"Hehe."Zenith menggenggam tangannya, dan malah tersenyum, senyum yang penuh kelegaan."Ternyata kamu, ternyata benar kamu, untunglah kamu ... Kayshila, ini luar biasa."Orang yang dia cintai, dari awal hingga akhir, selalu dia."Zenith ..." Hati Kayshila bergetar hebat, "Maafkan aku, maafkan aku ...""Bukan salahmu."Zenith dengan susah payah mengangkat tangannya, dengan lembut mengusap pipinya, "Kita berdua adalah korban, jadi tidak perlu saling menyalahkan, ya?""Iya!"Kayshila mengangguk kuat, menggenggam erat tangannya, "Demi Jannice, kamu harus bertahan, jangan pernah bicara soal menyerah, ya?""... Baik."Zenith menggertakkan giginya, mengangguk.Benar, ini belum waktunya dia menyerah! Bahkan jika hanya tersisa satu napas, dia harus merangkak kembali ke Jakarta! Memeluk putrinya dengan tangannya sendiri!Jannice, tunggulah ayah!Anak yang selama ini dia anggap seperti anak sendiri, ternyata benar-benar anaknya!Dia selalu berpikir, itu karena cinta terhadap ibunya. Tapi sekarang
Read more