All Chapters of Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir: Chapter 281 - Chapter 290

354 Chapters

Bab 281

Helena dan Emily kini duduk santai di sebuah kafe kecil yang hangat, dengan cahaya matahari siang menyinari meja tempat mereka berbincang. Secangkir kopi dan piring kecil berisi kue tart menemani percakapan mereka. Topik yang dibahas tak lagi sekadar formalitas kerja. Kini, mereka berbicara bisa lebih santai, lebih akrab, tanpa batasan. Emily tersenyum, menyesap kopinya sebelum berkata, “Aku benar-benar senang bisa bekerja sama denganmu, Helena. Rasanya menyenangkan punya kesempatan lebih dekat denganmu.” Helena tertawa kecil. “Aku juga senang. Kalau dipikir-pikir, kita sebelumnya begitu kaku, ya?” Emily mengangguk, matanya penuh kenangan. “Dulu, aku bahkan tidak menyangka Alexander akan menikah denganmu. Dia terlihat begitu mencintaimu sekarang. Itu membuatku terkejut.” Helena tersenyum hangat, matanya berkilau seolah mengingat sesuatu. “Aku pun tidak menyangka. Hubungan kami dimulai dari sebuah keterpaksaan dan juga r
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 282

Malam itu, suasana kamar Helena dan Alexander terasa hangat. Dalam balutan kegelapan yang temaram, Helena meringkuk di pelukan Alexander, seperti kebiasaan mereka sebelum tidur. Wajahnya tampak lelah, tetapi pikirannya jauh lebih gelisah. “Ada apa, sayang?” tanya Alexander dengan lembut sambil mengusap punggung Helena. Helena menarik napas dalam sebelum mulai bercerita. “Tadi siang, aku bicara dengan Emily. Aku tidak sengaja mengungkit masa lalunya... Dan, ekspresi wajahnya begitu menyakitkan. Aku merasa bersalah karena membuatnya mengingat sesuatu yang seharusnya dia lupakan.” Alexander mengeratkan pelukannya, memberikan kehangatan yang ia tahu sangat dibutuhkan istrinya. “Semua orang punya masa lalu yang menyakitkan, Sayang. Tapi, proses untuk bertumbuh dan menyembuhkan luka itu tidak pernah mudah. Emily pasti sedang berjuang dengan caranya sendiri.” Helena mengangguk pelan. “Aku tahu, tapi saat dia menceritakan tentang kegugurannya... A
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 283

Sore itu, langit di pinggiran kota berangsur gelap, mengisyaratkan hujan deras yang akan datang. Alexander dan Han baru saja selesai melakukan survei lokasi untuk proyek pembangunan gedung perhotelan. Mereka berjalan menyusuri area kosong, menyusun rencana sambil sesekali membicarakan potensi dan risiko proyek tersebut. Namun, rencana diskusi mereka terhenti saat awan hitam semakin pekat, diikuti dengan suara gemuruh yang membuat suasana semakin mencekam. Dalam hitungan detik, hujan deras mengguyur tanpa ampun. Alexander segera menyadari bahwa mobil mereka terparkir cukup jauh dari tempat mereka berada. “Han, kita cari tempat berteduh dulu. Mobilnya terlalu jauh,” kata Alexander dengan nada tegas.“Baik, Tuan.” Han mengangguk dan menunjuk sebuah gardu tua di tepi jalan. Mereka berlari menembus hujan, pakaian mereka mulai basah meski hanya berlari beberapa meter. Saat tiba di gardu, mereka mend
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 284

Akhir pekan itu, Alexander dan Helena memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama kedua anak mereka, Angel dan Rendy. “Rumah kita akan jadi gudang dalam hitungan jam, Sayang,” ujar Helena. Alexander tersenyum, “Mau bagaimana lagi, Sayang? Mereka juga jadi lebih aktif dengan mainan, tidak berfokus dengan gadget.”Kedua anak itu sudah lama meminta mereka pergi ke pusat perbelanjaan, dan hari itu menjadi hari yang ditunggu-tunggu. Dengan semangat, mereka berempat memasuki mal besar yang penuh dengan hiruk pikuk pengunjung. Angel dan Rendy langsung menyeret orang tua mereka menuju toko mainan. Mereka begitu antusias memilih berbagai jenis mainan, dari boneka lucu hingga mobil remote control. Tidak hanya itu, mereka juga memilih pakaian dengan karakter kesukaan mereka dan beberapa buku cerita. Alexander dan Helena hanya tersenyum melihat kegembiraan anak-anak mereka. “Kalian boleh beli apa saja yang kalian m
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 285

“Eh, anda siapa?” tanya Helena lalu menatap Alexander, “kau kenal, Sayang?” Alexander tersenyum lalu menjawab, “Putri dari Tuan Armand, rekan bisnisku, Sayang.” Helena pun tersenyum, menatap wajah Clara dan menyapa, “Hai... aku Helena,” mengulurkan tangan, jelas Helena bersikap se–ramah mungkin. “Senang bertemu dengan mu.” Clara memaksakan senyumnya, menganggukkan kepalanya. “I–iya, senang juga bertemu dengan mu.”“Kalau begitu, maaf karena kami harus segara menyelesaikan ini, dan menemui anak-anak kami,” ucap Helena, mengajak Alexander untuk pergi. “Iya, baiklah...” jawab Clara, kikuk. Clara berdiri di pojokan pusat perbelanjaan mewah itu, matanya tak lepas dari pasangan yang sedang asyik memilih barang. Alexander dan Helena tampak begitu serasi, seakan dunia hanya milik mereka berdua. Setiap barang yang dipilih Helena langsung dibayar oleh Alexander tanpa banyak bertanya. Bahkan, Alexander tak sega
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 286

Kembali ke hari Senin setelah akhir pekan. Sore itu, Helena melangkah masuk ke sebuah kafe kecil dengan suasana hangat. Matanya langsung menangkap sosok Emily yang sudah duduk di salah satu meja dekat jendela. Helena tersenyum dan melambaikan tangan, langkahnya semakin ringan saat mendekati sahabat lamanya itu. “Emily!” sapa Helena hangat sambil mencium pipi kanan dan kiri Emily. “Helena, senang sekali akhirnya kita bisa bertemu lagi,” balas Emily dengan senyum lebar. Setelah saling menyapa, keduanya memesan minuman dan segera terlibat dalam obrolan serius tentang perkembangan produksi tas dari perusahaan mereka. Emily berbicara dengan penuh semangat, menceritakan bagaimana timnya mulai mencapai target yang sudah direncanakan. Helena mendengarkan dengan antusias, memberikan pujian atas kerja keras Emily. Namun, ketika percakapan mulai bergeser ke topik santai, Helena mengajukan sebuah perta
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 287

Malam itu, Ken berdiri kaku di tengah kamar mewah itu. Kedua tangannya menggumpal, mencoba menahan diri agar tidak terhanyut dalam situasi yang semakin sulit ia kendalikan. “N–Nyonya, aku...” ucap Ken, gugup. Monica menatapnya dengan senyuman yang terlalu menggoda, mengaburkan batas antara lelucon dan juga godaan serius. “Ken,” suara Monica terdengar lembut namun tajam, “apa kau tidak lelah terus menolak sesuatu yang jelas kau inginkan juga?” Ken menggeleng cepat, wajahnya memerah. “Nyonya Monica, tolong berhenti. Ini salah. Tuan Smith bisa kembali kapan saja dari ruang bacanya, Saya—” “Apa kau takut padanya?” potong Monica, langkahnya semakin mendekat. Ia berhenti hanya beberapa inci dari tubuh Ken, matanya menatap tajam, mencoba membaca emosi di wajah pria itu. “Aku yang memintamu datang ke sini, Jadi jika ada yang harus disalahkan, itu aku. Bukan kau, Ken.” Ken menunduk, menatap lantai kayu yang terasa seolah mencen
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 288

Sore itu, di sebuah supermarket. Emily memandangi rak-rak bahan makanan dengan pandangan kosong. Stok di apartemennya benar-benar habis, dan meskipun ia tidak terlalu suka berbelanja, kali ini ia terpaksa melakukannya. Keranjang belanjaannya hampir penuh dengan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Namun, saat ia akan meraih sekotak susu almond, matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya, Han.“Ya ampun... dunia serasa sangat sempit, deh.” gumam Emily, kesal. Pria itu berdiri di lorong lain, juga sibuk memilih barang. Emily merasa napasnya tercekat sejenak. Han juga melihat ke arahnya, dan tatapan mereka bertemu, menciptakan keheningan yang mendadak menegangkan di antara keramaian supermarket. Emily buru-buru membuang pandangannya ke arah lain, seolah tidak terjadi apa-apa. Ia berbalik dan melangkah cepat ke jalur lain, mencoba menghindari situasi yang tidak ingin ia hadapi. Tetapi, saat sedang melihat-lihat rak saus tomat, tib
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 289

Ken duduk di depan meja kerja besar milik Tuan Smith, menunduk dalam-dalam. Wajahnya penuh rasa bersalah, kedua tangannya menggenggam erat ujung kursi seolah mencari pegangan. Ia sudah bertekad menceritakan segalanya, meski tahu bahwa kata-kata itu hanya akan menambah berat beban yang ia pikul. “Apa yang terjadi antara saya dan Nyonya Monica... itu... sangat salah, Tuan,” ujar Ken dengan suara bergetar. "Saya benar-benar tidak tahu bagaimana bisa... sampai sejauh ini." Tuan Smith hanya diam, menatap Ken dengan ekspresi datar yang sulit ditebak. Napasnya terhembus panjang, menciptakan jeda yang terasa begitu menyesakkan. “Aku tidak heran kalau Monica akan melakukan hal seperti ini,” ucap Tuan Smith akhirnya, suaranya datar tanpa emosi. “Dia memang wanita yang tidak tahu diri. Cepat atau lambat, aku sudah menduga ini akan terjadi.” Ken mengangkat wajahnya sedikit, tetapi rasa bersalah itu tak menghilang. “Tapi, Tuan, saya
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 290

Helena baru saja sampai di rumah ketika langit mulai merona jingga di ufuk barat. Lelah setelah seharian menjalankan tugasnya sebagai CEO, ia tetap menyunggingkan senyum saat membuka pintu. Suara tawa kecil menggema dari ruang keluarga. Langkahnya yang awalnya berat berubah menjadi ringan, penuh rasa rindu dan hangat.Di sudut ruangan, Angel tengah belajar mewarnai bersama dengan Thalita. Meja kecil di hadapan mereka dipenuhi warna warni cerah. “Rendy, Angel!” panggil Helena. Di sisi lain ruangan, Rendy sedang serius memegang pion catur. Lawannya adalah Tuan Smith yang juga baru saja belum lama ini berkunjung. Begitu melihat ibunya berdiri di ambang pintu sambil berteriak nama mereka, Angel dan Rendy serempak berhenti dari aktivitas mereka. “Ibu pulang!” seru Angel dengan suara ceria. Rendy segera berdiri dan berlari bersama adiknya ke arah Helena. Tanpa menunggu lama, Helena membuka kedua lengannya, menyam
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
PREV
1
...
2728293031
...
36
DMCA.com Protection Status