam hal ini. Tidak ada jejak yang tertinggal. Mereka menghilang tanpa meninggalkan apapun di sini. Sorot mata Justin mengedar dengan awas dan tajam. Para penjaga yang ada di sini pun sudah tumbang tidak bernyawa. Sebagian dari mereka terluka. Sebagian lagi mati bersimbah darah. Justin berjalan menghampiri salah satu penjaga lalu dia berjongkok. “S-sir, mereka menyusup dan melukai kami semua,” ucap si penjaga dengan terbata. Justin hanya memperhatikan. Dia tidak menyahut sama sekali. Kemudian Justin bangkit dan melangkah ke dalam. Melewati beberapa mayat penjaga yang terkapar di sana dengan darah yang juga berceceran di lantai. Reymond mengikuti langkah Justin. Sementara Benny menyingkirkan para mayat dan membantu
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Bab [13] Help

‘Jika kau bukan pecundang, datang ke alamat ini sendiri. Temui aku tanpa membawa anak buahmu.’Justin menatap tajam satu pesan masuk itu. Dia menantangnya? Dan apa orang itu pikir jika Justin takut? Dengan menggeram marah, Justin melempar ponselnya. Kemudian melangkah pergi dengan diliputi oleh amarah dalam hatinya. Reymond yang melihat itu segera bertanya, “Sir, anda mau ke mana?” Namun Justin tidak menyahut. Dengan abai, Justin terus melangkah dan pergi dari mansion dengan menyetir mobilnya seorang diri. Satu yang harus diketahui, Justin tidak akan melepaskan siapapun orang yang sudah berani mengusiknya. Siapapun itu.Selang beberapa menit, Justin sudah tiba di tempat sesuai alamat yang dikirimkan. Dengan langkah tegas pria itu berjalan masuk ke dalam sebuah gedung tua yang sudah kumuh dan tidak terpakai. Suara langkah kakinya begitu menggema dalam ruangan yang sunyi ini. Kedua mata Justin mengedar dengan awas dan waspada. Dia terus melangkah menyusuri seluruh gedung tua ini. Men
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

Bab [14] Italian Mafia

“Aku akan kembali.” Nyatanya setelah mengatakan itu, Justin tidak lagi terlihat. Pria itu hilang bagai ditelan bumi. Tidak ada kabar atau apapun itu. Lenyap dan hilang begitu saja. Dua hari. Sekiranya itu hitungan Rheanne. Dua hari dia sudah berada di mansion ini. Dikurung dan tidak diizinkan untuk keluar barang sebentar pun. Rheanne benar-benar kesal. Dia terlihat seperti seorang tawanan yang disekap saja.Tiada hari yang dilakukan wanita itu untuk mendumel dan terus merutuki Justin. Walaupun di sini dia tidak kekurangan apapun, tapi tetap saja Rheanne merindukan rumahnya, merindukan ayah dan ibunya. Dia sangat sekali ingin pulang, tapi akses pintu keluar tidak bisa ia dapatkan. Rheanne berdiri lalu mengintip sedikit celah dari jendela. “Sial!” Seketika umpatan keluar dari bibir Rheanne saat netranya melihat begitu banyak penjaga di luar mansion. Jika seperti ini bagaimana Rheanne bisa keluar dan pergi dari tempat terkutuk yang sialnya indah ini. Jari telunjuknya terus mengetuk p
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

Bab [15] Tertangkap

Setelah berhasil terbebas dari kejaran para penjaga Justin, akhirnya Rheanne pun bisa bernapas lega setelah tidak lagi mendapati Miguel dan Benny yang mengejarnya. Dengan bertumpu pada lututnya, Rheanne mencoba untuk menetralkan deru napasnya yang tidak beraturan. Sepanjang jalan yang ia lakukan hanya berlari, dan sekarang tubuhnya benar-benar lemas dan lelah. Saat melihat sebuah halte, tungkainya melangkah ke sana lalu mendudukkan dirinya di salah satu kursi halte itu. Rheanne mendongak menatap langit yang ternyata sudah gelap. Keadaan di sini juga terlihat sepi dan tidak ada siapapun. Walaupun begitu, Rheanne tetap bertekad untuk menunggu taksi di sini. Mengabaikan keadaan jalanan yang sepi dan sunyi. Udara yang dingin semakin menusuk tulang-tulangnya. Rheanne memeluk dirinya untuk tetap hangat. Satu jam, dua jam, tetap tidak ada taksi atau kendaraan apapun yang lewat. Rheanne mulai merasa jenuh karena sejak tadi terus menunggu. Hari sudah semakin gelap, dan udara malam mulai sema
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more

Bab [16] One Night

“Baiklah, aku akan mulai bercerita-“ Veer menghentikan ucapannya saat merasakan pergerakan di sampingnya. Kepalanya menoleh dan mendapati Rheanne yang terlihat tidak tenang dalam posisinya. “Nona?” panggil Veer. Namun tidak ada sahutan dari Rheanne. Gadis itu masih terus bergerak tidak tenang. Tadi, sesaat setelah Rheanne meneguk minumannya hingga tandas, tiba-tiba saja tubuhnya bereaksi. Rheanne merasa panas dan tidak nyaman. Seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam tubuhnya. Rheanne terus mengusap wajahnya gusar. Dia juga terus bergerak tidak karuan. Veer yang melihat itu lantas mendekat dengan menghapus jarak antara mereka. Pria itu menatap lekat wajah memerah Rheanne dari samping. “Wajahmu memerah, kenapa?” tanya Veer. Namun bibirnya menyungging senyum.Gadis itu menggeleng cepat. “A-aku tidak tahu,” jawab Rheanne. Napasnya bahkan sedikit tersengal.“I-ini panas,” sahut Rheanne. Dia menarik-narik kerah baju miliknya. Seulas senyum terbit di wajah Veer. “Perlu aku bantu?” taw
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

Bab [17] No Escape

Sinar pagi menembus celah-celah jendela kamar. Hal itu membuat sang gadis — eh, maksudnya sang wanita terbangun dari tidurnya. Dia — Rheanne, terbangun dengan keadaan kepala yang sedikit pusing. Butuh beberapa waktu ia harus mengembalikan kesadarannya. Rheanne mengerjapkan matanya yang terasa buram. Namun, saat kedua matanya sukses terbuka lebar. Seketika keningnya mengerut bingung. Netra matanya semakin mengedar ke setiap penjuru dalam ruangan ini. Asing. Begitulah yang Rheanne rasakan. Damn! Ini bukan kamarku! Kamarku tidak gelap dan suram begini! Hah?! Aku di mana?! Begitulah kiranya batin Rheanne yang terus berteriak frustasi. Dengan satu kali hentakan kasar Rheanne bangkit dari tidurnya. Namun, lagi-lagi dia meringis. Kali ini sedikit keras. Ada yang aneh. K-kenapa di bawah sana terasa sakit? Tubuhnya juga terasa sangat dingin. Rheanne meneguk ludahnya. Dengan ragu dia merundukkan kepalanya dan sedikit mengintip ke dalam selimut. Hanya untuk memastikan jika prasangkanya t
last updateLast Updated : 2024-07-14
Read more

Bab [18] Worried

Rheanne terbangun dengan segala rasa ngilu di sekujur tubuhnya. Badan mungilnya tertutupi selimut tebal sampai sebatas lehernya. Hingga kemudian Rheanne tersentak dan seketika tersadar dengan apa yang sudah terjadi. Mata Rheanne bergulir ke bawah lantai dan saat itu juga dia menggeram kesal. Rheanne memukul kepalanya dengan kesal. Dasar bodoh! Rutuknya sendiri. Bisa-bisanya Rheanne terbuai dengan sentuhan pria itu hingga mereka kembali melakukannya lagi. Dalam hati Rheanne tidak berhenti mengumpati Justin. Kilasan kejadian semalam berputar kembali dalam kepala Rheanne. Wanita itu mendengus kasar mengingatnya. Rasanya dia seperti wanita murahan. Hilang sudah harga dirinya di depan Justin. Suara pintu yang dibuka berhasil membuyarkan lamunan Rheanne. Kepalanya menoleh dan saat itu juga tatapannya berubah tajam begitu melihat siapa seseorang itu. “Sudah bangun, Sweetheart?” Seseorang itu tersenyum seolah tidak terjadi apapun. Dia melangkah mendekat pada Anne. “Justin! Brengsek kau!
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

Bab [19] Dangerous

Lagi-lagi Justin meninggalkan Rheanne begitu saja. Bahkan di saat Rheanne belum membuka matanya pun pria itu sudah menghilang. Seperti saat ini, Rheanne menoleh ke sampingnya dan tidak menemukan sosok Justin di sana. Padahal semalam pria itu masih ada di sini bersamanya. Iya, semalam mereka memang tidur bersama. Hanya tidur saja, tidak melakukan apapun. “Ssh …” Rheanne meringis tatkala merasakan sakit di bahunya. Dia lupa jika bahunya masih dalam keadaan luka. Rheanne melirik bahunya yang sudah berganti dengan perban yang baru. Karena perdebatan dengan Justin kemarin membuat bahu Rheanne kembali terluka. Oleh karena itu dia harus mengganti perbannya lagi. Kepala Rheanne menoleh saat mendengar suara pintu yang dibuka. Terlihat sosok Bella yang berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan mendorong sebuah troli. Bella menghampiri Rheanne dan tersenyum hangat. “Selamat pagi, Nyonya. Waktunya untuk sarapan,” seru Bella membuka penutup di atas troli itu. Mata Rheanne melirik dan menang
last updateLast Updated : 2024-07-20
Read more

Bab [20] Dokter Gila

Rheanne masih bergeming mendengar pengakuan dari Justin. Otaknya masih mencerna setiap kata yang Justin lontarkan. Rheanne menatap mata Justin. Kini mereka saling menatap satu sama lain. Setelah tatapan mereka terkunci untuk beberapa saat, Rheanne memilih untuk memutuskan pandangannya. Rheanne memalingkan wajahnya. “Omong kosong!” cibir Rheanne mencebik bibirnya. Justin menautkan alisnya mendengar jawaban dari Rheanne. “Kau tidak percaya?” “Tidak.”Percaya pada Justin? Itu sama saja menyesatkan diri. Lagipula ini masih terlalu cepat dari pertama kali mereka bertemu, dan Justin tiba-tiba mengatakan suka padanya. Ck, sangat sulit untuk dipercayai. “Tidak peduli. Aku tetap menyukaimu,” ujar Justin tegas. Dia meraih dagu Rheanne dan mencium rakus bibir wanita itu. Rheanne memukul keras dada Justin saat merasakan pasokan oksigen yang menipis. Namun Justin seolah tidak peduli. Pria itu terus memperdalam ciumannya dan enggan untuk melepaskan. Rheanne berhasil mendorong Justin dengan ti
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status