Home / Romansa / Istri Best Seller / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri Best Seller : Chapter 31 - Chapter 40

100 Chapters

Rencana Tersembunyi

Satu tendangan menjatuhkan pria yang hendak meniduri Bunga. Tubuh pria bejat itu terdorong ke meja sampai menjatuhkan lampu meja ke lantai dan membuat Bunga tersadar dari pingsannya. Situasi itu sekejap membuatnya kaget dan bingung, ia kembali mengingat kejadian sebelumnya di mana ada seseorang yang menabraknya dan membekap mulutnya dengan kain."Haidan," lirih Bunga saat menyadari pria yang menendang pria bejat itu adalah temannya. "Kamu baik-baik saja? Dasar pria bejat," cercah Haidan dan berlari menghampiri Bunga setelah memukuli pria itu.Haidan membantu Bunga bangkit dari kasur, ia mengambil tas di atas meja dan merangkul pinggang wanita itu, mengajaknya keluar dari kamar tersebut. "Apa pria itu ingin …." Bunga sengaja menggantungkan perkataannya setelah berada di dalam lift yang akan membawa mereka ke lobi."Jangan pikirkan itu. Sekarang kita temui keamanan hotel untuk menangkapnya sebelum keluar dari hotel ini," kata Haidan dengan napas masih terengah-engah.Setelah keluar da
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

Di Rumah Panggung

Bunga kedinginan hebat karena cuaca yang tidak kondusif, kedua tangannya mencengkram erat dalam pelukan Kafkha yang cemas melihat kondisinya. Wanita tua pemilik rumah itu membawakan secangkir air panas kepada Kafkha untuk diberikan kepada sang istri."Pakaikan ini padanya," kata wanita tua itu sambil menyodorkan selimut tebal. "Dia demam. Tubuhnya juga berkeringat dingin," kata wanita paruh baya yang tadi sempat berbicara bersama Bunga di kapal."Kamu baik-baik saja? Bunga …," panggil Kafkha kepada sang istri yang tampak separuh tidak sadar. Hari sudah malam. Di rumah itu hanya diterangi oleh tiga lampu strongking yang tergantung di beberapa sudut rumah. "Mama …," Bunga meringis dalam kesadaran yang mulai menghilang."Mama baik-baik saja," ucap Kafkha dan memeluknya erat dalam pangkuannya dan mengecup dahi istri itu. Wanita tua pemilik rumah itu mengaplikasikan kebolehannya menangani Bunga dengan membuatkan minuman obat tradisional yang bisa meredakan demam. Obat yang pasti terasa
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

Isak Tangis

Setelah sampai di pelabuhan, Bunga bergegas mengambil ponsel dari tas. Ia menekan tombol power pada sisi kanan ponsel. Tapi, layar tidak menyala karena kehabisan baterai. Bunga menjadi kesal. Kafkha berjalan mendekatinya, ia memberikan ponselnya kepada istrinya itu setelah sadar dengan kekesalan yang terukir di wajah Bunga. "Gunakan saja," suruh Kafkha sambil menyodorkan ponselnya.Bunga mengambilnya dan menyalakan ponsel Kafkha. Terdapat beberapa kali sambungan tidak terjawab dari Jelita di telepon itu sejak kemarin. Kafkha tidak sadar karena ponsel kehilangan jaringan. "Mama Jelita menghubungimu sejak kemarin. Apa sesuatu terjadi di rumah?" duga Bunga dengan perasaan semakin tidak sedap. Bunga menghubungi kembali nomor Jelita. Sambungan teleponnya langsung bersambar, terkoneksi dengan sambungan telepon mertuanya itu. "Halo?" Bunga bersuara lebih dulu."Kalian cepat pulang. Kondisi Murni memburuk. Kemarin siang dia masuk rumah sakit karena tiba-tiba serangan jantung. Pagi ini di
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

Kesedihan Mendalam

Ditinggalkan oleh satu-satunya orang yang melihat perjuangannya dalam melawan garis kehidupan yang menyulitkan, sesak bagi Bunga untuk bisa bernapas lega. Dalam diam ingatannya berputar, mengingat masa itu, saat dirinya menghabiskan waktu bersama sang ibu yang kini akan dikuburkan di salah satu tempat pemakaman umum yang juga mengubur tubuh sang ayah yang meninggal ketika dirinya masih kecil. Kuburan itu dibuat bersanding, tidak menyulitkan Bunga untuk berziarah nantinya. Air mata masih membanjiri pipinya, sampai matanya merah seperti udang yang dibakar, begitupun dengan hidung yang merah seperti terkena paparan cahaya matahari yang panas. "Tenang, Sayang. Kamu tidak sendiri, Mama, Kafkha, dan Raisa ada bersamamu," ucap Jelita, kembali menenangkannya yang berdiri di tepi kuburan, memperhatikan beberapa orang memainkan cangkul menutup lubang yang sudah dibuat berbentuk persegi panjang itu. Tubuh Bunga terjatuh dalam kelemahan sambil menangis. Ia tidak bisa menahan air mata kesedihan
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more

Tidak Sabar Menemuinya

Kafkha tidak bisa menahan diri diam saja menjelang besok setelah mengetahui ada orang yang mirip dengan mendiang istrinya itu di rumah sakit. Malam-malam ia mengemudikan mobil dalam kecepatan kencang menuju rumah sakit. Setelah memarkirkan mobil di halaman tempat kerjanya itu, ia bergegas masuk untuk menemui resepsionis rumah sakit untuk bertanya mengenai Marissa dengan memperlihatkan fotonya. "Iya. Tadi saya melihatnya ke sini," kata resepsionis rumah sakit yang berjenis kelamin wanita. "Dia sakit atau ada orang yang dibawanya ke rumah sakit?" tanya Kafkha, terlihat tidak sabar mendengar jawaban lawan bicaranya itu. "Dia hanya demam biasa. Tidak salah namanya Risa," kata resepsionis rumah itu dengan raut wajah tampak mengingat. "Risa? Kamu bisa kasih alamatnya kepada saya? Kebetulan, saya ada urusan penting dengan wanita itu," kata Kafkha."Bisa dokter. Dia ...." Wanita berpakaian rapi dalam seragam kerja rumah sakitnya itu memeriksa buku yang merupakan tempat di mana data-data pa
last updateLast Updated : 2023-12-16
Read more

Risa Di Antara Mereka

Kafkha membuka pintu kamar Bunga, ia memperhatikan suasana luar yang membuat Bunga ikut merasakan keheningan yang aneh itu. Ia memiringkan kepala, melihat wujud Risa di depan pintu dengan Jelita yang masih tampak kaget dengan wajah wanita itu yang mirip seperti menantunya."Risa?" "Kamu ternyata di sini. Kamu sedang apa di sini?" tanya Risa, memperlihatkan wajah bingung. Kafkha menoleh ke belakang, ia menarik pintu sambil melangkah keluar, menutup pintu itu dan beralih tangannya memegangi kedua bahu Risa. "Istirahat di kamar dulu," kata Kafkha."Tidak mungkin. Marissa sudah meninggal dan Mama melihat dengan mata kepala sendiri kamu memasukkan ke liang lahat saat itu," kata Jelita, tersenyum miris sambil menggelengkan kepala karena tidak percaya.Risa menurunkan pandangan, menunjukkan raut wajah sedih. Kafkha ikut bersedih melihat ekspresi itu, ia mengajak Risa kamar yang ditempatinya sebelumnya. Kafkha membantu Risa sampai membaringkan tubuh ke atas kasur dan menyelimutinya."Kamu
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more

Karakter Utama

Bunga memilih diam di kamar daripada berkeliaran di bawah, melihat wujud Risa yang terasa menjadi pengusik jiwanya. Ia duduk dengan punggung bersandar ke bantal yang ikut menyandar ke kepala ranjang bersama tangan memainkan laptop, melanjutkan cerita novel yang baru ditulisnya beberapa Minggu lalu mengenai pernikahannya dan Kafkha. Novel yang masih berada di konflik awal itu masih belum berkepala, berjudul, karena Bunga' tidak tahu judul yang pas untuk ceritanya itu. Sudah beberapa bab yang ditulisnya. Tulisan itu berakhir di bab karakter utama pria bertemu dengan karakter wanita yang dicintainya, maksud Risa, dan perlahan melupakan karakter wanita yang sebelumnya dianggap sebagai karakter utama wanitanya, yaitu dirinya. Semua alur yang ditulis sama seperti cerita dan Kafkha. "Entahlah. Mungkin bukan aku karakter utama wanitanya. Mengapa aku terlalu berharap ini adalah kisahku dan Kafkha. Padahal, aku hanya menjadi orang ketiga di antara mereka," kata Bunga, tersenyum miris. Bunga s
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more

Bagaimana Mungkin Dia Hamil?

Ketika Bunga sedang bersantai di rumah, Haidan datang bersama Zuan. Pria itu mengajak adik sepupunya itu belajar di rumah itu sebagai perundingan mereka saat itu. Selama dua minggu terakhir perundingan itu tidak dilaksanakan karena Bunga berlibur. Ini kali pertamanya Zuan akan les secara pribadi bersamanya di rumah itu. Bunga menurunkan kaki yang berada di atas sofa ke lantai. Semula semua tubuhnya berada di atas sofa dengan mata menyaksikan film di televisi. "Kak," sapa Zuan sambil menyalami tangannya. "Duduk," suruh Bunga dengan senyuman. Zuan dan Haidan duduk di bangku yang berbeda, Zuan duduk di samping Bunga dengan buku-buku diletakkan ke atas meja. "Sepi. Semua orang di mana?" tanya Haida sambil menoleh kiri, kanan, depan, dan belakang."Mama dan Raisa ke rumah sakit. Risa juga di luar, sedangkan Kafkha bekerja. Hanya aku di rumah," jelas Bunga.Bunga berdiri, ia berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman. Setelah membuka kulkas, ia mencium bau bahan dapur yang membuatny
last updateLast Updated : 2023-12-20
Read more

Pecahan Gelas

"Dokter Sarah?" tanya Haidan sambil melihat layar ponsel yang sudah berada dalam genggamannya itu.Suara Bunga membangunkan Haidan dari fokus terhadap ponsel itu, ia menaruh kembali ponsel itu ke posisi semula agar tidak disadari Risa nantinya. Ia bergegas mengambil kotak obat itu dan membawanya ke ruang tamu bersama benak diganggu oleh pemikiran mengenai hubungan Risa dan Sarah. "Ini," ucap Haidan dan duduk di sofa, membiarkan Bunga menangani wanita itu. Kafkha bergegas masuk memasuki rumah setelah mendengar suara desis kesakitan Risa dan ekspresi wajahnya dari pintu rumah. Kecemasannya kepada wanita yang memiliki wajah mirip dengan mendiang istrinya itu membuatnya menepikan Bunga sampai istri keduanya itu tersapu ke samping, jatuh dari simpuannya sampai menghentak ke perutnya. "Kamu baik-baik saja?" tanya Haidan sambil membantu Bunga bangkit dari lantai dan duduk di sofa, di sampingnya.Bunga menggelengkan kepala sambil tersenyum, tidak ingin menampakkan luka di hatinya kala meli
last updateLast Updated : 2023-12-21
Read more

Keputusan Memiliki Anak

Kafkha merangkul pinggang Bunga, mengajak istrinya itu ke dapur karena wanita itu tidak ingin makan malam di kamar, ia ingin berkumpul dengan semua orang di dapur. Berbeda dengan Risa, ia berpura-pura tidak sanggup ke dapur dan lebih ingin makan malam menjauh dari Jelita karena tidak ingin wanita paruh baya itu membuatnya kesal lagi. "Ris di kamar? Bukannya luka di kaki Bunga lebih parah dari lukanya? Bunga saja masih bisa ke sini," kata Jelita sambil memainkan sendok di piringnya."Mungkin kakinya masih terasa sakit, Ma. Nanti aku antar makan malam ke kamarnya," ucap Kafkha sambil membantu Bunga duduk. "Mama bukan berbicara mengenai makanan, tetapi sikapnya itu. Jangan terlalu memanjakannya," ujar Jelita, kesal melihat anaknya itu terus membela Risa."Ma … biarkan saja. Sekarang nikmati saja makanannya. Kasihan makanannya ikut mendengar perdebatan kita," kata Bunga, sengaja mengajak Jelita bercanda agar mertuanya itu melupakan kekesalannya."Bisa saja kamu. Makan biar cepat sembuh,
last updateLast Updated : 2023-12-22
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status