All Chapters of Cinta yang Tertukar: Chapter 81 - Chapter 90
363 Chapters
Bab 81
Yara langsung tersipu dan tergagap, bisa dianggap dia membenarkannya.Bagaimanapun, dia tidak mungkin menyebarkan hal-hal buruk keluarganya sendiri."Kamu dan Bibi Zaina benar-benar berjodoh." Perawat itu melanjutkan.Bibi Zaina?Yara langsung menangkap orang yang Perawat itu katakan adalah Zaina.Yara pun tersenyum. "Kami sekeluarga, dia bibiku.""Aku bukan ngomong tentang itu." Perawat itu melirik Yara. "Sebenarnya, kalian terlihat mirip.""..." Yara tidak tahu merasa bagaimana, tetapi dia tidak menyangkal hal ini.Karena Siska pernah juga mengatakan dia tidak mirip dengan Silvia, tetapi terlihat seperti ibu dan anak dengan Zaina.Sayangnya dalam hidupnya, Yara tidak mungkin memiliki ibu sebaik Zaina."Beberapa hari yang lalu, waktu kamu butuh transfusi darah, dia yang mendonorkannya dan sekarang waktu dia membutuhkannya, kamu kebetulan ada di sini."Darah sudah selesai diambil, perawat itu mengemasi barang-barangnya. "Apa namanya ini kalau bukan jodoh?"Wajah Yara sedikit pucat dan
Read more
Bab 82
Yara menunduk dan tidak mengatakan apa-apa.Siska tahu Yara merasa sedih, jadi dia memeluknya. "Tapi, nggak apa-apa, kalau kita nggak bisa memiliki orang tua sebaik itu, kita harus menjadikan diri kita ibu seperti itu di masa depan."Ketika Siska mengatakan ini, wajahnya penuh dengan pengertian, tetapi dia tidak menyadari wajah Yara menjadi lebih muram."Siska, tidurlah lebih awal." Yara tersenyum dan bersiap untuk mandi.Namun, saat dia berdiri, teleponnya berdering, ternyata Yudha yang menelepon."Aneh, apa dia takut aku akan melupakan janji besok?"Yara hanya mengangkat teleponnya."Turunlah, aku ada di bawah." Suara Yudha terdengar sedikit cemas."Ada apa?" Perasaan tidak enak muncul di hati Yara."Pihak rumah tua menelepon, mereka bilang, kakek sakit.""Aku akan segera turun."Yara buru-buru mengganti pakaiannya, memberi tahu Siska dan segera turun ke bawah.Yudha memang sedang menunggu di bawah.Mereka berdua masuk ke dalam mobil dalam diam dan langsung menuju ke arah rumah tua.
Read more
Bab 83
"Bu." Tak disangka, Yudha yang berjalan di depan tiba-tiba berbalik dan memotong kata-kata Agnes, "Bagaimana kondisi Kakek?""Dokter ada di atas, mungkin sebentar lagi turun." Agnes menatap Yara dengan dingin. "Jaga dirimu sendiri."Yara tidak memedulikannya, bagaimanapun juga, dia dan Yudha akan segera bercerai, dia tidak perlu menerima penderitaan dari keluarga Lastana.Mereka bertiga menunggu di ruang tamu untuk beberapa saat sebelum mereka melihat seorang pria jangkung masuk.Pria itu mengenakan pakaian kasual berwarna abu-abu dan putih, terlihat bermur awal tiga puluhan. Dia terlihat elegan, sudut mata dan alisnya selalu membawa senyuman.Dia adalah putra Kakek Susilo, paman Yudha, Tanto Lastana."Kak!" Begitu Tanto masuk, dia langsung memberi salam pada Agnes.Agnes hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.Agnes tidak menyukai Tanto dan bahkan bisa dikatakan membencinya.Menurutnya, Tanto adalah seorang pemalas, pemboros yang hanya mengandalkannya dan putranya yang masih kec
Read more
Bab 84
"Aku hanya akan melihat dari pintu dan nggak akan bersuara." Yara segera meyakinkan kalau dia benar-benar mau pergi.Agnes masih berusaha menghentikannya, tetapi Yudha berbicara, "Sudahlah, biarkan dia pergi."Dengan begitu, Yara mengikuti Yudha dengan hati-hati menaiki tangga.Begitu mereka berdua pergi, Agnes bergumam dengan curiga, "Benar-benar tak terduga."Dari dulu, di keluarga Lastana, tak peduli bagaimanapun Agnes ingin menghentikan Yara, Yudha tak pernah peduli dan bahkan akan membantu.Namun, hari ini, Yudha jelas agak aneh.Tanto yang duduk di seberang meja, tersenyum dan berbicara, "Kak, mereka tidur bersama setiap hari, tidak aneh kalau ada sedikit perasaan di antara mereka."Agnes memelototinya, dia merasa makin tidak senang.Agnes tidak pernah menyetujui pernikahan ini, tetapi dia masih bisa mentolerir sikap Yudha sebelumnya.Namun, kalau Yudha benar-benar mau menerima Yara sebagai istrinya, Agnes tidak akan setuju.Yara mengikuti Yudha ke kamar Kakek Susilo. Yudha mendo
Read more
Bab 85
Yara memandang Yudha untuk meminta bantuan, tetapi dia malah melihat Yudha mengangguk tak berdaya.Yara tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya. "Kakek, benar-benar nggak apa-apa, sebentar lagi juga sembuh."Tangan Kakek Susilo sangat kurus, tulang-tulangnya sampai bisa terlihat. Punggung tangannya tertutup bintik-bintik tanda penuaan, tetapi telapak tangannya sangat hangat.Dia dengan lembut menyentuh jari-jari Yara dan kemudian mengangkat kepalanya dengan sakit hati. "Nak, tanganmu terluka sampai begini, apa kamu masih melukis?"Jantung Yara berdebar, dia berusaha menundukkan matanya dan berbohong sambil tersenyum. "Bisa, beberapa hari lagi juga sudah bisa."Kakek Susilo memandang Yudha, "Katakan.""Kalau nggak dirawat dengan baik, tangan kanannya mungkin nggak bisa menggambar lagi." Yudha dengan tenang menceritakan."Yudha!" Yara dengan marah memelototi dan buru-buru melihat Kakek Susilo. Benar saja, dia melihat Kakek Susilo sedang termenung."Kakek, jangan dengarkan omong
Read more
Bab 86
"Kamu kembali ke kamarmu dan tidur dulu, nggak perlu menungguku," ucap Yudha dan mengikuti Agnes ke atas.Setelah keduanya pergi, hanya Yara dan Tanto yang tersisa di ruang tamu.Tanto melihat kain kasa di pergelangan tangan Yara dengan tatapan berbeda dan bertanya, "Apa ini benar-benar perbuatan Melanie?""Hah?" Yara agak terkejut, bagaimana Tanto tahu lukanya berkaitan dengan Melanie?Apa Yudha yang mengatakannya?Yara merasa itu tidak mungkin.Namun, selain itu, dia tidak bisa memikirkan orang lain."Yara," Tanto mendekatinya dengan wajah penasaran. "Menurutmu Melanie memberi Yudha minum obat apa?""Paman." Yara bangkit dengan canggung. "Sudah malam, aku akan naik untuk beristirahat dulu, Paman juga harus beristirahat lebih awal."Untungnya, Tanto tahu apa yang pantas dan melambaikan tangannya, membiarkan Yara pergi.Ketika melewati ruang kerja, Yara menemukan pintunya tidak tertutup rapat, dia bisa mendengar suara Yudha dan Agnes."Sudah setahun, kenapa dia belum hamil?"Itu adalah
Read more
Bab 87
Melanie tidak tahu apa yang Yara katakan pada Zaina, tetapi dia bisa merasakan keanehan pada sikap Zaina."Apa yang kamu katakan?" Dia berteriak di ujung telepon."Nggak ada, kamu meminta ibumu untuk menyembuhkan tanganku, aku hanya memberi tahu bagaimana tanganku terluka."Melanie sangat marah. "Kamu menuduhku di depan ibuku?"Yara merasa geli. "Kamu tahu jelas, itu tuduhan palsu atau bukan."Setelah mengatakan itu, Yara menutup telepon, tepat saat Yudha kembali dari kamar mandinya.Pria itu menyeka rambutnya dengan satu tangan, otot-ototnya yang kencang dan kuat terlihat samar-samar di piyama yang setengah terbuka. Meskipun ikat pinggangnya diikat longgar, bahu lebar dan pinggang langsingnya masih terlihat jelas.Yara meliriknya, lalu dengan cepat menarik pandangannya, pipinya pun memerah.Bayangan hubungan mereka berdua sebulan yang lalu masih tampak seperti baru kemarin.Yara mengambil piyamanya dan bersiap untuk mandi.Dia menyadari Yudha sudah duduk di tepi tempat tidur, jadi dia
Read more
Bab 88
Yara berkedip cepat. "Bagaimana aku tahu apa yang kamu lakukan.""Lagi pula, bukan untuk ... bercinta denganmu." Yudha menegakkan tubuh, melangkahkan kakinya yang panjang dan pergi ke kamar mandi."Berengsek!" Yara mengutuk.Dia benar-benar terlalu mengantuk dan dia tertidur tanpa menunggu Yudha kembali.Oleh karena itu, dia tidak menyadari Yudha sudah berada di kamar mandi selama setengah jam dan ketika dia keluar, wajahnya tampak muram dan menakutkan.Dia mengibaskan tangan kanannya yang sakit, melihat wanita di tempat tidur yang tertidur pulas dan menggertakkan giginya karena marah.Pada akhirnya, dia tidak bisa tidur di sofa, jadi dia pergi ke tempat tidur dan tidur di sisi lain.Ketika Yara membuka matanya keesokan harinya, dia mendapati dirinya dililit oleh pria itu seperti gurita."Aahh ..." teriaknya ketakutan."Gila, ya?" Yudha membuka matanya dan turun dari tempat tidur untuk berpakaian.Yara memeluk selimut dan meringkuk di tepi tempat tidur. "Siapa yang mengizinkanmu naik k
Read more
Bab 89
Yara memegang sendoknya dengan erat dan menundukkan kepalanya.Yara mau membalas ucapannya, tetapi ada semacam rasa asam menyebar di dadanya yang membuatnya sedikit mual.Dia merasa seperti akan muntah di meja makan begitu dia membuka mulutnya.Melihatnya seperti ini, Agnes menjadi lebih bersemangat."Aku tahu resep parsial, aku akan menyuruh seseorang mengambilkan obat hari ini. Kamu bisa makan itu dulu."Resep parsial itu tentu saja palsu, menemukan cara untuk menyiksa Yara adalah tujuannya.Ekspresi Yara menjadi makin masam, dia hanya mau bangun dan pergi."Nggak perlu." Yudha yang berada di sampingnya membuka mulutnya. "Aku nggak suka anak-anak.""Omong kosong apa yang kamu katakan?" Agnes hampir menjatuhkan sendoknya."Aku nggak mengatakan omong kosong." Yudha berkata dengan ekspresi serius, "Aku nggak suka anak-anak dan nggak mau punya anak.""Kamu!" Agnes langsung amarah."Itu adalah hal langka." Tanto yang dari tadi hanya menonton, membuka mulutnya, "Kepala keluarga Lastana men
Read more
Bab 90
Di dalam perut paus, muncul sebuah rumah kecil yang nyaman.Di bawah langit malam yang biru, terdapat sebuah rumah kecil yang indah dan cantik, halaman kecil yang romantis dan indah serta sebuah keluarga yang bahagia berkumpul di sekitar api unggun.Pertama kali dia melihat gambar ini, Kakek Susilo tahu Yara bukanlah orang yang licik dan mata duitan seperti kata orang lain."Kakek, ayo mulai." Yara menyarankan.Yara sedikit gugup karena ini adalah pertama kali dia mencoba menggambar dengan tangan kirinya."Oke."Kakek Susilo mengangguk dan mulai menggambarkan mimpinya.Mimpinya terjadi di samping sebuah danau, yang berada di tengah-tengah hutan yang lebat dan dalam, dikelilingi oleh bunga-bunga berwarna-warni, tanaman dan pepohonan serta peri yang mirip kupu-kupu.Segera, Yara memiliki imajinasi dalam benaknya dan siap untuk mulai menggambar.Namun, segera setelah Yara menggambar goresan pertamanya, dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres.Goresan ini tampak seperti goresan anak kec
Read more
PREV
1
...
7891011
...
37
DMCA.com Protection Status