All Chapters of Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil: Chapter 11 - Chapter 20

41 Chapters

Berdua

"Cari apa, Kak?" Tanya Ayana."Cari yang segar-segar." Jawab Zidan singkat.Ayana tampak berpikir sejenak."Apa itu yang segar-segar?" Tanya Ayana dengan tangannya bergerak menyiapkan gelas kosong berikut dengan teh dan gula."Tidak tahu nih, ternyata dikulkas tidak ada yang segar-segar." Jawab Zidan dengan wajah kecewa karena ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan."Beli saja, Kak!" Perintah Ayana.Ayana menuangkan air panas kedalam gelas panjang, dan kemudian ia mengaduknya."Temani aku, yuk!" Ajak Zidan kepada Ayana.Ayana langsung membuka matanya dan menatap kearah Zidan."Tidak salah, Kak?" Tanya Ayana terkejut.Zidan pun berdiri dari posisi semula."Kenapa memangnya? Apa yang salah?" Zidan balik bertanya."Kan kita bukan mahrom, Kak. Tidak baik juga kalau pergi, apalagi aku seorang Isteri yang memiliki suami." Jelas Ayana.Zidan terkekeh melihat ekspresi Ayana."Ya ampun, Za. Percaya sekali, aku hanya bercanda, Za. Tidak mungkin juga aku mengajak Isteri adikku sendiri. Apa ka
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bahagia

"Sudah mengaku saja, Za!" Zidan bertanya kembali."Kakak, kenapa sih? Suka sekali gangguin aku!" Ayana menghardik Zidan dengan menghentakkan kakinya diaspal.Zidan menggelengkan kepalanya."Hahaha, kamu kepe-dean ah, Za. Sudah lah, aku duluan saja kalau dituduh mengganggu kamu!" Zidan melangkahkan kakinya lebih cepat sehingga Ayana jauh tertinggal.Ayana teramat kesal dengan sikap Zidan yang semakin hari semakin jahil saja terhadapnya."Awas ya, Kak! Aku aduin kamu pada Mas Fahmi!" Ancam Ayana pada Zidan."Haha, silahkan saja, Za! Aku tidak takut!" Zidan berlari meninggalkan Ayana.Ayana mengejar Zidan dengan berjalan lebih cepat. Karena hari sudah sangat malam.Jalanan komplek juga sudah sangat sepi."Aaarrrggghhhhh.... Kak Zidaaaaannn!!!!"***"Assalamu'alaikum, Sayangku. Ayo bangun! Sudah waktunya sholat subuh." Bisik Fahmi kepada Ayana dengan tertidur pulas.Samar-samar Ayana mendengar suara Fahmi dalam tidurnya.Ia menggeliat dan membuka matanya yang masih terasa berat.Ketika ia
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Ditinggal Umroh

"Kenapa kamu senyum-senyum, Sayang? Kamu bersedia?" Fahmi memperhatikan wajah Ayana yang terlihat bahagia."Alhamdulillah, aku bersedia. Aku memang sangat merindukan suasana Pesantren. Terasa hangat dan ramai. Aku jadi tidak kesepian." Jawab Ayana dengan senyuman lebarnya sehingga deretan gigi putihnya terlihat sangat jelas.Zidan melirik wajah Ayana dan ia pun terpesona oleh senyuman Ayana.Sangat cantik!"Syukurlah kalau begitu. Tapi, ingat ya. Jangan terlalu kecapaian. Kamu juga tetap harus fokus untuk memberikan cucu buat Ibu." Bu Fatimah memberikan sebuah peringatan agar Ayana jangan terlalu kelelahan untuk berjuang demi memberikan dirinya cucu.Sontak wajah yang ceria seketika mengendurkan senyumannya kemudian Ayana melirik kearah Fahmi.Fahmi pun melakukan hal yang serupa."Baik, Bu. Semoga disegerakan ya, Bu." Sahut Ayana agar Bu Fatimah tidak berlarut-larut dalam penantian seorang cucu."Oh iya, sudah malam, Bu. Ibu ingin istirahat? Ayo Zidan antar ke kamar, nanti sakitnya ka
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Pulang Umroh

"Kenapa sih otakku memikirkan Ayana terus? Duh, menjadi tidak konsen begini!" Gumamnya lirih.Kemudian ia bangkit dari posisi semula, ia menuruni anak tangga dan berjalan kearah dapur.Ia mengambil sebuah cangkir dan ia tuangkan gula serta kopi hitamnya.Zidan menuangkan air panas, kemudian ia mengaduknya dengan perlahan.Wajah Ayana hadir kembali dalam pikirannya, senyuman Ayana tergambar jelas dalam ingatannya.Ia mencoba flashback ketika ia masih menjadi seorang santri dan Ayana masih menjadi gadis kecil yang masih berpakaian sederhana apa adanya.Belum mengenal kata dandan atau mempercantik diri."Ya Allah, mengapa bayangan Ayana hadir terus dalam benakku? Apa yang harus aku lakukan? Semakin aku ingin menghilangkannya, malah semakin nyata!" Ucap lirih Zidan dengan berjalan menuju kamar Bu Fatimah.Zidan mengintip apakah Bu Fatimah masih terjaga? Namun, ternyata Bu Fatimah telah beristirahat.Ia berjalan kembali menuju kamarnya dan menyelesaikan untuk mengoreksi tugas para Mahasisw
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Kesepian

"Kak, Zidan. Bagaimana kabarnya?" Fahmi menyalami Zidan. Dengan mencium punggung tangan Zidan, dan kemudian berpelukan."Alhamdulillah, sehat. Kamu apa kabar selama disana?" Zidan bertanya kepada Fahmi."Alhamdulillah, Kak. Kami baik-baik saja." Jawab Fahmi.Zidan menangkupkan kedua tangannya didepan dada dengan memandang Ayana, begitu juga sebaliknya, Ayana juga melakukan hal yang sama."Alhamdulillah, Kamu sendiri apa kabar, Ayana?" Zidan memandang Ayana penuh dengan rasa kerinduannya.Ayana tersenyum dan berseru."Alhamdulillah, seperti yang Kak Zidan lihat saat ini. Aku baik-baik saja." Ayana terlihat lebih sumringah.Karena akhirnya ia dan Fahmi telah pulang serta dapat berkumpul kembali dengan keluarganya."Syukurlah, kalau begitu kalian istirahat saja, sembari menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh Kak Nabila." Zidan menawarkan hidangan lezat yang telah Nabila masak sejak selesai sholat subuh."Iya, ayo dimakan! Aku sudah masak, lho. Kalian harus cicipi masakan aku. Jaran
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Pesantren Ar-Rahman

"Zaaa.. Kita pindah yuk!" Ajak Zidan ketika membangunkan Ayana kembali, barangkali Ayana langsung terbangun.Nyatanya, Ayana masih tetap pulas.Zidan merapihkan semua barang-barangnya, karena ia hendak beristirahat juga."Zaaa, maaf ya! Terpaksa aku harus membopong dan memindahkan kamu ke kamar! Tidak apa-apa kan, Za?" Bisik Zidan pada telinga Ayana, tubuh Ayana telah melayang di udara.Ia telah digendong oleh Zidan, namun Ayana masih sangat pulas, ketika Zidan menggendongnya menuju kamarnya.Setiap inchi wajah Ayana, Zidan terus memperhatikannya dengan seksama.Zidan begitu berjalan sangat hati-hati, ia tidak ingin membangunkan Ayana yang sedang tidur cantik.Sesampainya di kamar, Zidan membaringkan Ayana di ranjang, kemudian Zidan menarik selimut untuk menutupi tubuh Ayana."Selamat tidur, Za. Semoga mimpi yang indah!" Ujar Zidan hendak pergi meninggalkan Ayana di kamarnya.Ia memperhatikan wajah Ayana yang polos namun cantik.Selang beberapa menit, Zidan pun pergi meninggalkan Ayan
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Sebuah Kekhawatiran

"Ih, Kak Zid. Tidak apa-apa lah aku sekali-sekali membantu. Siapa tahu, selang dua hari atau tiga hari, kamu sudah menemukan untuk bagian perdapuran." Bantah Ayana.Zidan menarik napas panjang, rasanya ia sangat gemas sekali dengan Ayana."Tidak, Ayana. Tidak!""Mohon maaf, Ustadz, Umi. Maaf jika saya memotong pembicaraan Ustadz dan Umi. Apakah tidak sebaiknya kalian menikah saja? Sepertinya kalian lebih cocok untuk menjadi pasangan hidup!" Ujar Kamal tiba-tiba.Sontak Zidan dan Ayana melotot kearah Kamal.Yang lainnya pun menahan tawanya."Apa kamu bilang, Mal?" Zidan bertanya menyelidik.Kamal pun menggaruk kepalanya dengan perasaan was-was karena sepertinya ia telah salah bicara."Iya, kamu bilang apa?" Cecar Ayana.Kamal pun meringis."Maaf! Ustadz, Umi. Saya hanya bercanda!" Ucap Kamal dengan menangkupkan kedua tangannya lebih tinggi hingga menutupi wajahnya.Zidan dan Ayana mendengus kesal."Ya sudah, hari sudah sore. Kalian boleh berkemas-kemas dan segera pulang. Besok pagi, ja
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Dilema

"Kak Zidan khawatir ya sama aku?""Khawatir? Tidak kok, biasa saja." Zidan mencoba berbohong, namun sikapnya tidak dapat dibohongi."Ah, yang benar?" Ledek Ayana kembali.Zidan menjadi salah tingkah."Benar, Za. Aku biasa saja." Sahut Zidan kembali."Yakin? Terus kenapa sampai bela-belain menghampiri aku sudah malam-malam begini?" Ayana bertanya kepada Zidan membuat Zidan mati kutu.Deg.. (Please, Za. Jangan aku tanya hal yang aneh-aneh. Aku tidak bisa menjawabnya) batin Zidan."Tidak apa-apa, ya sudah. Aku ke kamar dulu ya. Ingin istirahat. Kamu juga jangan tidur malam-malam. Besok kita berangkat pagi-pagi." Ucap Zidan hendak berjalan menuju kamarnya."Baik, Kak."Ayana masuk kembali kedalam kamarnya ketika Zidan sudah hilang dari pandangannya.Ia pun tersenyum melihat tingkah Zidan.***"Permisi Ustadz Zidan, ini laporan pendaftaran santri dan santriwati di Pesantren kita." Agata menyerahkan daftar nama para calon santri dan santriwati."Baik, Agata. Syukron. Wah, alhamdulillah ya,
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

Pengajar Baru, Bernama Difa Azahra

"Ya ampun, sudah jadi kakek-kakek dong kamu nanti. Waktuku bersama kamu tersita selama itu, ya Allah. Lama sekali!" Ayana terlihat sedang berpikir masa muda nya tersita begitu banyak.Padahal ia sangat menginginkan, hari-hari bersama Fahmi hingga sampai kakek dan nenek.Namun, diusia Fahmi nanti menjadi kakek-kakek pun, akan tetap masih bertugas sebagai Pilot."Hahahaha, memang itu sudah menjadi profesiku, sayang!" Peluk Fahmi pada tubuh Ayana."Apakah bisa, jika sebelum usia enam puluh lima tahun seorang pilot mengundurkan dirinya?" Tanya Ayana kepada Fahmi.Fahmi mengerutkan dahinya."Bisa, jika kondisi kesehatan pilot kian menurun dan tidak dapat terbang dalam jangka panjang. Dikatakan, sang pilot bermasalah dengan kesehatannya dalam waktu yang begitu lama." Jelas Fahmi."Oh begitu, ya sudah deh. Pekerjaan itu sudah menjadi keinginan kamu sedari kecil. Aku sebagai isteri hanya bisa memberikan support dan do'a yang terbaik untuk kamu. Yuk, kita istirahat." Ayana tampak membalas pelu
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Merasa Tersaingi

"Cantik, lumayan manis juga." Zidan sengaja menjawabnya, agar ia dapat melihat ekspresi wajah Ayana akan berubah atau tidak.Benar saja, Ayana yang semula berseri-seri, kini berubah sedikit masam.(Yes, apakah kamu cemburu, Za?) Batin Zidan terkekeh."Kenapa, Za? Ada yang salah, kah?" Imbuh Zidan.Ayana membuang wajahnya."Mengapa kamu tidak menikah saja dengannya?" Ayana berdiri dari duduknya kemudian ia pergi meninggalkan Zidan, Ayana berjalan menuju parkiran."Maksud kamu? Za.. Tunggu.. Maksud kamu apa?" Zidan mengejar Ayana yang sudah sampai di parkiran.Namun, ketika Zidan mengejar Ayana. Datanglah Difa yang hendak pulang juga bersama dengan Kamal dan Agata, namun mereka menghentikan langkah mereka lalu melihat Zidan mengejar Ayana dari kejauhan."Eh, Kyai mengejar siapa itu?" Bisik Difa kepada Kamal dan Agata."Tuh, lihat saja. Siapa yang sudah berdiri didekat mobil." Tunjuk Kamal mengarah kepada Ayana."Siapa dia?" Difa bertanya dengan penasaran."Itu yang namanya Umi Ayana."
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status