Semua Bab Pujaan Hati Sang Tuan Muda: Bab 11 - Bab 20

24 Bab

Bab 10 - Penyerahan

Jam sepuluh malam, Kevin dan Irina sudah kembali ke cottage mereka. Sebenarnya, Kevin hanya akan mengantar Irina, sedangkan dia akan menghabiskan waktunya di bar lalu tidur di hotel yang terpisah dengan Irina seperti kemarin. Namun, saat Kevin akan berbalik, Irina bertanya, “Kamu akan pergi?” “Ya.” Kevin menjawab pendek.“Kamu akan ninggalin aku?” tanya Irina lagi.“Ya.” Sekali lagi Kevin menjawab pendek. Dia bersiap melangkah menjauh, tetapi Irina dengan cepat sudah menggapai lengannya dan menghentikan langkah Kevin.“Tidak bisakah kamu di sini saja?” tanya Irina kemudian.“Kalau aku di sini, kita tidak hanya akan tidur.” Kevin mendesis tajam.“Kevin.”“Lepaskan aku, Irina.” Kevin membuka suaranya. Namun, cekalan Irina makin erat. “Kamu bisa melakukan apa pun padaku. Asalkan jangan tinggalkan aku,” ucapnya setengah melirih.Tubuh Kevin membeku seketika, dia tidak menyangka bahwa Irina akan mengucapkan kalimat itu. Segera dia menatap ke arah Irina, Kevin mendapati perempuan itu yang
Baca selengkapnya

Bab 11 - Kecemburuan Irina

Pagi itu, Irina terbangun sendiri. Dia sempat terkejut mendapati tubuhnya telanjang bulat di bawah selimut tebal. Kemudian Irina baru mengingat bahwa semalam dia telah melakukan hubungan intim dengan Kevin. Irina merasakan pipinya memanas seketika ketika mengingat kejadian itu. Segera dia menggosok pipinya, yang mungkin saat ini sudah terlihat memerah. Semalam, Kevin begitu bergairah, meski begitu, pria itu sangat lembut memperlakukannya. Seakan-akan dia adalah sesuatu yang rapuh dan mudah pecah. Kevin begitu menjaganya, bahkan pria itu tak menuntut banyak hal padanya. Irina menggeleng. Seharusnya dia tak mengingat tentang semalam lagi. Bisa-bisa wajahnya tak berhenti memerah seperti tomat nantinya.Irina kemudian mengalihkan pandangan ke segala penjuru ruangan. Dia mencari keberadaan Kevin yang mungkin saja masih di dalam kamar. Nyatanya, pria itu tak ada di sana.Irina menuju ke kamar mandi dengan tubuh yang masih berbalutkan selimut. Irina harus mandi, dia ingin bertemu dengan Ke
Baca selengkapnya

Bab 12 - Pesta Pantai

Malamnya, Kevin kembali ke kamar dan mendapati Irina masih belum tidur. Perempuan itu duduk di pinggiran ranjang seakan sedang menunggunya. Kevin mencoba untuk bersikap sebiasa mungkin, walau pada akhirnya gagal setelah bayangan Irina menyebutkan nama mantan suaminya semalam kembali mengusik pikirannya. Kevin tak dapat mengungkapkan kekesalannya, di sisi lain, Kevin merasa sakit hati. “Kamu baru pulang?” tanya Irina sembari bangkit dan mendekat ke arah Kevin.“Ya.” Kevin menjawab singkat. Dia menuju lemari dan mengeluarkan pakaian. “Tapi aku akan keluar lagi.”“Ke mana?” tanya Irina dengan cepat.“Ada janji.”“Sama siapa?” Dengan spontan, Irina menanyakan hal itu.Kevin menghentikan aksinya. Dia berbalik kemudian menatap Irina penuh tanya. “Tampaknya kamu sangat penasaran.” Kevin berkomentar.“Aku … um, aku enggak mau ditinggal sendiri. Memangnya kamu ke mana?” tanya Irina lagi.Kevin melirik jam tangannya, dia berpikir sebentar kemudian menjawab, “Arsen ada acara, ulang tahun pernik
Baca selengkapnya

Bab 13 - Bertepuk Sebelah Tangan

Kevin masih menyeret Irina hingga sampailah mereka di cottage. Setelah mengunci diri mereka berdua di sana, Kevin segera menatap Irina dengan tajam. Irina mencoba untuk bersikap sebiasa mungkin. Toh, dia tak melakukan apa pun, jadi mengapa dia harus merasa takut?“Dari mana saja kamu?” tanya Kevin dengan desisan tajamnya.“Jalan-jalan di sepanjang pantai.”“Dengan Satria?” tanya Kevin kemudian.“Aku enggak tau siapa namanya.” Irina berkata dengan jujur. Dia memang tak tahu nama pria yang telah mengajaknya berjalan menelusuri pantai tadi.“Haha, kamu pikir aku bodoh? Mana ada orang yang tak saling mengenal kemudian memutuskan untuk jalan-jalan bersama?”“Apa pun yang kujelaskan sama kamu, pasti kamu enggak percaya,” ucap Irina kemudian.“Ya, karena kamu memang tidak bisa dipercaya.” Kevin menjawab cepat dan dengan nada tajam. “Sekarang, aku ingin kamu memuaskanku.”Irina terkejut dengan kalimat terakhir yang diucapkan oleh Kevin. Dia tak menyangka bahwa Kevin, yang dia kenal selama ini
Baca selengkapnya

Bab 14 - Merindukan Kevin

Irina membuka mata. Dia merasakan bahwa tidurnya semalam sangat nyaman dan nyenyak, kemudian Irina baru sadar rupanya dia sudah berada di dalam kamarnya, di rumahnya dengan Kevin. Kapan aku sampai? Irina lalu duduk, mengamati segala penjuru ruangan. Dia juga melihat ranjang di sebelahnya, tampak rapi seolah-olah tak ada yang meniduri. Apa Kevin tak tidur? Irina akhirnya menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum dia mencari keberadaan Kevin.Setelah keluar dari kamar mandi, Irina mengganti pakaian lalu mulai mencari keberadaan Kevin. Mula-mula, Irina mencari ke meja makan karena mungkin Kevin sudah menunggunya untuk sarapan bersama di sana, tetapi rupanya meja makan sudah kosong. Hanya ada asisten rumah tangga yang sedang membersihkan sisa sarapan yang kemungkinan besar adalah bekas sarapan Kevin.“Bi, apa Kevin sudah berangkat?” tanya Irina kemudian.“Sudah, Non, baru saja. Mungkin baru sampai di depan komplek.”Irina mengangguk, terdapat kekecewaan dalam
Baca selengkapnya

Bab 15 - Menjadi Manja

Kevin saat ini masih rapat, tapi, pikirannya sedang tak berada di sana. Tentu saja dia sedang memikirkan istrinya, Irina. Perempuan sejak tadi menghubunginya melalui pesan singkat, mengabarkan tentang keadaannya. Padahal, biasanya Irina tak seperti itu. Lalu baru saja perempuan itu mengirimkan pesan singkatnya lagiIrina : Aku di kantormu. Tapi kamu jangan buru-buru. Aku cuma mau nunggu di sini. Kita pergi belanja bareng ya, atau kalo gak sempet kita pulang bareng aja… (:Sialan perempuan itu. Apa tujuannya membombardir dengan pesan-pesan sok manja seperti itu? Irina tak pernah memperlakukannya seperti itu. Ya, dulu sekali sebelum perempuan itu menikah dengan Max, Irina memang sering kali meminta bantuan padanya. Namun setelahnya, hubungan mereka merenggang. Kevin tahu betul dirinya menjadi pria kedua setelah Max. Irina sudah pasti meminta bantuan pada Max saat-saat itu, karena perempuan itu hampir jarang menghubunginya. Kemudian setelah hubungan Irina dan Max mulai merenggang, Irina
Baca selengkapnya

Bab 16 - Mandi Bersama

“Ya. Kamu mau dipanggil dengan panggilan lain?” tanya Irina kemudian.Kevin sempat membatu dengan pertanyaan Irina. Dia hampir tak pernah membayangkan jika akan memiliki anak dari perempuan ini. Sejak awal, dia tahu bahwa dirinya hanya dimanfaatkan. Perempuan ini hanya butuh donor sperma dan tak ingin melibatkan dirinya dalam kehidupan anak mereka. Kevin masih menaati itu, walau Irina sudah berulang kali mengingkarinya.Kevin hanya menggeleng. Sejujurnya, dia tak tahu harus menjawab apa. Dia tak pernah membayangkan akan dipanggil ‘Papa’ oleh bayi Irina nantinya, bayinya juga. Irina tersenyum lembut. Perempuan itu memutuskan kembali berbelanja, sedangkan Kevin hanya terpaku melihatnya di tempatnya berdiri.***Keluar dari toko itu, keduanya memutuskan makan malam di sebuah restoran yang tak begitu jauh. Namun sesampainya di depan restoran tersebut, keduanya menghentikan langkah saat mendapati dua perempuan yang menghampiri mereka. Dia adalah Dewi dan Rani.“Wah! Kebetulan ketemu sama K
Baca selengkapnya

Bab 17 - Mencurahkan Rasa

Irina merasa sangat canggung saat ini. Dulu, dia memang sering melaukan hal seperti ini, telanjang bersama di kamar mandi dan mandi bersama dengan saling menyentuh, tapi itu dengan Max dulu, bukan dengan Kevin, dan saat itu kondisi tubuhnya masih sangat bagus, ramping dan indah, bukan seperti sekarang ini. Rasa percaya diri Irina benar-benar sedang menurun, ditambah lagi fakta jika orang yang tengah mandi bersamanya saat ini adalah seorang Kevin Diningrat, Tuan Mudanya, temannya, suaminya. Astaga… “Apa yang kamu pikirkan?” pertanyaan Kevin membuat Irina mengangkat wajahnya. Saat ini, keduanya memang sedang berhadapan di bawah guyuran shower. Kevin tadi baru saja membantunya menyabuni bagian belakang tubuh Irina. Lalu, pria itu meminta Irina melakukan hal yang sama dengan tubuhnya. Kemudian keduanya kini saling membilas diri dari busa-busa sabun di bawah shower.Irina menggelengkan kepalanya “Tidak ada.”“Jika aku memikirkan sesuatu, apa kamu mau mengetahuinya?” tanya Kevin kemudian.
Baca selengkapnya

Bab 18 - Dasi & Sarapan Bersama

Pagi hari, Irina sudah membuka matanya, tapi dia memutuskan untuk tak bergerak dan tetap berada dalam rengkuhan Kevin. Selain karena canggung, Irina juga ingin menikmati kebersamaannya dengan Kevin lebih lama lagi. Irina takut, jika dia bangun lalu semua kebahagiaan ini akan berakhir seperti saat itu.Irina merasakan Kevin mengeratkan pelukannya, pria itu rupanya sudah bangun, namun tampak enggang bangkit dari tidurnya.“Kamu sudah bangun?” tanya Kevin dengan suara yang serak.Irina mengangguk lembut.“Mau mandi bareng?” tawar Kevin yang segera mendapatkan tatapan penuh arti dari Irina. Irina menunduk dan tersenyum. Pada akhirnya Kevin bangkit, mengajak Irina melakukan apa yang menjadi idenya tadi.*** Setelah mandi bersama, dan hanya mandi, karena meski menginginkan tubuh Irina, Kevin cukup tahu diri untuk tidak menyentuh tubuh Irina terlebih dahulu. Irina pasti lelah, dan dia tak ingin membuat Irina semakin kelelahan. Kevin mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja, sedangkan Ir
Baca selengkapnya

Bab 19 - Berkencan & Berdansa

Jam Empat sore, Irina sudah pulang dari tempat yang dia kunjungi tadi. itu adalah sebuah tempat dimana dia akan mendirikan butik baju koleksinya. Irina bersyukur bahwa semuanya berjalan dengan lancar, dan segera mungkin dia akan mulai memindahkan koleksi-koleksi bajunya ke sana setelah tempat tersebut siap.Saat ini, Irina sedang mempersiapkan diri untuk berkencan dengan Kevin, seperti yang sudah mereka rencanakan tadi pagi. Mengingat hal itu membuat pipi Irina kembali merona seketika.Irina menggunakan gaun yang menurutnya paling bagus, merias wajahnya dengan make up secantik mungkin, bahkan dia juga menata rambutnya sendiri agar terlihat indah di mata Kevin. Ini akan menjadi kencan pertamanya dengan Kevin, dan entah kenapa Irina merasa sangat antusias.Tiba-tiba saja Irina jadi teringat tentang apa yang dikatakan ibunya dulu, bahwa Kevin akan selalu menjadi tuan muda untuknya. Irina menunduk sedih, dia menatap perutnya sendiri lalu mengusapnya dan tersenyum lembut. “Apa yang kulaku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status