Semua Bab Nasib Dikelilingi Tetangga Julid: Bab 11 - Bab 20

113 Bab

Part 11

Bu Husna bersikeras meminta Irwan untuk menasehati istrinya. "Kamu itu apa susahnya sih? Dengerin nasehat Ibu?""Ini lah dulu kenapa Ibu tidak terlalu suka dengan Rani. Wanita itu membuat kamu berubah. Membuat kamu berani membantah Ibu sekarang."Irwan hanya bisa menghela nafas, tapi tidak dengan Rani yang berada di balik tembok sana. Bohong kalau Rani tidak kesal dan marah oleh perkataan mertuanya. "Sudah 4 tahun, Bu, kami berumah tangga, apa rasa tidak suka itu masih melekat di hati Ibu?" Irwan bertanya dengan sendu. "Irwan mengenal Rani dengan baik, Bu! Nggak mungkin dia macam-macam apalagi sampai melakukan hal seperti yang Ibu bilang tadi. Na'uzubillah, Bu!""Terus kenapa kamu nggak bisa jawab? Ke mana Rani pergi saat kamu nggak ada di rumah? Kamu mau menutupi kelakuan dia di belakang Ibu?"Rani yang geram melihat sikap mertuanya langsung keluar, ia berniat mengatakan yang sebenarnya kepada mertuanya."Ehemm..." Bu Husna diam sesaat, namun masih memandang Rani dengan tatapan ane
Baca selengkapnya

Part 12 - Kedatangan Bu Husna

"Irwan, memang benar apa yang diucapkan Rani?" Bu Husna meminta kepastian anaknya walau sebenarnya itu tak perlu. Karena apa yang diucapkan Rani memang sesuai fakta yang ada. Irwan menjawab dengan anggukan."Berarti kamu itu wanita yang boros. Nggak bisa mengatur keuangan. Kalau kamu pandai mengatur keuangan, tanpa kamu kerja pun kebutuhan keluarga kalian pasti bisa terpenuhi. Apalagi masih punya satu anak.""Maksud Ibu nggak bisa mengatur bagaimana?" Jujur Rani sangat tersinggung ketika Bu Husna mengatakan itu. Dia pikir biaya hidup di zaman sekarang berapa?""Sudahlah, Bu! Rani! Tidak usah berdebat lagi," pinta Irwan. "Istri kamu ini memang keterlaluan Irwan. Masa disuruh berhenti buat jualan online itu saja nggak mau! Malah mau mengurangi jatah bulanan Ibu," ucap Bu Husna kesal. "Ini kan untuk kebaikan kamu juga, Irwan.." Bu Husna sengaja menekan kata-katanya di bagian itu. "Aku bukannya membela Rani, Bu! Tapi memang yang dikatakan dia itu benar. Kalau saja Rani tidak berjualan
Baca selengkapnya

Part 13 - Lelah

Rani dan anaknya Naufal berdiri di teras untuk mengantarkan mertuanya pulang. Walau kesal dengan mertuanya tak sepantasnya diam-diaman, kan. "Mas jalan dulu, ya! Naufal, jaga Mama di rumah ya, Nak?""Beres, Yah!" balas anak kecil berusia 8 tahun itu.Irwan mengusap kepala anaknya."Ayo salim, Nak, sama Nenek!" ujar Rani kepada anaknya. Rani tak ingin anaknya tau perselisihannya dengan neneknya. Rani selalu mengajarkan kepada Naufal, walau neneknya tak pernah mengajaknya bermain atau tak pernah memberikan dia sesuatu jangan pernah sekalipun ada perasaan iri hati.Pernah waktu itu sepupu Naufal yang lain mendapatkan hadiah baju dari Bu Husna, namanya anak kecil pasti ada sedikit rasa iri dan ingin diperlakukan seperti itu juga."Nek, Naufal mau baju juga dong, kaya kakak!" pinta bocah itu dengan polos."Nenek cuma ada 1, Naufal! Naufal, kan nggak ulang tahun jadi kakak dulu, ya yang dapat!"Anak kecil itu terlihat sendu mendapati jawaban seperti itu dari neneknya."Naufal, hari ini 'kan
Baca selengkapnya

Part 14 - gosip

"Jangan-jangan apa?" Yang lain penasaran dengan ucapan Bu Susi. "Jangan-jangan dia itu kerja yang begitu-begitu." Bu Susi mengangkat jarinya membentuk tanda kutip. "Yang begitu-begitu, gimana maksudnya?!" Bu Rosma tak paham. Memang di dalam gengnya Bu Tut, Bu Rosma orang yang lambat dalam menangkap arah percakapan. "Nggak! Yanti nggak begitu." Tiba-tiba Bu Irma bersuara. Yang lain memandang ke arahnya dengan pandangan meminta penjelasan. "Memang kamu tau dia kerja apa?" tanya Bu Susi. "Saya sih, nggak tau dia kerja apa. Cuma katanya dia kerja di sebuah perusahaan.""Alah... Kerja di perusahaan apa? Wong tiap hari orangnya diam di rumah." Bu Tut langsung menyambar dengan mulut yang masih penuh. "Dia itu katanya anak buah kesayangan bos, makanya dia kerja nggak perlu masuk kantor. Kecuali sesekali. Mungkin tadi dia pergi juga palingan menemui bosnya," Bu Irma kembali berujar. "Hebat banget dia bisa jadi kesayangan bos, ya?" puji Bu Susi. "Iya, makanya saya pengen minta tolong s
Baca selengkapnya

Bab 15 - Rencana Yanti

Yanti celingak-celinguk melihat keadaan. Saat melihat kios Irwan terlihat sepi, ia mulai melancarkan aksinya apalagi mengetahui Rani akan datang. "Benar-benar kesempatan bagus!" batinnya. Yanti perlahan masuk berpura-pura melihat-lihat rak kebutuhan. Saat menemukan waktu yang pas ia segera melakukan aksinya untuk merayu Irwan. "Mas, tolong ambilkan yang itu, dong!" Ia menunjuk sebuah kotak puding instan di rak paling atas.Irwan mencari kursi untuk mengambilkan barang yang dipinta Yanti. "Mba Yanti bisa geseran sedikit?" tanyanya tanpa menatap Yanti. Yanti menggeser tubuhnya sedikit. Saat Irwan naik ke atas kursi, ia sengaja menggoyang kursi itu sehingga Irwan oleng dan terjatuh menimpa tubuh Yanti. Brugghh..... Suara gedubuk itu sangat kencang, Yanti sampai meringis dibuatnya. Namun, posisinya dengan Irwan sekarang membuatnya senang ditambah lagi saat Rani melihat posisi ini sudah bisa dipastikan ia akan salah paham dan pasangan suami istri itu akan bertengkar. Yanti melihat d
Baca selengkapnya

Bab 16

Mohon maaf kemarin ke double up bab 15. *******"Bohong! Wanita itu berkata bohong, Pak!" Terdengar suara seorang wanita berteriak. Yanti gemetaran ketika wanita itu bersuara. "Mbak Rani, apa yang dikatakan Mas Irwan bisa saja benar," ucap wanita itu. "Saya tidak mengerti dengan maksud Ibu!""Begini, Mbak Rani. Apa yang sudah dikatakan wanita ini sebenarnya hanya bohong. Saya tidak tau apa yang sebenarnya dia inginkan tapi, sejak kedatangannya ke kios Mas Irwan wanita ini." Tunjuknya kepada Yanti. "Saya melihat ia tengah celingak-celinguk melihat keadaan. Awalnya, saya pikir dia mau mencuri. Namun, kemudian ada suara gedebruk benda jatuh yang sedikit kencang sebelum Mbak Rani sampai. Setelah itu saya tak tahu lagi karena sedang ada pelanggan. Sampai saat Mbak Rani berteriak." Wanita yang berumur hampir setengah baya itu menyampaikan kesaksiannya. Bagai menemukan air di gurun pasir yang tandus. Wajah Irwan terlihat sumringah setelah mendengarkan kesaksian wanita itu. Yanti yang tak
Baca selengkapnya

Bab 17 - Bu Irma Baik

"Masa sih, Bu? Padahal dia itu nggak pernah nyapa kami, loh! Menyapa pun kalau disapa duluan aja baru dia nyahut!" terang Irwan. "Mas Irwan sering tegur sapa sama Mbak itu?""Bukan saya, Bu. Tapi Rani. Kan rumahnya tepat di sebelah rumah kami.""Yank, ada apa?" Irwan menyentuh lengan Rani sebab dari tadi dia hanya terdiam. "Nggak, Mas! Aku hanya kepikiran ucapan Ibu tadi!" lirihnya. "Sudahlah! Nggak usah dipikirin. Itu 'kan hanya perasaan beliau aja! Memang apa sih, yang membuat orang tertarik sama Mas? Nggak ada kelebihannya Mas ini. Kalau yang mau julid mah, banyak!" candanya. "Mas, setelah dipikirkan sepertinya ada benarnya juga ucapan Ibu tadi! Dasar kamunya aja yang memang nggak peka!" batinnya. "Ya sudah, kalau begitu saya permisi dulu!" ucap si Ibu. "Saya juga, Mas Irwan, Mbak Rani," pamit Pak RT. "Iya," sahut mereka bersamaan. Selepas kedua orang tadi pergi. Irwan memegang tangan Rani, ingin mengajaknya duduk di dalam. Namun, Irwan terkejut saat Rani menjauhkan tangann
Baca selengkapnya

Bab 18 - Tujuan Bu Irma

"Anu apa, Bu?" tanya Rani. "Gini, Mbak Rani. Hehehe, a-anu," ujarnya cengengesan. "Emm," Rani berusaha sabar menunggu Bu Irma berbicara. "Iya, Bu! Ibu mau bicara apa?""Gini Mbak Rani, biar silaturahmi tidak terputus, minjam dulu tiga ratus."Rani sebenarnya sudah menduga ketika melihat gelagat Bu Irma. "Bukannya saya tidak sopan, ya, Bu! Tapi ini saya mau pergi nganter anak sekolah dulu. Takut telat! Assalamu'alaikum." Rani berlalu meninggalkan Bu Irma yang masih berdiri di depan halaman rumahnya. "Heh, dasar pelit nggak punya sopan santun lagi! Masa orang tua lagi bicara malah ditinggal," cibirnya. "Dah 'lah, kalau gitu coba minjam ke bestie-bestie aku deh, kali aja mereka mau minjemin." Bu Irma segera beranjak dari rumah Rani. Tok.. Tokk.. Tokk... "Bu Susi, Bu Susi," panggil Bu Irma. "Ya, tunggu sebentar," sahut Bu Susi dari dalam. "Eh, Bu Irma! Tumben pagi-pagi ke sini? Ada apa?" "Gini, Bu Susi! Saya ke sini sebenarnya ingin meminta tolong.""Minta tolong apa, Bu Ir?""
Baca selengkapnya

Bab 19 - Bu Irma Amnesia

"Loh, kok, Bu Irma gitu ngomongnya?"Seandainya saja Bu Irma berbicara baik-baik dan benar-benar mengingat janjinya ditambah lagi tidak mengatain Rani, mungkin Rani akan biasa saja. "Yang berjanji 'kan Ibu, yang menyuruh mengingatkan juga Ibu. Kok, jadi Ibu yang marahin saya?" Tentu saja Rani yang sekarang tidak terima diperlakukan begitu. "Lagian kamu juga, cuma uang segitu ditagih!" ketusnya."Cuma, Ibu bilang?" Rani terperangah dengan ucapan Bu Irma. "Iya, kan? Uang yang sedikit itu masa kamu tagih juga?""Bukan masalah sedikit, banyaknya, Bu! Tapi di sini tanggung jawab Ibu yang nggak ada!" Raut wajah Rani menampakkan kekesalan. "Saya juga nggak akan bertanya kalau seandainya Ibu tidak meminta untuk mengingatkan dan berjanji hanya 1 minggu. Tapi ini sudah lewat 1 minggu, Ibu jangan seolah-olah amnesia," ucap Rani kesal. Entah karena takut atau sudah ingat dengan janjinya, nada suara Bu Irma pun sedikit melunak, "Iya, nanti saya bayar! Sekarang lagi nggak ada duit." Walau nada
Baca selengkapnya

Bab 20 - Yang Ngutang Lebih galak

Bu Irma tak berkutik saat banyak yang membela Rani. Ia menjadi malu. "Padahal saya berusaha menutupi kejadian kemarin saat Ibu marahin saya, loh, Bu! Eh, malah Bu Irma sendiri yang membongkar.""Kan, malah jadi mempermalukan diri sendiri jatuhnya, untung saja nggak jadi saya pinjemin tiga ratus ribu," ucap Rani. "Jadi orang yang ngutang jangan galak-galak, Bu, sama yang ngutangin! Nanti kalau kita perlu, ngga dikasih bantuan lagi baru tahu rasa," ketus yang lain. "Bu Irma orangnya emang gitu, Mbak Rani! Waktu dulu pernah minjem ke teman saya, pas ditagih malah marah-marah. Teman saya waktu itu bercerita ia juga lagi perlu duit makanya nagih, itu pun nagihnya baik-baik nggak kasar juga. Eh, malah temen saya itu yang dikasarin Bu Irma. Sampai sekarang juga nggak dibayar Bu Irma." Yang lain mengutarakan kesaksiannya akan perilaku Bu Irma yang suka ngutang. "Betul tu, Mbak Rani! Makanya nggak ada yang mau ngasih pinjaman," sahut yang lain. "Itu juga sebabnya kenapa para bestienya ngg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status