Home / Romansa / Nanny Kesayangan Mas Duda / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Nanny Kesayangan Mas Duda: Chapter 31 - Chapter 40

49 Chapters

Bab 31: Calon Keluarga Bahagia

Ini gila, batin Laura meneriaki dirinya yang malah justru sangat menginginkan dan membalas Ivan dengan perlakuan yang sama. Nalurinya bekerja dengan baik walau ia belum pernah sama sekali melakukannya.Ada gelenyar aneh yang tidak pernah Laura rasakan sebelumnya. Untuk sejenak, mereka melepaskan pertautan bibir mereka untuk mengatur napas yang terengah-engah, tak beraturan.Walau sebenarnya, ada rasa tak rela dalam hati Laura untuk melepas. Dalam pikirannya yang berkabut, tentu saja dia menginginkan lebih.Dalam posisi yang sebegitu dekat, Ivan berkata dengan lirih, “Kenapa dengan bibir saya?” tanyanya lantaran Laura seperti enggan berpaling menatap bibirnya.“Mau lagi?” tanpa menunggu persetujuan, Ivan kembali menyatukan bibir mereka dan membuat Laura semakin melayang, mabuk kepayang.Oh, jadi begini rasanya berciuman? Batin Laura bertanya-tanya. Ternyata sangat indah sekali dan pantas bila sebagian orang mengatakan, sentuhan lawan jenis adalah candu.Semakin kita menjelajah, akan se
last updateLast Updated : 2024-01-05
Read more

Bab 32: Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya

“Nama saya Nia. Saya baru di sini, Pak,” jawab perempuan tersebut.“Siapa yang memasukkanmu ke sini?” tanya Ivan dengan suara dinginnya seperti biasa. Bukan hal yang mudah baginya bersikap lebih lembut kepada orang yang belum dia kenal.“Mbak Mira, Pak.”“Tolong panggilkan Mbak Mira ke sini,” titahnya seraya menggerakkan tangan.“Mbak Miranya sedang menemani Bu Laura pergi, Pak. Karena kakinya masih sakit.” “Katanya masih sakit, kenapa masih pergi-pergi juga?” Bukan hanya itu saja yang membuat Ivan kesal, tetapi juga kecerobohan mereka yang meninggalkan orang baru sendiri di rumah ini.Bagaimana kalau dia bukan orang baik-baik? Lantas menyelakai mereka atau membuat jebakan di rumah ini tanpa mereka ketahui?Kecurigaannya juga semakin bertambah manakala Ivan melihat baju kurung berwarna gelap yang dia kenakan.Rapat sekali seperti seorang ter0ris. Demikian Ivan berpikir. Astaga, seburuk itu prasangkanya!“Dari mana kamu berasal?”“Saya tetangga Mbak Mira. Tidak jauh dari rumahnya.”“
last updateLast Updated : 2024-01-05
Read more

BAB 33: Kesempatan Paling Langka

“Cepat, Ra!” panggil Ivan tak sabaran.“Iya ... iya sebentar, ya ampun laki-laki nggak sabaran banget, orang cuman mau ke Hotel juga ngapain buru-buru. Lagian acaranya juga besok,” jawab Laura menggerutu.Sementara matanya tak lepas dari cermin kecil, tampak fokus dan berhati-hati agar dirinya tidak salah dalam mengaplikasikan lipstik berwarna merah menyala tersebut di bibirnya.Tanpa Laura sadari, gadis itu memang cenderung lebih menyukai lipstik yang berwarna agak bold daripada berwarna soft.Sangat mencerminkan kepribadian yang tegas dan berani. Namun walau begitu, Laura masih berada dalam batas wajarnya, menyesuaikan tempat yang akan dia datangi.“Laki-laki mah enak, nggak ngapa-ngapain. Kalau mau pergi ya pergi aja nggak mikir apa-apa. Sementara aku, harus beresin itu, harus beresin ini, bawa itu, bawa ini. Belum lagi mikirin kebutuhan dia,” Laura melirik ke kepala anak kecil di sampingnya, “jadi cewek kan memang banyak ribetnya.”“Sabar,” hanya itu yang dapat Ivan katakan lantar
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

Bab 34: Kalian Tidak Akan Bertunangan

Hiruk pikuk terjadi di kamar yang Laura dan Ivan tempati. Kedatangan MUA di kamar itu mengobrak-abrik isi dalam kamar yang memang sebelumnya masih berantakan karena belum dibereskan.Lah, bagaimana mau dibereskan wong Laura dan Ivan saja bangun jam tujuh, sedangkan Kenzo bangun jam delapan. Beruntung MUA datang lebih pagi. Kalau tidak, sudah dijamin pasti mereka akan telat segala-galanya.Tetapi anehnya, kenapa justru Laura merasa senang? Oh, jadi begini, ya. Rasanya tidur bersama pasangan? Kenapa rasanya nyaman sekali, membuat tidurnya benar-benar nyenyak sampai kesiangan.Setelah mandi pagi, wajah Laura langsung ditimpa make up oleh tangan dingin seorang MUA kondang langganan para artis.Dengan lihainya MUA itu menyulap wajahnya menjadi sangat cantik dan flawles. Tetapi masih terlihat natural, tidak menor dan tidak berlebihan.Sedangkan Ivan, pria itu mengaku sedang ketiban sial lantaran harus mengurus anaknya sendiri tanpa bantuan siapa-siapa. Semua orang sudah sibuk dengan urusann
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

Bab 35: Yang Katanya Menikah

Meski sama-sama terkejut, tetapi keduanya mempunyai batin yang berbeda. Jika Laura berulang kali mempertanyakan hal ini--Ivan justru tidak.Pria itu rasanya malah ingin melompat ke atas meja karena terlalu exited, sehingga hampir tidak bisa menahan dirinya untuk ber-selebrasi.Menang tender ratusan juta atau miliaran tidak ada apa-apanya baginya dibandingkan dapat hadiah seorang istri.“Astaga, Papa, Om. Kenapa bisa begini? Rencana kita cuma mau tunangan, ya kan?” Laura menoleh kepada Ivan yang sedang mati-matian menahan senyum bahagianya.“Kok kamu senyum-senyum?” tanya gadis itu curiga.“Siapa yang senyum-senyum?” elaknya begitu kentara, “tidak.”“Bohong. Ini rencanamu, ya?” tanya Laura lagi.Ivan menggeleng. Dia memang tidak merencanakannya sama sekali. Dia hanya mensyukuri apa yang Tuhan berikan padanya. Itu saja.“Papa melakukan yang terbaik untuk kalian berdua. Kalian tinggal satu rumah. Siapa yang dapat menjamin kalau kalian tidak berbuat apa-apa,” tegas Adinata.“Papa!” protes
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

Bab 36: Mereka Kelewatan

“Dasar Om tua!” maki Laura sedikit menoyor mulut Ivan yang maju meminta dicium, tanpa memedulikan sedikit pun orang yang berlalu lalang di sekitar mereka. Ivan tersenyum menggoda, “Kiss saja, Rara sayang. Biar dapat pahala.”“Pahala, pahala modus,” ujarnya seraya berjalan menuju ke lift. Hendak masuk ke dalam kamar hotel, dibuntuti oleh Ivan di belakangnya.“Pelan-pelan saja jalannya. Tujuan kita kan sama.”Laura menoleh melihat suaminya yang hari ini sangat tampan itu. Style rambut dan setelan jasnya yang kekinian membuat Ivan terlihat lima tahun lebih muda.“Sama-sama ke surga,” lanjut Ivan lagi.“Oh, iya, kartu kita mana?” Laura meraba-raba tasnya untuk mencari kartu akses masuk.“Punya saya juga ketinggalan. Tapi Deni masih ada di sana. Kamu tidak perlu khawatir.”“Ya sudah,” kata Laura sedikit tenang.Beruntung di dalam lift itu sudah terisi banyak orang, jadi mereka tidak perlu menggesekkan kartu lagi.Memang seperti ini kalau menyewa tempat di penginapan-penginapan berbintang l
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

Bab 37: Ditinggal Pergi

Seperti inilah malam pertama yang dilakukan oleh Ivan dan juga Laura. Setelah mereka puas tertawa karena kekonyolannya, keduanya lantas kembali mencari tujuannya dengan lebih sungguh-sungguh.Bertepatan dengan itu, Deni pun juga mencarinya sehingga membuat mereka bertemu di pertengahan.Ketiganya berjalan menuju ke arah yang sama sembari berbincang sebentar. Ivan mengucapkan rasa terima kasihnya karena Deni sudah banyak sekali membantunya hari ini.Dan sebagai gantinya, dengan suka rela Ivan memberinya reward, untuk liburan ke luar daerah seperti yang Deni minta.“Labuan Bajo ya, Pak.”“Ya, silakan. Pakai dana yang biasa kamu pegang saja dulu,” jawab Ivan.“Ini kamu nikah atau kami, sih?” protes Laura.“Hihi. Ya, kalau ibu mau tinggal minta sama Pak Ivan, Bu,” jawab Deni.“Ah, minta sama dia mah harus ada timbal baliknya.” Laura melirik ke samping. Sedang yang dilirik hanya datar-datar saja walau dalam hati merasa dongkol karena tidak bisa mendalami perannya sebagai seorang suami di m
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

Bab 38: Sebenarnya Papa Tidak Bangkrut

Setelah panggilannya dimatikan. Laura bergerak cepat untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tak sabar ingin segera memberitahukan hal penting ini kepada suaminya.Karena belum tentu dia tahu mengenai kabar pernikahan tersebut. Sebab tadi siang, dia mengatakan sedang terjun langsung ke lokasi proyek karena ada kendala yang mengharuskannya datang ke sana.Jangankan dihubungi, dikirim pesan pun tidak dibaca.“Ken sekarang udah bersih, udah wangi. Jadi nggak boleh main kotor-kotoran lagi, ya. Mommy setelin kartun yang seru, oke?” ucap Laura setelah memakaikan baju kepada anak tirinya.Membalutkan pakaian hangat untuknya agar tidak masuk angin setelah lama bermain di kolam renang. “Iya, Mommy,” jawab anak itu menurut. Tak lupa Laura juga memberikannya dot susu agar Kenzo minum sendiri sambil menonton.Sudah menjadi semacam kebiasaan—sembari menonton, susu itu akan terus menempel di mulut kecilnya tanpa menyadari bahwa isinya sudah benar-benar habis.Setelah merasa semua aman terkendali, Laura l
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

Bab 39: Akad Nikah Fero

Laura masih terdiam dalam keterkejutannya. Gadis itu ingin berbicara, tetapi tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Lidahnya terlalu kelu.Dalam hati ia masih saja terngiang kata-kata Papanya barusan—bahwa beliau tidaklah bangkrut seperti apa yang selama ini beliau ceritakan.Ketiga temannya itu saling menatap secara bergantian. Bagaikan tertampar benda keras. Kenyataan ini sangat membuat mereka terkejut.“Ada masalah apa anak saya pada kalian?” tanya Adinata.Sunyi.Semua diam tak menjawab.“Ada masalah atau tidak?!” katanya lagi dengan suara yang menyentak.“Tidak ada Om,” jawab salah satu perwakilan. Yakni Dewa. Laki-laki satu-satunya yang berada di sana. Dari penampilannya pria itu sedikit terlihat lemah gemulai.“Kalau Laura tidak mempunyai masalah kepada kalian, tidak berbuat jahat pada kalian, lantas apa yang membuat kalian mengejek putri saya sampai seperti ini?” kata Adinata dengan suara yang masih meninggi.“Bukankah kian dulu berteman baik? Laura ini baik kepada kalian semua
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Bab 40: Akad Nikah Fero

Acara berlangsung begitu singkat. Setelah ijab kabul dan berbagai macam prosesinya selesai, semua orang membubarkan diri dari pelataran masjid tersebut hingga menyisakan keluarga inti saja. Yakni, sepasang pengantin baru, Wijaya, Adinata, Ivan, Laura dan juga Kenzo. Mereka berkumpul di karpet yang paling dekat dengan pintu, menikmati camilan-camilan yang tersisa.“Mau ke mana setelah ini, kamu Ra?” tanya Yuna. Mereka duduk bersebelahan. Sementara para orang tua berkelompok sendiri membicarakan dunia senja mereka.“Aku mau pulang,” jawab Laura seraya menoleh kepada suaminya, “ngantuk dia.”“Lembur?” tanya Fero dengan maksud yang tentu saja Ivan ketahui mengarah ke mana.“Ya, lembur di luar kota. Jangan mikir yang macam-macam,” sahut Ivan tak lama kemudian.“Mikir macam-macam juga nggak papa, kalian sudah sah kan, Bang. Kami juga tahu.”Yuna langsung menyenggol lengan Fero. “Mereka itu beda sama kita,” bisiknya dengan sangat lirih, hampir tak terdengar. "Nggak mau makan dulu bareng ki
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status