Home / Thriller / Perjalanan Cinta Abadi / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Perjalanan Cinta Abadi: Chapter 1 - Chapter 10

82 Chapters

Bab 1: Pertemuan Tak Terduga

Alina menarik napas dalam-dalam saat dia melangkah masuk ke dalam ruangan pesta industri film yang penuh sesak. Cahaya gemerlap dan gemerincing gelas menyambutnya saat dia memandang sekeliling. Dia merasa sedikit canggung, seorang penulis skenario muda di antara orang-orang yang sudah dikenal di industri ini.Dalam gaun hitam elegannya, dia mencoba untuk merasa percaya diri, meskipun hatinya berdebar kencang di dalam dadanya. Pesta ini adalah kesempatan baginya untuk menjalin hubungan baru, mencari peluang untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang penulis terkenal.Namun, Alina tidak mengira bahwa malam ini akan berubah menjadi titik balik dalam hidupnya.Dia melangkah ke arah meja minuman, mencoba untuk menemukan sesuatu yang bisa membuatnya merasa lebih nyaman. Tiba-tiba, suara tawa keras menarik perhatiannya. Dia melihat ke arah sumber suara dan melihat sekelompok orang yang tengah bersenang-senang di tengah ruangan. Dan di tengah-tengah mereka, ada seorang pria yang menonjol di an
Read more

Bab 2: Tawaran yang Mengubah Hidup

Hari-hari setelah pesta itu berlalu begitu cepat bagi Alina. Dia masih terpesona oleh pertemuan tak terduga dengan Adrian, memikirkan setiap kata dan senyuman yang mereka bagikan. Namun, dia tahu bahwa dia harus kembali ke dunianya yang nyata, dunia di mana dia harus bekerja keras untuk mewujudkan impian menjadi penulis skenario yang sukses.Alina duduk di depan laptopnya, menatap layar kosong dengan sedikit kebingungan. Dia merasa terjebak dalam blokade kreatif yang parah, tidak bisa menemukan inspirasi untuk menulis skenario baru. Pikirannya terus melayang kembali ke pertemuan dengan Adrian, mengganggunya dengan cara yang dia tidak bisa jelaskan.Tiba-tiba, ponselnya berdering, membuyarkan lamunan Alina. Dia melihat ke layar dan tersenyum ketika melihat nama "Adrian" muncul di layar. Tanpa ragu, dia menjawab panggilan itu."Halo, Adrian," sapa Alina dengan suara yang bersemangat."Hai, Alina," jawab Adrian dari ujung telepon dengan suaranya yang tenang. "Apakah saya mengganggu?""Ti
Read more

Bab 3: Hari Pertama di Studio

Langit pagi itu memancarkan cahaya lembut melalui jendela-jendela studio produksi. Alina tiba di studio dengan hati yang berdebar-debar, menatap gedung megah di depannya dengan campuran antara kegugupan dan kegembiraan. Hari ini adalah hari pertama kerjanya di bawah naungan Adrian, seorang sutradara ternama yang menawarkannya kesempatan luar biasa untuk menulis skenario film.Ketika Alina melangkah masuk ke dalam studio, dia segera disambut oleh hiruk pikuk aktivitas yang sedang berlangsung. Para kru film bergerak kesana-kemari dengan sibuknya, mempersiapkan segala sesuatu untuk memulai hari kerja. Bau cat segar dan kopi mewangi mengisi udara, menciptakan atmosfir yang bersemangat.Adrian sudah menunggu di pintu masuk studio dengan senyuman hangat. "Selamat datang, Alina," sambutnya dengan ramah saat Alina mendekat."Terima kasih, Adrian," jawab Alina dengan senyum serupa, merasa lega karena mendapatkan sambutan yang hangat."Bagaimana rasanya menjadi bagian dari tim?" tanya Adrian sa
Read more

Bab 4: Rencana yang Berantakan

Hari kedua Alina di studio produksi Adrian dimulai dengan semangat yang tinggi. Dia tiba di studio dengan hati yang penuh antusiasme, siap untuk melanjutkan pekerjaannya menulis skenario untuk film yang sedang mereka kerjakan.Namun, begitu Alina memasuki ruang kerjanya, dia segera merasa terkejut oleh pemandangan yang dia lihat. Meja kerjanya dipenuhi dengan catatan dan skrip baru yang tersebar di sekitarnya. Ada tumpukan buku dan catatan di setiap sudut ruangan, menciptakan kekacauan yang tidak teratur.Alina merasa sedikit kewalahan oleh semua kekacauan itu. Dia tidak bisa percaya bahwa ruang kerjanya begitu berantakan hanya dalam semalam. Dia mencoba untuk menemukan tempat yang bersih di meja untuk duduk, tetapi ruang yang ada begitu sempit sehingga sulit bagi Alina untuk berkonsentrasi.Tiba-tiba, pintu ruang kerja terbuka, dan Adrian muncul dengan senyum hangat di wajahnya. "Hai, Alina," sapa Adrian sambil masuk ke dalam ruangan. "Bagaimana kabarmu hari ini?"Alina mencoba untuk
Read more

Bab 5: Masa Lalu yang Tersembunyi

Hari berikutnya di studio produksi Adrian, suasana terasa tegang di antara Alina dan Adrian. Meskipun mereka berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaan mereka, kekakuan dalam hubungan mereka terasa nyata. Setelah pertentangan kemarin tentang arah cerita film, keduanya merasa sedikit canggung saat berinteraksi.Alina duduk di meja kerjanya, menatap layar laptopnya dengan pandangan kosong. Pikirannya melayang ke masalah yang mereka hadapi dalam proyek film, tetapi juga ke kerumitan hubungan mereka dengan Adrian. Dia merasa tertekan oleh beban yang ada di pundaknya.Tiba-tiba, pintu ruang kerja terbuka, dan Adrian memasuki ruangan dengan ekspresi yang serius di wajahnya. "Halo, Alina," sapa Adrian dengan suara yang sedikit terdengar rendah.Alina menoleh, tersadar oleh kedatangan Adrian. "Halo, Adrian," balasnya dengan suara yang sama serius.Adrian duduk di kursi di depan meja Alina, menatapnya dengan tatapan yang penuh pertimbangan. "Saya ingin meminta maaf atas pertentangan kemarin," u
Read more

Bab 6: Pertarungan Kreatif

Ketegangan yang pernah ada di antara Alina dan Adrian telah reda, namun suasana di studio produksi masih terasa tegang. Meskipun mereka telah berdamai dengan perbedaan mereka, namun tantangan baru telah muncul: mereka harus belajar untuk bekerja sama dengan lebih baik dalam proses kreatif pembuatan film.Hari ini, Alina dan Adrian duduk bersama di ruang kerja mereka, menatap layar laptop mereka dengan serius. Mereka sedang berdiskusi tentang adegan penting dalam skenario film, tetapi pendekatan mereka terhadap adegan itu berbeda. Alina ingin menjaga fokus pada aspek emosional dari adegan tersebut, sementara Adrian lebih tertarik pada aksi dan visual.“Saya pikir kita harus mengeksplorasi kedalaman emosi karakter dalam adegan ini,” kata Alina dengan penuh keyakinan. “Ini akan memberikan kedalaman yang lebih besar pada cerita kita.”Adrian mendengarkan dengan serius, tetapi ekspresinya menunjukkan ketidaksetujuan. “Saya mengerti apa yang Anda katakan, Alina, tetapi saya pikir adegan ini
Read more

Bab 7: Kejutan di Lokasi Syuting

Hari itu terasa cerah dan bersemangat di studio produksi Adrian. Alina tiba di lokasi syuting dengan hati yang berdebar, siap untuk memulai proses syuting untuk adegan penting dalam film mereka. Namun, di balik semangatnya, ada ketegangan yang terasa di udara. Meskipun Alina dan Adrian telah menemukan keselarasan dalam visi kreatif mereka, tantangan baru selalu menunggu di depan.Lokasi syuting hari itu adalah sebuah hutan yang indah, dipenuhi dengan pepohonan hijau dan cahaya matahari yang menyinari. Alina terpesona oleh keindahan alam di sekitarnya saat ia melangkah keluar dari mobil. Dia melihat Adrian sudah menunggu dengan senyum hangat di wajahnya."Selamat datang, Alina!" sapa Adrian ramah saat Alina mendekatinya.Alina tersenyum balik, merasa terharu oleh sambutan Adrian. "Terima kasih, Adrian. Lokasi ini sungguh luar biasa," katanya, memandangi sekeliling dengan penuh kagum.Adrian mengangguk setuju. "Benar sekali, ini tempat yang sempurna untuk adegan kita. Semoga semuanya be
Read more

Bab 8: Momen-momen Lembut

Setelah hari yang penuh tantangan di lokasi syuting, suasana di studio produksi Adrian menjadi lebih tenang. Alina dan Adrian kembali ke meja kerja mereka, memulai hari dengan semangat baru meskipun kegagalan syuting sebelumnya. Hari itu, mereka memiliki beberapa pertemuan dengan tim kreatif untuk membahas detail-detail terakhir dari produksi film mereka.Saat mereka duduk bersama di ruang rapat, Alina merasa terkesan oleh dedikasi tim kreatif yang bekerja keras untuk membuat film ini menjadi sukses. Meskipun ada perbedaan pendapat di antara mereka, namun semangat untuk menciptakan karya yang luar biasa bersama-sama sangat kuat.Saat pertemuan berlangsung, Alina memperhatikan bagaimana Adrian berinteraksi dengan anggota tim kreatif. Dia melihat bahwa Adrian tidak hanya seorang sutradara yang berbakat, tetapi juga seorang pemimpin yang peduli dan memotivasi. Dia berbicara dengan penuh semangat tentang visi mereka untuk film ini, dan dia mendengarkan dengan penuh perhatian setiap ide ya
Read more

Bab 9: Kebersamaan yang Tak Terduga

Alina duduk di meja kerjanya dengan mata terpejam, mencoba mengusir kelelahan yang melanda. Sudah berhari-hari dia dan Adrian terlibat dalam proses produksi yang melelahkan untuk film mereka. Hari-hari panjang di studio, diskusi tak berujung tentang revisi skenario, dan jadwal syuting yang ketat telah membuat mereka berdua kelelahan secara fisik dan mental.Namun, di tengah-tengah kelelahan itu, ada satu hal yang membuat Alina tetap semangat: kebersamaan dengan Adrian. Meskipun mereka telah berdebat, bertengkar, dan terkadang merasa frustrasi satu sama lain, namun ada ikatan yang tumbuh di antara mereka. Mereka telah belajar saling menghargai, memahami, dan mendukung satu sama lain di setiap langkah perjalanan ini.Hari ini, mereka berdua memiliki jadwal syuting di lokasi luar studio. Mereka akan merekam adegan penting di sebuah rumah tua yang menjadi setting kunci dalam cerita film mereka. Alina merasa sedikit gugup, karena dia tahu bahwa hari itu akan menjadi salah satu yang penting
Read more

Bab 10: Rahasia Terungkap

Hari-hari di studio produksi Adrian berlalu dengan cepat, dan Alina terus bekerja keras untuk menyelesaikan skenario film mereka. Namun, di tengah kesibukan tersebut, ada sebuah rahasia yang terpendam di dalam diri Adrian yang belum pernah dia bagikan dengan Alina. Rahasia ini telah lama dijaga rapat-rapat oleh Adrian, dan kehadirannya memengaruhi cara Adrian memandang hubungan mereka.Pada suatu hari, setelah selesai rapat produksi, Alina memutuskan untuk mengajak Adrian keluar untuk makan malam. Dia merasa bahwa mereka perlu menghabiskan waktu bersama di luar studio untuk melepas penat dan bersantai."Adrian, apa kamu ingin pergi makan malam bersamaku malam ini?" tanya Alina dengan lembut saat dia mendekati meja kerja Adrian.Adrian mengangkat kepalanya dari pekerjaannya dan tersenyum. "Tentu saja, Alina. Aku akan senang sekali," jawabnya dengan antusias.Mereka berdua meninggalkan studio dan menuju ke restoran favorit mereka di kota. Selama perjalanan, Alina merasa gelisah. Ada ses
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status