Selamat membaca!Viola coba menerima. Teringat perkataan Tari sebelum keluar dari mobil. Namun, sekeras apa pun gadis itu mencoba, rasanya teramat menyakitkan. Sungguh tak mudah. Baginya begitu sulit mendapati kenyataan di tengah kebahagiaannya. Terlebih Viola tahu saat tiba di rumah nanti, Renata dan putrinya ada di sana sesuai perintah Devan."Viola, kamu nggak apa-apa, kan?" Devan bertanya. Melihat Viola dari kaca tengah hanya termangu diam tanpa kata."Ingat kata pepatah, Viola! Jika lo mencintai seseorang, lo juga harus bisa menerima masa lalunya." Viola coba bermonolog. Meyakinkan diri bahwa itu hal yang masih bisa diterima. Namun sekali lagi, untuk gadis yang baru berusia 21 tahun, hal itu terasa begitu sulit, apalagi ia merasa jika Renata masih menyimpan perasaan pada Devan. Ya, hanya dari tatapan mata saat menatapnya, Viola tahu jika Renata menganggapnya seperti sebuah gangguan."Terus untuk apa Pak Devan meminta mereka datang ke rumah?""Kamu kan istri saya. Apa salah, kalau
Read more