“Biar saya saja yang turun,” kata Fiko lugas. “Mbah sama Mbak di sini saja ya.”“Makasih, Mas Fiko,” sahut Mbah Barid cepat. Tangan kirinya meraih genggaman Delia. “Kita di sini saja, Del.”Delia menunduk pasrah. Dia semakin menunduk ketika mendengar suara Firman menggelegar, dan para tetangga kembali muncul.“Mau apa lagi perempuan murahan itu ke sini? Sampai kapan pun aku tidak akan menerima kamu lagi!” lengking Firman.“Nunsewu, Mas Firman, saya mau ambil barang-barang ini, setelah itu kami langsung pergi,” kata Fiko kalem, badannya menunduk, khas penghormatan orang kampung.Di bawah tatap mata tajam Firman, Fiko cekatan memindahkan barang-barang Delia dan Faisya yang tidak seberapa banyak itu. Entah karena melihat kegesitan Fiko, atau memang karena Firman kehilangan selera untuk marah, yang jelas mulut Firman terkatup bisu. Matanya saja yang berkilat-kilat mengikut
Read more