Wajahnya mengeras lalu melangkah mendekat, “Berpikirlah dengan wajar sekali saja dalam hidupmu, Ava.”“Aku sedang bersikap wajar. Aku tidak butuh bantuanmu. Aku meminta cerai agar kamu bisa pergi dari hidupmu. Mengapa tiba-tiba kamu tertarik untuk membantuku ketika kamu sebelumnya tidak pernah peduli denganku?”“Kamu adalah Ibu Noah, wajar aku peduli. Lalu, kalau kamu lupa, aku tidak bisa sepenuhnya pergi dari hidupmu karena kita memiliki anak, pastilah hidup kita terikat.” Dia menggeram, matanya memancarkan kilatan amarah.“Hanya selama kurang lebih sepuluh tahun, dan selain menjadi bagian dari hidup Noah, bukan berarti kamu harus menjadi bagian dari hidupku,” bantahku.Aku sangat lelah, hingga akhirnya aku duduk di kursi minibar. Kepalaku rasanya seakan ditimpa beban seberat satu ton. Aku benar-benar hanya ingin tidur.Dia memerintah sekali lagi, “Ambil mobilnya.”Tanpa sadar suaraku menyentak, kehilangan kesabaran, “Mengapa tidak kamu saja yang mengambilnya dan telantarkan di tempat
Last Updated : 2024-05-14 Read more