Home / Pernikahan / Simpanan Cantik Sang Presdir / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Simpanan Cantik Sang Presdir : Chapter 71 - Chapter 80

196 Chapters

Perjanjian Dengan Haruni

Elsyam menghela napas panjang akhirnya para karyawan yang menuntut haknya untuk diberikan sejak pagi, sore ini telah terselesaikan karena pihak manajer dan beberapa pimpinan akhirnya mereka ingin berdamai tidak ingin membawa kasus ini ke pihak berwajib dan juga mereka tidak ingin jika Elsyam menyerahkan mereka semua kepada para karyawan yang tengah dalam kondisi emosi itu. Elsyam tidak akan melaporkan mereka semua kepada pihak baru wajib asalkan hak para karyawan segera diberikan tanpa ada pengurangan apapun serta mereka semua langsung dimutasi dari jabatan yang masing-masing. "Selesai juga akhirnya," ujar Elsyam. Baru saja ia memejamkan mata dan menghirup udara segar, pintu ruangannya sudah terbuka lagi di mana sosok Haruni muncul. "Ada apa kau ke sini siapa yang mengizinkanmu menginjinkan kaki di kantor utama!" seru Elsyam. Dirinya kira selama 1 bulan lebih ini wanita itu tidak mengganggunya sudah lelah, ternyata salah Haruni kembali mendatanginya secara tiba-tiba.
Read more

Firasat

Pernikahan pun dilaksanakan dengan cepat, karena memang semuanya sudah dipersiapkan oleh Haruni memang tidak ada pesta mewah, memang itulah tujuan dari wanita itu hanya ingin mengikat Elsyam sebagai suaminya saja.Elsyam benar-benar kesal dan juga sangat sakit kepala. Menurutnya Haruni adalah wanita yang gila anak pertamanya saja baru berumur 3 bulan lebih, tetapi dirinya sudah hamil lagi dirinya merasa memang semuanya telah direncanakan oleh wanita itu. "Aku mau pulang," ujar Elsyam. Setelah melihat penghulu serta beberapa saksi pergi, dirinya juga ingin segera pergi dari apartemen ini.Haruni tidak mencegahnya, ia membiarkan saja lelaki itu untuk pergi. Bibirnya tersenyum penuh kemenangan karena apa yang dirinya rencanakan semuanya berjalan dengan lancar seperti apa yang ia inginkan. "Tunggu saja El, esok aku akan membuat sebuah kejutan yang lebih besar lagi. Mungkin saat ini kamu memang menolakku, tetapi ingat dulu kamu pernah tergila-gila padaku," ungkap Haruni
Read more

Terbongkar

"Aku dan Elsyam sudah menikah dan sekarang aku tengah mengandung anakmu." Arini yang mendengar itu pun langsung mundur, ia menjatuhkan buah yang tengah dipegangnya. "Jangan asal bicara," ujar Arini wanita itu kembali berjongkok mengambil buah yang terlepas dari genggaman tangannya tersebut. Mana mungkin akan percaya sedangkan baru beberapa bulan wanita itu melahirkan."Ini buktinya," ujar Haruni sembari memperlihatkan video panas antara dirinya dan Elsyam saat ini. Tak lupa juga ia menunjukkan hasil tes rumah sakit perihal kehamilannya dan juga foto pernikahannya dengan Elsyam. "Apakah masih kurang bukti-bukti ini?" tanya Haruni. Wanita itu sudah tersenyum puas melihat keterkejutan di wajah Arini. Namun, dirinya masih memiliki sebuah rahasia yang pastinya akan membuat dunia wanita itu hancur sehancur-hancurnya, inilah balasan untuk Arini Karena wanita itu sudah berani mengambil tempat yang seharusnya untuk dirinya menjadi nyonya muda di rumah besar itu dan menjadi
Read more

Arini Marah

"Ceraikan aku," ujar Arini. Dirinya tidak pernah membayangkan akan dikhianati seperti ini, ia kira akan mendapatkan sebuah kebahagiaan atas apa yang dirinya alami. Ternyata kebahagiaan itu hanyalah sebuah kebahagiaan sementara dan dia kembali mendapatkan sebuah kesedihan yang bertubi-tubi. "Talak aku sekarang, Mas," ujar Arini.Hari ini begitu kesal melihat suaminya yang tidak mengatakan apapun hanya terdiam."Arini jangan membuat drama seperti ini untuk membuat Elsyam mengiba kepadamu, seharusnya kamu—""Cukup Haruni aku tidak mengizinkanmu untuk mengatakan apapun lagi kepada Arini, lebih baik kamu pergi dari rumah ini," potong Elsyam. Jari telunjuk lelaki itu mengarah kepada Haruni dirinya benar-benar kesal karena Haruni membuat semuanya menjadi runyam saja.Arini memilih untuk berlari ke kamarnya, ia tidak memedulikan tatapan para pelayan yang tengah menonton pertengkaran itu. Setelah sampai di dalam kamar dia langsung menguncinya dari dal
Read more

Sikap Arini

Arini terbangun ia menatap sekelilingnya sudah rapi. Berharap jika apa yang dialaminya adalah sebuah mimpi nyatanya salah bahkan luka di tangannya pun akibat pecahan kaca itu sudah diplester. Wanita itu tidak bangkit dari ranjang tetapi menatap kosong ke arah pintu. Tadi dirinya memang benar-benar dalam keadaan emosi tak bisa mengendalikan rasa amarahnya bahkan meluap-luap begitu saja. "Aku harus bagaimana?"Ia melirik ke arah meja di sana sudah ada makanan yang tertutupi plastik bening. Namun, Arini hanya mengambil gelas saja lalu meneguknya hingga tandas. Dirinya sangat sulit untuk memiliki keturunan, sedangkan Elsyam dan keluarganya pasti menginginkan hadirnya seorang bayi di rumah ini. Tatapannya terlalu segan pada jam dinding yang ada di kamar sudah menunjukkan pukul 04.30, ternyata dirinya tidur cukup lama.Wanita itu langsung saja mencopol rambutnya, lalu melangkah menuju lemari menyiapkan pakaian sang suami karena dirinya teringat hari ini Elsyam harus meng
Read more

Membeli Mobil dan Rumah

Setelah menyuapi dan mengantarkan suami sampai di depan rumah, wanita itu bersiap untuk melakukan aktivitasnya seperti biasa. "Nency, aku mau pergi dulu, ya," ujar Arini.Biasanya wanita itu memilih untuk menggunakan ojek ataupun motornya, kini ia pergi memilih menggunakan mobil pribadi sang suami yang sudah ada sopir yang mengantarkannya. Dirinya menyebutkan alamat tujuan.Dirinya memang tidak bisa egois untuk hal ini, walaupun apa yang dilakukan oleh Elsyam sangat menyakitkan. Namun, dirinya tidak bisa terus-menerus seperti ini. Hanya dengan 25 menit saja akhirnya ia sudah sampai di tempat dirinya pernah berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi. "Bapak boleh pulang, nanti saya telepon jika sudah selesai," ungkap Arini. Wanita itu segera turun karena kamu lalu melangkah menuju pintu kontrakan.Dira tengah mempersiapkan persiapannya untuk menyetok bahan-bahan di semua outlet. "Kak Arini!" Gadis itu sangat terkejut melihat kedatangan Arini yang tiba-tiba bias
Read more

Penyesalan

"Sepertinya yang ini cukup luas, dan jaraknya juga sangat strategis aku mau yang ini saja," ungkap Arini. Wanita itu memilih sebuah rumah yang memiliki desain sederhana tetapi memiliki halaman yang cukup luas, dirinya juga menyukai letaknya yang cukup strategis untuk mempersingkat jarak tempuh. Wanita itu hendak melakukan pembayaran, tetapi dirinya bingung haruskah menggunakan ATM pemberian lelaki itu? "Mbak jadi beli atau tidak setuju apa tidak jangan membuang-buang waktu saja."Arini menoleh, ia tidak menyukai orang yang sombong dirinya langsung saja memberikan kartu ATM yang diberikan oleh Elsyam tersebut. "Ini dan kapan boleh ditepati?" tanya Arini."Secepatnya, saya akan mengurus dokumen-dokumennya dahulu."Arini mengangguk paham, setelah selesai semua urusan dirinya teringat ia ingin membeli kulkas untuk menyimpan bahan-bahan tersebut akan agar tetap segar ia ingin membeli kulkas 4 pintu seperti yang dirinya lihat di film-film tersebut
Read more

Keputusan

"Aku sadar, jika selama ini orang tuamu memang menginginkan kehadiran seorang cucu atau penerusmu Mas. Bukankah kamu juga memang sudah menikah dengan Haruni 'kan?" tanya Arini. Wanita itu membuka obrolannya dengan sang suami. Setelah semalaman menangis dan meluapkan apa yang dirinya rasakan kini dia sudah mendapatkan sebuah keputusan matang. "Jika kamu tanya, aku kecewa tentu saja aku sangat kecewa denganmu. Wanita mana yang tidak sakit hati jika mengetahui telah dikhianati begitu juga dengan aku," ungkap Arini.Elsyam terdiam, dirinya menyadari jika semua tangisan istrinya itu diperbuat oleh dirinya sendiri. "Aku tidak munafik, aku bukanlah seorang wanita yang kuat. Apalagi kamu yang sudah aku anggap seperti rumah tempatku mengadu dan menjadi tempat ternyaman ternyata bisa menggoreskan luka sedalam ini," ungkap Arini. Mata wanita itu sudah berkaca-kaca, dirinya sangat sakit hati dengan apa yang dilakukan oleh sang suami mau bagaimanapun alasannya tetap saja lelak
Read more

Menjenguk

Apa yang dikatakan oleh istrinya itu membuat Elsyam bungkam. Baru saja k meraih tangan wanitanya yang ingin pergi, tetapi ponselnya berdering. "Iya, aku segera ke sana," ujar Elsyam.Elsyam melangkah mendekati Arini yang berada di balkon. "Aku mau ke rumah sakit, tadi kata pak Kurniawan mengatakan jika Haruni terpeleset di kamar mandi dia mengalami pendarahan. Kamu mau ikut?" tanya Elsyam. Ia tak ingin pergi, tetapi ayah dari Haruni memberinya ancaman perihal akan memviralkan pernikahannya dan Haruni.Arini terdiam, dirinya tengah berpikir apakah akan ikut ajakan dari suaminya tersebut atau tinggal di rumah saja."Kamu ikut aku sajalah, aku tidak mau berangkat sendirian," ujar Elsyam. Lelaki itu menarik lengan sang wanita untuk segera masuk. Tak lupa juga dirinya segera mengunci balkon itu.Arini menatap ke arah suaminya itu dengan heran. Tadi menawari, tetapi sekarang memaksa. "Aku bersiap dulu sebentar," ujar Arini. Tak mungkin dirinya pergi dengan pakaian rumah seperti itu. Elsyam
Read more

Salad Buah Nyonya

"Kamu istrinya Elsyam?" tanya Pak Kurniawan. Melihat tatapan dari Arini, membuat lelaki itu seperti mengenalnya, padahal mereka baru saja pertama kali bertemu di sini.Begitu juga dengan Arini, ia tidak akan pernah takut dengan orang yang menatapnya jika ada orang yang menatapnya maka ia akan terus menatap orang itu sampai benar-benar mengalihkan pandangan dari dirinya. "Iya, aku istrinya Elsyam kenapa?" tanya Arini.Melihat bu Sofi dan lelaki itu berdekatan dirinya tahu jika orang yang tadi menatapnya dengan tajam itu adalah ayah dari Haruni. "Dia itu memang masih muda tetapi begitu sombong," ujar Bu Sofi kepada sang suami.Arini hanya terdiam, tidak berselang lama pintu rawat inap dari Haruni terbuka di sana Elsyam sudah keluar dengan wajah yang begitu masam. "Ayo Arini kita pulang," ujar Elsyam. Lelaki itu hanya memakai celana pendek dan sebuah kaos saja memang dirinya tidak pernah berpakaian untuk menunjukkan status sosialnya. Apa yang dirinya pak
Read more
PREV
1
...
678910
...
20
DMCA.com Protection Status