Home / Romansa / Ranjang Panas Sang Sekretaris / Chapter 11 - Chapter 18

All Chapters of Ranjang Panas Sang Sekretaris: Chapter 11 - Chapter 18

18 Chapters

11. Aku Tidak Rela

"Jangan mulai berpikir tidak waras, Beryl! Kamu bisa celaka sendiri jika menyerahkan diri pada si brengsek itu." Gaga menatap tak suka pada keputusan wanita yang ada di hadapannya. Beryl yang duduk di pangkuan Gaga, mengalungkan tangannya ke leher Gaga sambil tersenyum. "Jangan khawatir, Mas! Aku bisa menanganinya sendiri," Beryl berusaha menyakinkan Gaga. Gaga menghela panjang, melepaskan tangan Beryl perlahan. "Aku tak bisa menampik hal itu, Beryl! Tapi bagaimana nanti jika Farhan memanfaatkan keadaan, bukan hanya kamu saja, akan tetapi juga perusahaan." terang Gaga yang telah berdiri di tepi jendela kaca dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, menatap hampa pemandangan yang ada di depan mata. Beryl berjalan mendekat ke arah Gaga. "Aku nggak bisa tinggal diam melihat orang-orang disekeliling kamu berkhianat, Mas! Jadi aku rasa nggak ada jalan lain selain aku mendekati Farhan," kata Beryl kukuh pada keya
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

12. Farhan Urusanku

Gaga menatap Beryl yang masih bergelung manja di balik selimut, senyumnya tak kunjung pudar. Ruangan tersembunyi di dalam ruang kerja itu seakan menjadi surga kecil bagi mereka. Setelah malam yang penuh gairah dan kehangatan, Gaga merasakan ketenangan yang mengalir di dalam jiwanya. Dia ingin setiap momen seperti ini berlanjut selamanya, meski tahu bahwa dunia di luar sangat rumit. "Beryl," kata Gaga lembut, sambil mengelus rambut Beryl yang terurai. "Kamu tahu kan, aku cuma ingin melindungi kamu." Beryl mendongak, tatapannya penuh perasaan. "Mas, kamu kelewatan! Aku kan nggak ngapa-ngapain sama Farhan," ujarnya dengan nada sedikit merajuk. Suaranya yang manis itu selalu membuat Gaga merasa ingin melindunginya dari segalanya. Gaga hanya tersenyum, memejamkan matanya kembali dan memeluk Beryl lebih erat. "Tapi aku tidak suka kamu disentuh dia!" balasnya, suaranya tegas meski lembut. "Eh, kamu itu egois!" Beryl mencecar, sedikit menggerutu. "Kamu bebas bersentuhan
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

13. Kamu Terima Beres

Pagi itu, Gaga terbangun dengan suasana hati yang cukup baik. Namun, suasana berubah drastis ketika sebuah panggilan dari Beryl mengejutkannya.Telepon berdering keras, memecah keheningan di kamar. Gaga segera meraihnya dan melihat nama Beryl di layar. "Sayang, ada apa?" tanyanya, masih dengan suara serak karena baru bangun."Ada masalah besar, Mas," jawab Beryl dengan nada tegang. "Saham perusahaan kita merosot tajam. Aku sedang memeriksa sistem, dan sepertinya seseorang berhasil membobol backdoor perusahaan."Gaga terdiam sejenak, otaknya yang masih setengah tidur langsung terjaga sepenuhnya. "Apa? Bagaimana bisa terjadi?""Aku juga baru mengetahuinya. Aku langsung menyalakan laptop dan mengecek laporan pagi ini. Ada yang mengakses data kita melalui jalur belakang. Ini bukan serangan biasa," jawab Beryl, suara di telepon terdengar serius dan penuh fokus.Gaga mulai merasakan keringat dingin di punggungnya. Dia segera duduk tegak di tempat tidur,
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

14. Aku Tidak Rela Kamu Diperalat

Elena terbangun dengan tubuh yang masih terasa lemas. Perasaan mual yang terus menghantuinya setiap pagi membuat tubuhnya semakin rentan, namun di balik rasa tak nyaman itu, ada satu perasaan lain yang kini menghantui hatinya—rindu pada Farhan. Meski berada dalam pernikahan dengan Gaga, pikirannya terus berkelana pada pria lain yang mengisi ruang-ruang kosong dalam hatinya.Dengan tangan yang sedikit gemetar, dia meraih ponsel yang tergeletak di meja samping ranjang. Dia mencari nama Farhan di daftar kontaknya dan segera meneleponnya. Beberapa detik berlalu, suara di seberang menjawab.“Halo, sayang?” suara Farhan terdengar, nada malas dan dingin, tapi Elena tidak menyadarinya. Di telinganya, suara itu masih lembut, seperti biasa.“Farhan, aku dengar Gaga marah-marah soal perusahaannya tadi pagi. Apa itu ulah kamu?”
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

15. Tidak Mau Melepaskan Semuanya

Elena baru saja tiba di rumah setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Tubuhnya masih terasa lemas, namun ada rasa lega yang melingkupi hatinya. Gaga, yang selama ini tampak dingin dan tak peduli, kini berubah menjadi pria yang perhatian. Ia tak pernah membayangkan Gaga akan seperti ini—mengingatkannya untuk makan secara teratur, memastikan dia istirahat, bahkan terlihat cemas saat Elena terbaring lemah di rumah sakit.Namun, di balik semua perhatian itu, Elena merasa ada yang tidak beres. Di satu sisi, ia senang karena perhatian Gaga memberikan rasa nyaman, terutama di masa-masa sulit seperti ini. Tapi di sisi lain, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Gaga bukanlah pria yang pernah ia cintai—perasaannya tetap tertambat pada Farhan, pria yang dulu meninggalkan jejak mendalam di hatinya. Farhan adalah cinta pertamanya, seseorang yang tak pernah benar-benar bisa ia lupakan.Elena menyadari, selama beberapa minggu terakhir, hubungannya dengan Gaga terasa
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

16. Permainan Baru Dimulai

Farhan duduk dengan cemberut di depan laptop, matanya terfokus pada layar yang penuh dengan data yang tampaknya sulit untuk ditembus. Keningnya berkerut, dan ia mendecakkan lidahnya dengan kasar."Ckk! Kenapa susah sekali menembus sistem keamanan perusahaan Gaga?" gerutunya, frustrasi dengan kendala yang terus ia hadapi. "Siapa sebenarnya di balik Gaga?" tanyanya lebih kepada dirinya sendiri, berharap bisa menemukan petunjuk yang mengarah pada kelemahan perusahaan itu.Ia menatap layar laptop untuk beberapa saat, lalu menghela napas panjang. "Aku harus bisa mendapatkan saham perusahaan yang sekarang menjadi milik Elena!" katanya dengan tekad, berusaha menyemangati dirinya.Tak lama, Farhan meraih ponselnya dan menghubungi Elena. Suaranya terdengar lembut, meskipun ketegangan yang ia rasakan masih jelas terdengar. "El, bisakah kita bertemu hari ini, sayang?" tanya Farhan dengan nada yang penuh harap.Dari ujung telepon, suara Elena terdengar lemah dan terputus-putus. "Aku nggak bisa, Ha
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

17. Pagi Itu Bersama Gaga

Dalam hati Beryl tersenyum tipis, meski ekspresinya tetap terjaga dengan kesan dingin dan serius. "Kamu mulai masuk perangkapku, Farhan," desisnya dalam hati, merasakan bahwa langkahnya semakin mendekatkan mereka pada tujuan yang ia inginkan. Beryl tahu, ia harus memainkan peranannya dengan hati-hati. Farhan, dengan ambisi besarnya, sedang jatuh ke dalam jebakan yang telah ia siapkan. Semua yang ia butuhkan hanyalah sedikit dorongan, dan Farhan, dengan segala ambisinya, tampak semakin terikat pada janji-janji yang ia tawarkan.Senyum tipis itu tak terlihat di wajah Beryl, namun ada kepuasan yang mengalir di dalam dirinya. Semua yang telah ia rencanakan semakin jelas, dan kini, Farhan adalah bagian penting dari scenario skema balas dendamnya terhadap Gaga. Mungkin Farhan tidak menyadari betapa ia sebenarnya sedang dikuasai oleh permainan Beryl, namun itu tak menjadi masalah baginya. Yang terpenting, ia sudah berhasil menarik Farhan ke dalam permainan ini."Jadi, kita mulai merencanak
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

18. Harus Bahagia Bersama Beryl

Gaga menyandarkan tubuhnya ke meja dengan ekspresi serius yang kembali muncul di wajahnya. "Kita bicarakan nanti malam, setelah semuanya selesai," katanya dengan nada yang lebih tegas, menegaskan bahwa mereka berdua harus kembali pada peran mereka sebagai eksekutif di perusahaan ini.Beryl mengangguk lagi, menyesuaikan sikapnya dengan situasi. "Baiklah, Ga. Aku tunggu nanti," jawabnya, suaranya tetap penuh dengan arti meskipun kata-kata yang keluar terdengar biasa.Setelah beberapa detik hening, Gaga melirik ke arah Beryl dan tersenyum. "Sampai nanti, sayang," katanya dengan nada yang lebih lembut, lalu melangkah menuju pintu kantor, meninggalkan Beryl yang masih memandangi dirinya dengan tatapan menggoda.Pagi itu, suasana di ruang rapat kantor terasa tegang. Semua mata tertuju pada Gaga yang duduk di ujung meja, tampak serius dan berwibawa. Farhan, yang duduk di sisi lain meja, tampak lebih santai namun dengan sorot mata yang tajam. Meski mereka berdua tidak banyak berbicara, ada ke
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more
PREV
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status