Home / Pernikahan / Jerat Cinta si Kembar Cantik / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Jerat Cinta si Kembar Cantik: Chapter 41 - Chapter 50

55 Chapters

41. Benci

"Tak berubah katamu? Oh, lucu sekali. Apa karena kau merasa telah berubah jadi kini kau berlagak seperti orang lain? Lihatlah kau, Seren, walau mungkin sekarang pakaian dan penampilanmu terlihat bergaya, kau tetaplah orang yang sama."Helena yang awalnya tertawa, kemudian seketika saja mengubah mimik wajahnya dan menatap dingin pada Serena. "Jadi, mengapa kau kembali?" tanyanya dengan nada rendah yang mengintimidasi.Jika dulu Serena akan menggigil karena mendengar nada suara yang menyiratkan ancaman dan peringatan kebencian itu, tapi kini tidak lagi. Tak ada yang membuatnya takut lagi karena ia telah merasakan ketakutan nyata ketika harus berjuang sendiri untuk mempertahankan kandungannya dan ketika ia melahirkan."Kau masih bertanya? Kau pasti tahu aku kembali karena urusan pekerjaanku. Tak ada yang lain selain hal itu. Jika saja pekerjaanku bisa kuselesaikan besok, maka dengan senang hati aku akan pergi dari sini saat itu juga."Helena mengangkat salah satu alisnya dan menatap sini
Read more

42. Keluarga yang Memalukan

Setelah memberi perintah pada Ellie untuk membawa putra-putrinya bermain di dalam kamar mereka, kini Serena sedang duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya.Ia meminta mereka untuk masuk ke dalam ruang kerjanya, sesaat setelah kedua anaknya pergi bersama Ellie."Tidakkah kau tahu bahwa kau terlalu berlebihan dalam bersikap?" ucap Anie sambil menyeruput minuman di cangkirnya."Kau tak seperti tahu saja dirinya. Ia memang tak pernah bisa bersikap baik dan menyenangkan," timpal Frankie, sang ayah yang kemudian mengikuti istrinya menyeruput minumannya sendiri.Karena merasa malas berdebat dan menanggapi mereka, Serena langsung berkata, "Bagaimana bisa kalian kemari?"Anie melirik Serena sejenak sebelum meletakkan cangkirnya."Bukankah itu hal yang mudah? Kau muncul di televisi dan media sosial. Kau banyak menjadi perbincangan di mana-mana. Apanya yang sulit menemukanmu? Helena saja bisa tahu rumahmu. Ah, ngomong-ngomong, rumah yang bagus," balas Anie santai.Dalam hati, Serena rasanya i
Read more

43. Tuan Cengeng

Serena mengembuskan napasnya dan meletakkan kaca matanya dengan frustasi. Sudah sekitar tiga jam yang lalu ia tak dapat berfokus pada naskah terbaru miliknya karena selalu teringat kejadian pagi tadi.Ia tak dapat memejamkan kedua matanya hingga larut seperti sekarang ini karena masih begitu terpukul. Ia masih merasa malu sekaligus kecewa kepada kedua orang tuanya. Terlebih, di atas semua itu, yang paling membuatnya frustasi adalah Gio harus menyaksikan sikap memalukan kedua orang tuanya.Lagi-lagi Serena mendesah. Jika bukan karena bantuan Gio, ia mungkin tak tahu harus berbuat apa dengan ancaman ibunya. Pria itu menyelamatkannya dari niat buruk sang ibu yang ingin memanfaatkan kedua anaknya untuk kepentingannya.Tak main-main dengan ucapannya, pria itu segera mentransfer sejumlah nominal fantastis ke dalam rekening orang tuanya setelah ia menghapus sendiri semua foto yang berada di dalam ponsel ibunya. Ia juga membuat kedua orang tuanya menandatangani surat perjanjian di depan matan
Read more

44. Beri Aku Kesempatan

Julien berdehem dan memalingkan wajahnya saat Serena menyodorkan secangkir minuman hangat untuknya. Ia yang sebelumnya menangis tersedu-sedu karena tak mampu meluapkan emosinya begitu melihat kedua putra-putrinya, kini merasa begitu malu.Ia sendiri tak habis pikir bagaimana bisa pertahanannya runtuh seketika saat tangan mungil Andrea menyentuhnya. Ia rasa memang benar, jika ikatan darah seorang ayah dan anak begitu kuat. Nyatanya, ia tak mampu membendung perasaan yang meluap-luap ketika putri kecilnya berinteraksi dengannya.Jelas, ia begitu bahagia bisa melihat dan berinteraksi secara langsung dengan keduanya. Karena selama ini ia hanya mampu menatap pertumbuhan mereka melalui foto-foto yang ia terima saja. Karena itu, ia merasa bersyukur akhirnya dapat memeluk mereka."Terima kasih," ucap Julien lirih dengan suara yang masih sedikit serak. Ia meneguk minumannya untuk menutupi kecanggungannya."Mereka tumbuh dengan baik. Kau ibu yang baik bagi mereka. Sungguh, aku berterima kasih ka
Read more

45. Rencana Licik

"Oh, Tuhan, mereka menggemaskan sekali!" pekik Crystal tertahan ketika Aiden menyodorkan ponselnya dengan bangga untuk memperlihatkan foto-foto si kembar padanya.Mereka sedang berada di ruangan Aiden ketika jam istirahat berlangsung. Crystal yang telah selesai bertugas, menghampiri Aiden untuk makan siang bersama."Tak heran mereka begitu cantik dan tampan. Saat aku menonton acara itu, jantungku pun seolah berhenti berdetak saat melihat Serena di sana. Ia terlihat berubah dan begitu menawan!""Benar. Aku pun langsung jatuh hati pada kedua adik manisku ini. Jika saja Serena bisa kembali bersama dengan ayahku, kurasa kehidupan pria tua itu tak terlalu kesepian," gumam Aiden.Crystal mengembuskan napasnya. "Ya, aku tahu pasti bagaimana kau berusaha menghiburnya saat Serena pergi. Jika kau tak ada, kurasa ayahmu tak mungkin bertahan sampai sekarang ini.""Jangan berkata seperti itu." Aiden menggeleng dan menatap Crystal yang sendu. "Tapi entahlah, aku tak habis pikir mengapa selama lima
Read more

46. Berjuanglah, Dad!

Julien tersenyum kecil saat kembali mengamati foto-foto di dalam ponselnya. Ia hari ini merasa begitu bahagia karena Serena memperbolehkannya untuk menghabiskan waktu bersama dengan kedua anaknya.Andrea dan Adrian pun terlihat senang dengan kehadirannya. Walau ia belum dapat mengungkapkan kepada dua makhluk mungil itu siapa dirinya sebenarnya, namun ia tak kecewa. Ia akan bersabar hingga waktunya tepat baginya untuk memberitahu mereka."Kalian cantik seperti Mommy kalian," gumam Julien sambil tersenyum bangga.Ia mengamati salah satu foto di mana Serena sedang memeluk si kembar yang ia ambil secara diam-diam. Ia mengusap wajah Serena dengan rasa kerinduan yang memuncak."Oh, Sayang, apa yang harus kulakukan untuk mendapatkanmu lagi?" ucapnya.Julien mendesah kecil dan memejamkan matanya untuk membayangkan lagi bagaimana siang tadi ia dapat memeluk Serena. Walau sejenak, tapi itu cukup membuatnya puas.Imajinasinya bahkan begitu liar ketika ia merasakan lagi kedekatan tubuh mereka. Ar
Read more

47. Pertengkaran Mesra

Hari telah sore menjelang malam ketika mereka sampai di lokasi kedua. Serena masih banyak mengambil berbagai foto di tiap sudut yang menarik baginya. Selain mengumpulkan catatan dan foto-foto secara langsung, ia juga berkomunikasi dengan warga setempat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan naskah yang sedang ia garap."Kau tahu kau juga bisa bertanya padaku, bukan? Aku cukup mengenal beberapa lokasi yang menarik bagimu. Aku pernah mengunjungi tempat-tempat ini sebelumnya. Bahkan, aku bisa menunjukkan di mana saja tempat-tempat terbaik jika kau ingin mendapatkan sudut di mana para tokoh dapat melihat matahari terbenam atau sejenisnya.""Suasana yang sesuai dengan perasaan mereka saat itu, akan bagus jika terbingkai di sudut area yang kumaksud. Dan kurasa kau juga akan menyukainya," ucap Julien."Benarkah? Di mana itu? Apakah kau menemukan spot terbaik itu ketika kau juga menjadi pendamping untuk penulis-penulismu? Terutama mungkin untuk penulis 'spesialmu', benar?" balas Serena sambil
Read more

48. Pengakuan (21+)

"Kau sungguh tak masuk akal, aku benar-benar akan memesan satu kamar lagi jika kau ... akh!"Serena terpekik kecil ketika lengan kokoh Julien menahannya yang hendak bangkit dari ranjang. Ia terbaring sempurna di tempatnya semula setelah Julien menariknya."Julien, apa yang kau inginkan? Jangan berpikir untuk menyentuhku atau macam-macam denganku. Aku adalah kekasih pria lain dan ... mmmh!"Julien yang tak mendengarkan peringatan Serena, segera melayangkan ciuman tiba-tiba yang seketika membuat Serena tak berkutik."Omong kosong," lirih Julien di sela-sela lumatan dan belitan lidahnya yang ia gunakan untuk membungkam mulut Serena yang cerewet."Tak ada pria lain atau kekasih, karena akulah priamu."Julien yang tak sanggup lagi menahan kegemasan sekaligus kegeramannya pada Serena, akhirnya melayangkan juga ciuman panas yang telah ditahan-tahannya seharian ini dan telah menjadi mimpi-mimpi manisnya selama bertahun-tahun ini. "Ju ... Julien, aah ... hentikan, mmh."Desahan Serena yang me
Read more

49. Kejujuran

"Saat itu situasi kita benar-benar sudah tak dapat tertolong lagi, bukan? Saat aku tahu kondisimu dan bayi kita tak baik jika kita meneruskan hubungan itu, maka aku terpaksa membuat keputusan yang sulit itu.""Kau, tak akan dapat pulih dan menyelamatkan bayi kita jika terus berada di sisiku. Lingkungan dan orang-orang di sekitar kita yang menekanmu, tak akan baik bagimu. Terutama aku.""Bisakah kau tetap tenang jika bersamaku yang bermasalah? Aku akui, aku telah sangat melukaimu. Aku mungkin penyebab kerusakan mental dan kesehatanmu yang terbesar. Sejujurnya, aku sendiri takut. Ada beberapa hal yang selalu menghantuiku dan tak sanggup kuceritakan padamu."Julien menelan ludahnya karena tenggorokannya sekarang terasa tercekat. "Sayang, ada hal yang ingin kukatakan. Sebenarnya, aku bukanlah pria normal sehat seperti yang selama ini kau ketahui."Serena menatap lurus pada Julien yang tampak berusaha keras untuk memberinya penjelasan dan mengutarakan isi hatinya. Dan sejak Julien menyebut
Read more

50. Bukan Mimpi

Dalam kebersamaan mereka, malam itu Julien dan Serena menghabiskan banyak waktu untuk saling berbicara dan mengungkapkan segala perasaan mereka dari hati ke hati. Satu demi satu semua kesalahpahaman terurai dengan baik. Tak ada lagi hal-hal yang saling mereka simpan.Julien menceritakan masa lalunya dan semua yang ia rasa Serena perlu mengetahuinya. Begitu juga sebaliknya. Akhirnya, Serena menceritakan juga keseluruhan tentangnya, keluarganya, kehidupannya, maupun tentang Helena sendiri."Lalu, mengapa kau tetap membantu keluargaku dan memberi Helena pekerjaan di perusahaanmu?" tanya Serena."Karena mereka adalah keluargamu," balas Julien yang membuat Serena tersentuh. "Saat itu, hanya satu yang kupikirkan. Jika aku tetap menjaga mereka dekat denganku, setidaknya aku tahu kapan kau akan kembali. Itulah yang kupikirkan sebelum aku mengetahui segalanya.""Lalu, setelah kau mengetahuinya, bukankah seharusnya kau sadar bahwa selama ini kami hanya memanfaatkanmu saja? Termasuk diriku."Ada
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status