“Ekhem.” Furqon akhirnya memilih berdeham. “Iya, Fe,” sahut Furqon akhirnya, sambil mengulas senyumnya. “Untuk jadi orang tua memang tanggung jawab yang besar. Kalau belum siap memang lebih baik jangan,” tambah Furqon. “Beneran?” Feiza balas menatap Furqon dengan tajam. “Iya, Sayang.” Furqon kembali mengulas senyuman lebar. Keduanya pun saling berpandangan. “Kenapa natap aku kayak gitu, sih, Fe?” tanya Furqon setelah beberapa lama kembali mengumbar senyum lebar dengan gigi rapihnya. “Kayak punya dendam kesumat gitu,” lanjut Furqon masih menatap Feiza. “Huft.” Feiza mengela napas. “Cuma nggak yakin aja sama jawaban njenengan.” “Astagfirullah, Fe.” Furqon terkekeh. “Aku serius, Feiza,” katanya. “Kalau kamu belum siap hamil, nggak pa-pa, aku setuju juga. Toh, kamu yang nanti akan mengandung dan melahirkan. Badan kamu adalah punya ka
Terakhir Diperbarui : 2024-07-09 Baca selengkapnya