All Chapters of DIJUAL KE PRIA ASING, DINIKAHI PEWARIS: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

31. Pura-pura

"Awas kau!" desis Dina yang masih bisa ku dengar, walaupun suaranya cukup pelan. Aku melenggang pergi dengan senyum kemenangan. Meskipun Aku tak tahu seperti apa Zen sebenarnya, tapi saat Ia memelukku penuh rasa takut kehilangan seperti barusan, Aki menjadi cukup percaya diri. Aku mulai berharap ada masa depan untukku dan Zen. "Huh, mikir apa sih?" rutukku seraya memukul pelan kepalaku sendiri. "Masih sekolah udah mikir yang aneh-aneh," ucapku tanpa sadar. "Aneh apanya?" tanya Ibu mengagetkanku. Sejenak Aku merasa linglung dan salah arah. Namun, setelah kupandangi setiap sudut ruangan, Aku baru menyadari bahwa Aku baru saja tiba di dapur. "Apanya yang aneh?" tanya Ibu sekali lagi. Mungkin, karena Aku tak langsung menjawab pertanyaannya tadi. "Ah, aneh. Itu, Bu. Aku tiba-tiba menikah, jadi merasa aneh," kilahku beralasan. Tentu saja Aku tak mau Ibu sampai tahu kalau Aku sudah menghardik anak perempuan kesayangannya. Bis
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

32. Masa Lalu Zen

Bu Asih menyendokkan nasi untukku, untuk Dina dan untuk dirinya sendiri. Aku benar-benar merasa disambut olehnya. Mudah-mudahan saja, hal ini akan terus ku rasakan selama usia pernikahanku dengan Zen. "Ya kan Din, kakak mu itu sudah mendambakan neng Lea sejak lama?" tiba-tiba, bu Asih kembali menyinggung tentang Zen yang katanya sudah menginginkanku sedari dulu. Tak ada sahutan apapun dari Dina. Dia hanya sedikit mengembangkan senyumnya, seperti sikap untuk menepis kecurigaan ibunya. "Benarkah, Bu? Kok bisa? Kita kan enggak saling mengenal," celotehku memecah suasana canggung yang terasa. Meskipun, nampaknya bu Asih tak merasakan kedinginan sikap Dina. "Iya, bener. Nih, si Dina ini kan tempat curhatnya Zen. Tapi ya... begitu doang, kaya curhat sama tembok. Zen banyak ngomong, Dina ini banyak diam." Ternyata begitu, mengapa bu Asih tak mencurigai sesuatu dari sikap Dina. Memang sehari-harinya dingin. "Jadi, gimana cerit
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

33. Ketukan Di Pintu

"Mereka bilang begitu, Bu?" tanyaku dengan dada yang terasa berdenyut nyeri. Entah mengapa, Aku ikut merasakan sakit ketika mendengar Zen diperlakukan seperti itu. "Ya. Kau tahu Nak, padahal Ibu sangat menginginkan anak laki-laki, dan hal itu sering Ibu ungkapkan pada Suyatno. Tak disangka, Ia begitu kejam terhadap seorang anak lelaki, hanya demi imbalan dari seseorang yang memerintahkannya.""Lalu?" tanyaku lebih penasaran. "Diam-diam, Ibu pergi dengan membawa uang hasil jualan tisu, Ibu pergi ke tempat sampah yang mereka maksud. Ibu bawa Zen yang tak sadarkan diri ke rumah ini, rumah teman Ibu yang tak pernah mengenal Suyatno, rumah orang tuanya Dina."Aku menelan saliva karena baru memahami jika sikap Dina yang demikian, mungkin karena Ia merasa punya andil atas keselamatan Zen. "Zen selamat kan? Meskipun tanpa rumah sakit, meskipun tanpa kepolisian. Coba kalau dibawa ke kedua tempat itu, bisa-bisa nyawa Zen malah melayang," sa
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

34. Teka-teki

Kakiku seolah terpaku di atas bumi saat melihat pemandangan yang tak mengerikan di hadapanku. Aku ingin segera berlari dan kembali mengunci pintu rumah saat melihat seseorang menginjak leher orang lain. Darah bercucuran dari orang yang kini keadaannya sangat mengenaskan. Untung saja, orang itu memunggungiku sehingga Ia tak melihat keberadaan ku. Apalagi, suaraku tadi tak terdengar olehnya. "Ada apa, Neng?" tanya bu Asih. Bukan hanya kaki, tapi mulutku juga terkunci. Aku tak mampu menjawab apapun. Pemandangan yang ku lihat terlalu mengerikan buatku. Bu Asih yang tak mendapatkan jawaban apapun, malah keluar dan memeriksa sendiri tentang apa yang terjadi. "Astagfirullah...!" Kalimat yang sama keluar dari mulut bu Asih dan kali ini dengan suara yang keras, membuat orang yang sedang melakukan penyerangan itu pun menoleh ke arah kami. Wajahnya sangar dan penuh bekas luka. Tindikan terlihat di telinga dan bibirnya. Tangannya
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

35. Dilarang Masuk!

Pov : Zen"Om yakin istriku aman di rumah Ibu?" tanyaku saat tubuhku sudah sempurna berada di dalam taksi. "Om sudah mengirimkan orang secepatnya ke sana. Sekalian, membawakan ponsel, makanan dan uang tunai." Pak Fandi menghembuskan nafasnya dalam-dalam, kemudian menoleh ke arah Zen yang duduk di sampingnya. "Biarkan istrimu tenang di rumah Ibumu, karena neng Lea juga punya masalah yang cukup pelik. Kalau saja masalah itu terkuak ke media dan tentang pernikahan kalian pun sama, maka bukan hanya bisa menghancurkan nama kamu sendiri, tapi juga nama Kesultanan Birania. Bahkan, nak Zen bisa-bisa tak dianggap layak untuk mendapatkan harta mendiang bu Alisa," ungkap pak Fandi membuat Zen menoleh ke arahnya. "Apa Om masih mencintai Mama?" tanya Zen membuat pak Fandi menelan salivanya. Pak Andi yang duduk di depan, di samping pengemudi taksi pun memasang kupingnya baik-baik. Sebagai orang kepercayaan yang membersamai pak Fandi puluhan tahun, Ia se
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

36. Siapa Dia, Om?

Pov : Zen (2) "Mohon maaf karena ini tidak ada kaitannya dengan Anda, kecuali jika Anda ikut campur maka Anda pun tidak bisa masuk!" ucap lelaki berseragam tersebut dengan tatapan mengintimidasi. Tangan kanannya Ia letakkan di pinggang, seolah Ia mau mengambil senjata yang Ia sampirkan di pinggangnya. Jelas, gerakannya seolah sedang mengancam. "Om!" Ku tarik lengan pak Fandi untuk menjauh dari mereka. Meskipun ku lihat mereka tersenyum sinis dan meremehkan, tapi untuk saat ini, mereka bukan tandinganku ataupun pak Fandi. "Zen, para pemegang saham sudah mulai kumpul di atas! Kita tak bisa tetap di sini, kita harus masuk!" pekik pak Fandi, meskipun langkahnya tetap terseret olehku. Aku tak mendengarkan ucapan pak Fandi karena merasa hal ini percuma. Aku terus menarik tangan pak Fandi, membawanya menjauh dari lobby utama. Pak Andi terus mengekori dari belakang, meski ada kekhawatiran yang Ia tampakkan saat majikannya terus ku seret.
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

37. Mau Pergi?

Pov : Zen (3) "Tapi Alea...? Alea dan Ibuku dalam bahaya, Om!" seruku lagi. "Pak Zen harus segera datang ke tempat meeting!" ucap Randi membuatku merasa ingin menggetok kepalanya. "Enggak bisa, Om. Aku harus mastiin keadaan Alea dan Ibu.""Tunggu!" titah pak Fandi membuatku menghentikan langkah. "Kita selesaikan dulu masalahmu sendiri. Kau mau jika semua harta Ibumu jatuh ke tangan nenek sihir itu? Jika kau pergi sekarang, bukan saja kau akan terlambat melakukan sesuatu, tapi kau juga tidak akan bisa melindungi mereka. Bayangkan jika wajah istrimu sudah bocor ke media dengan tuduhan... ""Oke. Ayo, kita harus segera ke atas!" potongku sebelum pak Fandi melanjutkan kalimatnya yang pasti tidak ku sukai. Meskipun begitu, apa yang diucapkannya benar adanya. Aku harus memiliki power jika ingin melindungi Ibuku. Juga Alea, Aku harus memiliki power untuk melindungi dirinya. Kedua lelaki berbeda generasi itu
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

38. Kepergian Dina

"Dina, kok ngomongnya begitu?" tanya bu Asih bernada kecewa. Dari gurat wajahnya yang telah memiliki banyak keriput, tentu saja bu Asih bersungguh-sungguh saat meminta gadis itu untuk tetap tinggal. Aku tahu jika bu Asih sangat menyayangi Dina seperti halnya Ia menyayangi Zen. Bahkan, bu Asih sangat tahu darimana asal-usul Dina. "Hemmhhh... begini Bu, rasanya Dina akan tetap aman karena mereka yang sedang mengincar rumah ini, tidak mengincar Dina. Kemarin kan Dina pulang, karena Ibu bilang kalau kak Zen harus menikahi Dina agar mendapatkan haknya. Sekarang, Dina sudah tak diperlukan di rumah ini, banyak pekerjaan Dina yang terbengkalai di tempat kerja. Jadi, Dina mau pulang buat menyelesaikan semua pekerjaan Dina yang sempat tertunda," ucap Dina lebih pelan. "Tapi Nak... Ini udah maghrib. Orang pada pulang dari tempat kerja, kenapa kamu malah baru berangkat?""Bu, tempat kerja Dina kan paling satu jam nyampe. Lagipula, di sana Dina ada tempat buat bermalam, ada mess. Ibu juga tahu i
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

39. Amarah bu Asih

"Apa maksudnya polisi mencarimu? Wartawan-wartawan itu mencari berita tentangmu?" tanya bu Asih masih dengan tatapan nyalang. "Lea bisa jelaskan, Bu." Aku meringis karena merasakan perih karena luka di hati yang menganga, seolah kembali menemukan cuka. "Jadi benar apa yang dibilang sama Dina, kalau kamu adalah seorang pel4*ur?" tanya bu Asih tanpa tedeng aling-aling. "Astaghfirullah. Enggak begitu, Bu. Aku enggak seperti yang Ibu tuduhkan, enggak seperti yang Dina tuduhkan. Fitnah itu, Bu. Fitnah," sangkalku seraya menangis tersedu. Entahlah, rasanya hatiku begitu teriris saat disebut bahwa Aku seorang pel4*ur alias penjaja diri, seolah-olah apa yang dituduhkan padaku benar-benar terjadi. Meskipun sebenarnya kasusku adalah dinikahi, tapi berdasarkan jumhur ulama (kesepakatan) mayoritas ulama bahwa kawin kontrak (nikah mut'ah) itu hukumnya haram. Jadi, apa bedanya dengan Aku yang menjajakan diri, karena meskipun di sana ada pernikahan tapi status haram nya pernikahan itu tak membua
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

40. Kedatangan Orang Lain

"Sshhh... Sshhh...!"Aku dan Awan menoleh, mencari sumber suara. Dari dalam rumah yang tak memiliki teras, tepat berada di depan gang tempat Aku dan Awan berdiri, ada seorang bocah laki-laki melambaikan tangannya, dengan pintu yang sedikit Ia buka. "Sini!" ucapnya pelan. Tanpa pikir panjang, Aku dan Awan langsung mengikuti titah bocah lelaki itu, dan masuk ke dalam rumahnya. "Makasih ya, Dek!" ucapku pelan. Sedangkan Awan, Ia tak mengucapkan sepatah katapun. Ia hanya memindai seluruh ruangan yang berukuran sekitar empat kali empat. Bocah lelaki itu langsung menutup kembali pintu rumahnya, kemudian mengunci nya dari dalam. Aku bernafas lega karena sudah berada di ruangan ini, saat di gang yang berada tepat di depan rumah ini, dilewati oleh polisi yang berjumlah tiga orang, dengan membawa senjata api. Nafasku serasa berhenti sampai ketiga polisi itu betul-betul melewati rumah ini. Aku luruh
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status