Home / Fantasi / Dokter Ajaib Primadona Desa / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Dokter Ajaib Primadona Desa: Chapter 231 - Chapter 240

961 Chapters

Bab 231

Setelah memilih pakaian dalam yang tepat, langit sudah malam. Mereka pun berbaring dan tidur.Keesokan paginya.Tirta berbaring di tempat tidur dengan penuh kepuasan sambil memeluk pinggang ramping Melati di sebelah kiri. Kaki Melati yang putih dan lembut menekan tubuh Tirta. Wajah cantiknya memperlihatkan kepuasan yang tidak bisa disembunyikan.Di sebelah kanan, telapak tangan Tirta menutupi bokong Ayu yang montok. Wajah lembutnya penuh dengan kelelahan, kepuasan, dan kebahagiaan yang terpancar. Jari-jarinya yang putih mulus, memegang erat lengan Tirta, seolah-olah takut tidak bisa melihat Tirta setelah bangun.Tiba-tiba, Tirta merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya. Dengan menggunakan mata tembus pandangnya, Tirta melihat bahwa mutiara perak di dalam perutnya yang sebelumnya seukuran kuku, sekarang telah berubah menjadi sebesar buah leci.Selain itu, aliran udara berwarna perak yang menyebar dari mutiara itu, kini menjadi lebih murni dan pekat dibandingkan sebelumnya.Seiring
last updateLast Updated : 2024-08-02
Read more

Bab 232

Tirta juga ingin mencoba apakah aliran udara perak itu akan memberikan efek yang sama jika dimasukkan ke tubuh Melati. Dia langsung memegang tangan Melati dan mulai menyalurkan aliran udara perak itu.Begitu memasuki tubuh Melati, aliran udara tersebut juga menghilang dalam sekejap. Tidak lama kemudian, Melati bangun dengan wajah berseri-seri, suaranya juga tidak lagi selemah kemarin. Melihat Tirta menatapnya, Melati langsung memeluk dada Tirta."Tirta, kenapa kamu lihat aku seperti itu? Kamu mau lakukan sekali lagi selagi bibimu masih tidur ya?"Usia Melati masih muda, gairahnya juga sangat besar. Dia sangat menginginkan dan menikmati kebersamaannya dengan Tirta. Saking bergairahnya, orang lain mungkin tidak akan sanggup mengimbanginya.Namun, Tirta berbeda. Semakin sering dia berhubungan intim, tubuhnya akan jadi semakin kuat. Hal ini membuat tubuh Melati sedikit kehabisan energi. Jika terus berlanjut, hal ini bisa menjadi masalah besar!"Kak Melati, bagaimanapun juga, aku ini seoran
last updateLast Updated : 2024-08-02
Read more

Bab 233

Tirta mengosongkan tempat di sebuah ruangan khusus yang disediakan untuk menyimpan bahan obat sebelumnya. Setelah itu, dia memasukkan lebih dari seratus set pakaian ke dalam gudang itu dan dalam waktu kurang dari sepuluh menit, semuanya sudah dipindahkan. Bahkan sebelum sempat duduk dan menikmati secangkir teh, Nabila menelepon dengan suara riang dan bertanya, "Tirta, kamu sudah bangun?""Sudah bangun, ada apa Kak Nabila?" tanya Tirta."Hmph, nggak boleh nelpon kalau nggak ada apa-apa? Kamu mulai bosan sama aku ya?" Nabila menggerutu sedikit tidak puas."Mana mungkin, aku malah kangen sama kamu," kata Tirta dengan manis. Dia tidak ingin Nabila merasa kesal."Nah begitu dong, nanti aku sama Arum mau main ke tempatmu," kata Nabila dengan senang.Meskipun tidak tidur bersama Tirta semalam, Nabila tetap memimpikannya. Jadi, pagi ini suasana hatinya sangat baik saat terbangun."Ya, datang saja. Kebetulan aku lagi senggang. Kamu lanjutkan saja baca buku kedokteranmu," jawab Tirta."Kamu masi
last updateLast Updated : 2024-08-03
Read more

Bab 234

"Kenapa kamu malah taruhan seperti itu?" tanya Arum dengan keheranan."Tapi, si Tirta bisa menguasai semuanya dalam tiga hari! Aku pikir aku nggak akan lebih bodoh darinya. Bagaimanapun, aku pasti bisa menguasainya dalam seminggu. Siapa tahu ternyata pengobatan tradisional serumit itu? Sudah seharian aku masih belum ingat sebagian kecil dari satu buku," ujar Nabila."Kamu nggak seharusnya menyetujuinya. Tapi, nggak masalah kalau sudah kalah. Kamu ini pacarnya, nggak mungkin dia akan nyalahin kamu, 'kan?" hibur Arum sambil menepuk pundak Nabila."Nggak juga sih, tapi ... kalau kalah ...." Suara Nabila semakin kecil. Tidak mungkin dia memberi tahu Arum bahwa dia harus membiarkan Tirta melakukannya dari belakang jika dia kalah."Gimana kalau kalah?" tanya Arum dengan penasaran melihat gelagat Nabila yang aneh."Nggak ... nggak apa-apa. Sebesar apa pun nyalinya, dia nggak akan berani buat apa pun padaku," jawab Nabila yang tidak ingin berkata jujur."Benar juga, mana ada cowok yang nggak s
last updateLast Updated : 2024-08-03
Read more

Bab 235

"Nggak ada tempat tidur di sini. Sekarang vila belum selesai dibangun. Kalaupun aku beli tempat tidur lagi, nggak ada tempat untuk menaruhnya. Aku sendiri tidur di mobil. Nggak baik kalau kamu tidur di mobil denganku, 'kan?" kata Tirta sambil menggaruk kepala."Nggak ada tempat tidur? Kalau begitu, aku ikut kamu tidur di mana saja," jawab Nabila dengan tegas."Nabila, kenapa kamu harus tidur sama Tirta? Kamu merasa nggak nyaman tidur sama aku ya?" tanya Arum dengan suara ragu-ragu. Dia berpikir kehadirannya membuat Nabila tidak nyaman."Bukan begitu, aku cuma nggak terbiasa tidur tanpa Tirta. Jangan mikir yang aneh-aneh, Kak Arum," kata Nabila sambil buru-buru menjelaskan."Aku ...." Arum masih merasa dirinya agak menyusahkan."Nabila, Kak Arum baru datang beberapa hari, dia masih belum terbiasa. Temani dia tidur beberapa hari, ya. Nggak baik kalau dia tidur sendirian di tempat asing," kata Tirta mencoba membujuk.Sementara itu, Tirta juga penasaran apa yang ada di pikiran Nabila sehin
last updateLast Updated : 2024-08-03
Read more

Bab 236

Setelah itu, pertama-tama Tirta mencari penduduk yang tinggal di dekat rumah tua dan membeli lima petak kebun dari mereka dengan mengeluarkan sejumlah uang. Dua di antaranya bisa digunakan untuk memelihara unggas. Sekarang Tirta punya uang, membeli beberapa petak kebun adalah hal yang mudah.Setelah membeli kebun, Tirta menemui Agus dan menyampaikan keinginannya untuk menyewa bendungan besar di ujung desa."Bendungan itu terlalu besar, bahkan meluas ke desa sebelah. Tempat itu sudah jadi milik dua desa," kata Agus. "Kalau kamu mau sewa, kita harus diskusi dulu sama kepala desa sebelah."Agus setuju dengan rencana Tirta untuk menyewa bendungan itu. Dia segera menelepon kepala desa sebelah, Danto, dan berkata, "Danto, ini Agus. Ada yang mau kubicarakan denganmu ....""Ada apa?" tanya Danto, "Ada orang di desamu juga yang mau nyewa bendungan untuk melihara ikan?"Sebelum Agus menjelaskan lebih jauh, Danto sudah memutuskan panggilan itu."Tirta, ada orang di desa mereka juga yang ingin men
last updateLast Updated : 2024-08-03
Read more

Bab 237

Danto tidak mengerti, tetapi adiknya ini hanya pulang ke rumah sekali dalam belasan tahun dan hanya memiliki satu keinginan. Danto tidak bisa menolak untuk membantunya. Lagi pula, untuk urusan kecil seperti menjaga bendungan di desa sendiri, dia masih bisa menanganinya.....Sementara itu, Joko dan pemuda asing itu berkeliling di sekitar desa dengan menghindari warga desa lainnya. Mereka berjalan menuju bendungan di ujung desa. Setelah meninggalkan rumah Danto, pemuda asing itu terus-menerus mengerutkan alis. Akhirnya, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya dengan bahasa lokal yang kurang lancar."Joko, apa rahasia di bendungan air sudah terbongkar? Kenapa ada orang yang menyewa bendungan air?""Jack, ini nggak mungkin! Kita terus bersama, aku juga nggak bilang rahasia bendungan air itu sama kakakku. Selain itu, yang mau nyewa bendungan air ini adalah orang dari desa sebelah.""Paling-paling cuma orang kampungan yang nggak tahu apa-apa. Mungkin mereka cuma mau pakai bendungannya un
last updateLast Updated : 2024-08-04
Read more

Bab 238

"Daripada sewakan ke dia, lebih baik sewakan ke aku!" timpal Agus dengan kesal. Bagaimanapun, Agus cukup dekat dengan Danto. Namun, sekarang Danto malah lebih membantu orang asing. Ditolak di hadapan Tirta seperti ini membuat Agus merasa malu."Kenapa kamu cerewet sekali? Pokoknya sudah kubilang nggak akan sewakan ke kalian! Kalian pulang saja!" bentak Danto dengan kesal."Oke, bendungan ini adalah milik kedua desa. Kalau kamu nggak mau sewakan untukku, kalian juga nggak usah harap bisa sewa yang di desa kami. Kita urus bagian masing-masing saja!" balas Agus."Terserah kamu saja!" Danto juga tidak pernah berpikir menginginkan bendungan air di desa sebelah. Dia langsung berbalik dan masuk ke rumah sambil membanting pintu."Danto, tunggu saja! Aku nggak percaya kamu nggak akan pernah memohon padaku!" Agus benar-benar kesal hingga mengentakkan kakinya."Nggak apa-apa, Ayah. Bendungan air itu besar sekali. Kita pakai yang di Desa Persik saja, jangan marah-marah," bujuk Nabila."Nabila, kam
last updateLast Updated : 2024-08-04
Read more

Bab 239

"Pak Agus, apa benar-benar nggak usah bujuk Bibi?" Tirta merasa tidak nyaman. Bagaimanapun, hasilnya tetap akan sia-sia saja jika Betari ke sana."Biarkan saja. Padahal cuma wanita, tapi malah banyak ikut campur. Setelah dimaki orang nanti dia bakal balik sendiri," pungkas Agus dengan kesal. Jelas sekali Betari pasti sudah banyak ikut campur sebelumnya."Ayah, itu ibuku. Kenapa kamu bicara begini?" keluh Nabila.Namun jika dipikir-pikir, Betari selalu saja keluar untuk bermain kartu, sedangkan semua pekerjaan rumah selalu dilakukan oleh Agus seorang diri. Membiarkan Betari mengalami kegagalan mungkin akan mengajarkannya sesuatu.Selain itu, dari Desa Persik ke Desa Wonogiro membutuhkan waktu minimal satu jam dengan berjalan kaki. Dinilai dari sifat Betari, kemungkinan dia akan lelah dan kembali sebelum sampai di Desa Wonogiro!"Sudahlah, Tirta. Jangan khawatirkan ibuku. Gimana kalau kita makan siang di rumahku?" tanya Nabila."Oke, aku telepon Bibi dulu supaya dia nggak khawatir," kata
last updateLast Updated : 2024-08-04
Read more

Bab 240

Nabila merasa berkewajiban untuk menceramahi Agus! Namun di sampingnya, Arum tak kuasa mendengus saat mendengar perkataan ini. Tirta baru saja menghasilkan lebih dari ratusan miliar dalam setengah hari, tapi Nabila malah bilang Tirta bersusah payah mendapatkan uang ini? Bukankah ini terlalu memihak Tirta?"Memang benar, anak perempuan nggak bisa dipertahankan lagi kalau sudah dewasa. Belum menikah saja kamu sudah nggak mikirin ayah kandungmu sendiri," ujar Agus sambil menghela napas panjang. Namun, dia hanya bisa mengiakannya dengan bergumam."Huh, uang Tirta adalah uangku juga. Tentu saja aku harus mengelola setiap sen dengan baik," kata Nabila dengan agak bangga."Hm, baiklah," jawab Tirta dengan tersipu."Lihat tampangmu begini, kamu nggak senang kalau aku yang kelola uangnya?" kata Nabila sambil mendengus"Sudah, jangan bicarakan yang nggak penting. Aku keluar sama Tirta untuk belanja sayuran untuk makan siang nanti. Kalian tunggu di rumah saja," kata Agus yang merasa sedikit kesal
last updateLast Updated : 2024-08-04
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
97
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status