“Aku mimpi pesawat yang membawamu pulang hilang, aku takut kamu kenapa-kenapa. Aku takut kamu gak kembali lagi. Aku takut gak bisa lihat kamu lagi,” lirih Ressa semakin terisak.“Aku di sini Sayang, aku gak kenapa-kenapa. Aku baik-baik aja.” Tian mengeratkan pelukan dengan hati-hati sambil mengusap belakang kepala Ressa pelan. Istrinya ini masih terpasang infus di tangan, tapi sudah banyak bergerak.“Jadi sakit gara-gara mimpi, sekacau apapun hatimu, kamu harus tetap makan Sayang, biar sehat. Karena bukan Cuma kamu yang perlu asupan nutrisi, anak kita juga.” Nasehat Tian dengan lembut seraya menciumi puncak kepala Ressa.“Aku kepikiran kamu, mana bisa aku makan. Kamu gak bisa dihubungi,” katanya memanyunkan bibir.“Mas dalam pesawat Sayang, gak main hp.” Tian mendongakkan dagu Ressa pelan. Menghapus pipi yang basah dengan air mata itu. “Aku gak suka lihat kesayanganku ini menangis. Sekarang kita makan, kamu terlalu banyak mengeluarkan air mata Sayang. Aku belum siap kebanjiran.” Gura
Baca selengkapnya