Semua Bab Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta : Bab 71 - Bab 80

136 Bab

71. Jatuh Cinta?

Dentingan petikan gitar yang merdu terdengar di sekitar kolam renang itu, menemani malam Atala. Lelaki itu duduk menggantung, membiarkan setengah kakinya tercelup dinginnya air kolam. Lalu bersenandung pelan sambil memejamkan mata. Dia begitu menghayati lirik lagu yang dia nyanyikan. Dia menghibur diri dengan bernyanyi.Citra masih kecewa dengan sikap Atala sampai berhari-hari kemudian, dia bahkan mendiamkan lelaki itu.Dan entah kenapa, Atala tidak terbiasa dengan itu, dia amat sangat tidak nyaman dengan perlakuan Citra yang demikian.Dulu mereka selalu saling bicara, meskipun bertengkar. Sekarang malah saling diam. Rasanya bertengkar lebih baik asal mereka saling bicara dari pada begini.Meski telah menyibukkan diri dengan kegiatan daftar ulang di kampus, Atala tetap merasa tidak baik-baik saja, kesibukannya tak mampu mengalihkan pikirannya tentang sikap cewek itu.Atala tak menyangka, sikapnya kemarin membuat Citra jadi begitu marah padanya. Dan dia menyesal. Tapi Atala lebih tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-10
Baca selengkapnya

72. Kedinginan

Sejak hari itu hubungan Citra dan Atala kembali seperti semula. Mereka tidak saling mendiamkan lagi. Meskipun mereka sering bertengkar seperti biasanya.Sementara itu hubungan Citra dengan Dimas pun sudah membaik.Mereka pun kembali sibuk dengan rutinitas masing-masing. Atala yang sibuk dengan kegiatan di kampusnya, Citra sibuk belajar soal tes masuk perguruan tinggi untuk persiapan tahun depan, dan Dimas sibuk dengan kuliahnya sebagai mahasiswa kedokteran.Hingga suatu hari, sesuatu terjadi.Malam itu hujan turun deras dari sejak sore. Citra hanya mengurung diri di kamar seharian. Menghangatkan diri dengan AC suhu hangat. Dan waktu itu Atala sedang tidak di rumah, dia sedang kuliah di kampusnya. Atala menghadiri kelas pagi, harusnya sore hari Atala sudah pulang, tapi hari itu sampai malam, Atala tak kunjung pulang. Dan Citra tak mau ambil pusing soal itu. Dia tidak mau memikirkan kenapa Atala belum juga pulang hingga malam. Dia pun tak mencoba menghubungi suaminya lebih dulu.Sampai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-10
Baca selengkapnya

73. Janji

"Teh hangatnya lama banget, sih." Dia menoleh ke arah dapur. "Sarti!!""Iya, Non, sebentar!" Sarti menyahut dari dalam. Tak lama kemudian gadis itu keluar dengan membawa secangkir teh hangat. "Ini, Non." Citra menerima teh hangat itu dari tangan Sarti. "Makasih, ya." Lalu meminumkannya ke Atala. "Nih, minum dulu."Lelaki itu pun menurut. Menyeruput teh hangat itu pelan-pelan hingga setengah. Setelahnya Citra meletakkan cangkir tersebut di atas meja. Kembali fokus pada Atala yang masih saja kedinginan."Masih dingin, ya?" Citra memberanikan diri menyentuh dahi lelaki itu dengan jemarinya. Dan meringis kala merasakan dahi Atala dingin seperti mayat. Lalu dia memegang kedua bahu Atala yang tak beralas. Sama, tubuh Atala terasa dingin seperti mayat."Duh gue harus lakuin apa, dong?" Di tengah kebingungannya, Citra mencoba membantu menghangatkan Atala dengan menggosokkan kedua permukaan telapak tangannya hingga menimbulkan panas. Lalu kedua telapak tangannya yang panas itu di tempel di k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya

74. Atala Sakit

"Kenapa Atala bisa sakit?" Citra yang saat ini mondar-mandir di ruang tamu sambil menempelkan ponsel di telinganya, menjawab. "Itu, Pa. Semalam Atala pulang hujan-hujanan. Ya mungkin karena itu dia jadi demam."Karena bingung harus berbuat apa, Citra memutuskan menelepon papa mertuanya untuk mengabarkan kondisi Atala yang sakit."Kenapa dia bisa pulang hujan-hujanan? Memangnya nggak pakai mobil?""Mobilnya mogok, Pa, jadi Atala tinggalin gitu aja, dan dia milih naik ojek hujan-hujanan," jelas Citra mengingat cerita suaminya tadi malam. Ya, sebelum tidur, Atala sempat bercerita mengenai kenapa dia bisa pulang hujan-hujanan.Terdengar helaan napas panjang di seberang. "Panas banget badannya?" "Panas banget, Pa," jawabnya kemudian."Selain panas apa lagi?""Cuman panas, sih, Pa. Nggak ada gejala lain kayak pilek, batuk gitu nggak.""Hubungin dokter saja kalau gitu. Papa punya nomor dokter langganan yang biasa nanganin Atala sakit dulu. Nanti Papa kirim ke kamu, kamu suruh datang ke rum
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya

75. Atala Sakit (2)

"Sudah lama Atala nggak demam begini lagi. Terakhir waktu dia lulus SMA.""Oh iya, Pa? Lama juga ya, Pa.""Iya. Karena Papa selalu suruh Atala minum vitamin buat jaga daya tahan tubuhnya. Papa nggak bisa mengurusinya sendiri kalau dia lagi demam. Makanya Papa nggak mau dia sakit. Momen Atala sakit ini membuat Papa selalu kepikiran." Johan menepati janjinya untuk datang menjenguk anaknya yang sakit. Kini mereka duduk mengelilingi kasur Atala.Citra menatap papa mertuanya yang duduk di hadapannya kini. Lalu dia melirik Atala yang masih tidur di kasur. "Atala ... selama ini ... selalu minum vitamin kok, Pa." Entahlah, Citra pun tak tahu apakah lelaki itu masih minum vitamin atau tidak. Kalimat itu dia katakan agar Papa tidak curiga. "Cuman memang semalam hujannya lagi deras dan memang lagi waktunya Atala kena musibah." Citra kembali menatap papa mertuanya. "Yang sabar, ya, Pa. Tadi dokternya bilang nggak apa-apa, kok. Mungkin besok atau lusa Atala udah sembuh."Papa Johan yang menatap waj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya

76. Sepi

Setelah makan dan minum obat yang dilayani oleh Citra, Atala kembali tidur. Meski masih hangat, tapi Atala merasakan tubuhnya sudah lebih baik daripada tadi malam. Tubuhnya tidak lagi merasakan tak nyaman yang sulit dijelaskan.Sebenarnya pun Atala belum mau tidur, tapi efek yang terdapat dalam kandungan obat yang diminumnya, Atala jadi tertidur.Karena lelaki itu tidur, Citra memilih meninggalkannya. Gadis itu lalu masuk ke kamarnya dan belajar. Namun, saat dia tengah belajar, pikirannya tidak sepenuhnya konsentrasi pada pelajaran itu. Dia memikirkan Atala yang sakit. Juga memikirkan ucapan-ucapan Papa. Wajah Atala yang dia suapkan makan tadi terus saja membayangi."Arghh!!" Citra yang merasa sulit fokus langsung menutup bukunya. Dia meletakkan buku itu ke atas meja belajarnya. "Atala kan udah mendingan, udah makan, udah minum obat juga kan? Papa udah datang. Sekarang dia lagi tidur. Jadi ya udah nggak ada yang perlu gue pikirin." Tapi Citra tetap merasa ada yang aneh. Tapi apa, ya?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya

77. Kangen?

Sejak Atala sakit, setiap tiga jam sekali, Citra menjenguk Atala di kamarnya. Dia ingin memastikan kapan lelaki itu sembuh. Dan dia ingin Atala segera sembuh.Kadang dia menemukan lelaki itu sedang tidur, kadang pula dia menemukan Atala sadar dan dia mencoba mengajak lelaki itu bicara tentang suatu hal.Seperti saat ini."Gue perhatiin lo rajin jengukin gue, kenapa? Kangen, ya?"Entah sejak kapan, Atala mulai suka menggodanya seperti itu.Dan tidak seperti biasa, Citra yang biasanya menanggapi pertanyaan semacam itu dengan kesal, kini malah terlihat santai saja. Gadis itu bahkan tersenyum membuat Atala bertanya-tanya dalam hati."Gue cuman nungguin kapan lo sembuh," jawab gadis itu akhirnya."Memangnya kenapa?""Ya masak lo sakit terus kan? Lo harus sembuh, dong. Biar Papa nggak kepikiran," jawab Citra.Atala yang berbaring sejak tadi, tersenyum tipis. "Biar Papa nggak kepikiran atau biar lo yang nggak kepikiran?"Nah, kan? Atala lagi-lagi bicara seperti itu."Ih, apaan, sih?" Citra me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya

78. Perhatian Untuk Atala

Pagi itu sekitar setengah delapan Citra ingin menyiapkan sarapan untuk Atala. Dia ingin kali ini dia yang membuatkan bubur ayam untuk suaminya. Namun, gadis itu tersenyum melihat semangkok bubur ayam itu sudah tersedia di atas nampan di meja makan."Eh, Non Citra mau sarapan?" Tiba-tiba Bi Rahma bertanya. "Enggak, Bi."Lalu pandangannya beralih pada semangkok bubur ayam dan segelas air putih di atas nampan itu. "Itu buat Atala, ya, Bi?" Harusnya dia tak perlu bertanya lagi karena sudah dua hari belakangan ini Bi Rahma selalu menyiapkannya untuk Atala. Hanya saja dia ingin berbasa-basi."Iya, Non. Non kalau mau sarapan, buburnya ada tuh udah siap semua. Tinggal nikmati saja. Bibi sekarang mau bawakan sarapan buat Tuan Atala. Biar nanti dia bangun bisa langsung makan," terang Bi Rahma yang kemudian hendak mengangkat nampan itu. Namun, Citra menginterupsi."Eh, Bi, biar aku aja yang kasih." Citra memegangi nampan itu."Nggak pa-pa, Non?" Bi Rahma menatapnya ragu."Nggak pa-pa, Bi.""Seri
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya

79. Perasaan Bersalah

Atala dipaksa Citra untuk sarapan. Bahkan juga dipaksa disuapi. Alasannya Citra mau memastikan kalau Atala makan dengan lahap dan cepat. Mereka makan di ruang tamu."Udah," ucap Atala ketika bubur itu tinggal sedikit lagi."Sedikit lagi, nih, habisin, dong." Citra mengulurkan sesendok bubur terakhir itu ke mulut pria itu.Atala menggeleng."Sedikit lagi." Citra kekeh.Akhirnya Atala mengalah. Membuka mulutnya dan menikmati bubur terakhir itu. "Oke, kelar," ucapnya kemudian."Eh, belum.""Apalagi sih." Atala memelas."Minum susu dulu, nih." Citra mengulurkan segelas susu yang sudah tidak hangat itu pada Atala.Dengan malas-malasan Atala meminumnya hingga setengah. "Nih.""Habisin, dong."Atala memegangi perutnya. "Kenyang banget gue. Mau muntah gue.""Iya, deh." Citra mengalah kali ini."Gue berangkat dulu, ya." Lagi, Atala mengacak puncak kepala Citra. Dan Citra membiarkannya."Ingat, ya. Hati-hati jangan sampai tumbang di jalanan," pesan Citra."Iya." Atala mulai berdiri, berjalan kel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya

80. Perubahan Sikap Dimas

Sore harinya begitu Atala pulang, Citra orang yang pertama menyambut kepulangannya.Begitu terdengar mesin mobil di garasi, Citra yang duduk di ruang tamu sambil menscroll ponsel sejak tadi karena sengaja menunggu kepulangan lelaki itu langsung bergegas menghampiri garasi."Atala, lo nggak pa-pa?" Citra melirik tubuh lelaki itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dia menatap lekat lelaki itu. "Lo nggak sakit kan? Lo nggak hujan-hujanan kan?""Keadaan gue seperti yang lo lihat." Atala lalu berjalan masuk melewati Citra yang kemudian mengiringinya. "Baju gue nggak basah kan? Itu artinya gue nggak kehujanan.""Tapi tadi ada gerimis dikit. Bulan ini kan musim penghujan.""Ya, cuman gerimis. Waktu itu gue masih di kelas."Citra percaya dan merasa sedikit lega. Tapi diam-diam dia masih memperhatikan suaminya itu.Atala memang terlihat sudah sembuh, tapi ...."Tadi makan apa aja di kantin?" tanya Citra kemudian."Nasi putih, ayam goreng sama telur balado," jawab Atala ogah-ogahan."Mau makan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status